Waktu berjalan terasa begitu cepat, sejak salah paham yang pernah terjadi waktu dulu, Melvin memang tak pernah lagi mempermasalahkan apa pun, Melvin benar-benar percaya pada sosok Bianca.
Kini hubungan mereka baik-baik saja, tidak pernah ada lagi keributan apa pun, mereka semakin dekat, termasuk dengan keluarga satu sama lain, meski sampai sekarang orang tua mereka belum dipertemukan.
"Bianca, kamu mau kemana lagi?"
"Aku mau ke acara konyol itu lagi."
"Apa, cari jodoh lagi, kamu selesai sama Melvin?"
"Tidak, Ibu."
Bianca sedikit tertawa, bisa sekali Mayang berfikir seperti itu, padahal semakin kesini hubungannya dengan Melvin semakin baik.
"Lalu untuk apa?"
"Pembuat acaranya memang undang kita lagi, semua yang ikut acara malam dulu, sekarang diundang lagi kesana."
"Iya tapi untuk apa?"
"Mana aku tahu, yang dikasih kabarnya Melvin, bukan aku."
Mayang hanya menghembuskan nafasnya sekaligus, ia lantas tersenyum tanpa mengatakan apa pun lagi.
"Permisi."
Keduanya menoleh, Bianca tersenyum, karena itu memanglah suara Melvin.
"Aku berangkat ya, Bu."
"Hati-hati."
"Eh tapi, Ibu mau kemana, sudah rapi seperti ini?"
"Ibu, mau ke rumah tetangga, ada acara katanya disana."
"Oh, ya sudah, hati-hati juga."
Mayang mengangguk, keduanya lantas keluar menghampiri Melvin di sana.
"Maaf membuat mu menunggu lama."
Melvin tersenyum tanpa menjawab, kini poni di dahi Bianca tak lagi terlihat, ia benar-benar berpenampilan sama seperti awal mereka bertemu dimalam dulu.
"Kenapa?" tanya Mayang.
Melvin menoleh dan menggeleng, Bianca berpaling sessat, bukankah penampilan Melvin juga sama seperti awal mereka bertemu.
"Kalian kenapa sih?" tanya Mayang.
"Kita cocok kan, Bu?" tanya Melvin.
Mayang mengernyit, apa maksudnya, Mayang kalau harus jujur memang masih keberatan dengan hubungan mereka, tapi tidak mungkin jika Mayang mengatakannya, karena itu pasti hanya akan membuat putrinya kecewa.
"Ibu, kami berangkat dulu ya," ucap Bianca.
Mayang mengangguk saja, ia lantas berjalan ke samping Melvin, keduanya pamit dan segera meninggalkan rumah.
Seperginya mereka, Mayang pun tergesa untuk berangkat, ia harus benar-benar menghemat waktu agar tidak terlambat sampai.
"Cepatlah, Mama," ucap Deva.
"Sabar dulu, kenapa sih buru-buru seperti itu?"
"Ya lagi, Mama lama sekali."
"Ya kan harus cantik, harus modis, masa istri pengusaha tampilannya biasa saja."
Deva sedikit tertawa mendengarnya, aneh memang jika mendengar Mika bicara seperti itu, karena pada kenyataannya, penampilan Mika tetaplah sederhana meski perkataannya seperti itu.
"Ayo jalan."
Deva menoleh dan meneliti penampilan Mika, bukankah benar, jika wanita itu terlihat sederhana saja, Mika memang selalu seperti itu.
"Ayo, katanya harus buru-buru."
"Ya sudah, ayo."
Keduanya berjalan keluar rumah, mereka akan mengikuti seluruh acara yang akan mereka datangi malam ini, dan itu pasti akan menyenangkan.
"Melvin, kenapa ramai sekali?"
"Mana aku tahu."
"Perasaan, dulu gak seramai ini."
"Memang benar, tapi sudahlah, biarkan saja terserah pemilik acara mau seperti apa."
Bianca mengangguk, itu benar juga, kenapa Bianca harus repot memikirkan semua itu.
"Ayo masuk."
Bianca menoleh, ia mengangguk seraya tersenyum, dua tangan itu tampak bergandengan, mereka memasuki tempat acara karena kali ini acara di lantai bawah, sehingga mereka tidak perlu berdesakan di dalam lift.
"Ramai sekali," ucap Melvin.
Bianca melihat sekitar, beberapa wanita yang dilihatnya malam dulu, memang ada di sana, tapi kenapa hanya sebagian saja, kemana sebagiannya lagi, apa hubungan mereka tidak berlanjut.
"Oke selamat malam semuanya, apa kabar, ayo sini mendekat kita mulai saja acaranya."
Suara MC membuat keramaian di sana seketika menghilang, mereka duduk di kursi yang telah disediakan di sana, Bianca merasa acara kali ini berbeda, entah apa tujuannya, tapi beberapa pasang yang hadir bersamanya malam dulu memang ada.
"Kenapa, Bii?"
"Emmm .... Tidak, aku tidak apa-apa."
Melvin mengangguk, ia tersenyum dan membiarkan Bianca dengan fikirannya sendiri, Melvin melihat sekitar, ia mengangguk saat melihat Sintio dengan teman-teman Bianca yang lainnya.
"Melvin."
Melvin seketika menoleh, ia merapikan jasnya, pergerakan asal yang cukup membuat Bianca heran.
"Kamu kenapa?"
"Gak apa-apa, memangnya kenapa?"
Bianca hanya menggeleng, terserah saja Bianca tidak mau mempermasalahkan apa pun saat ini.
Mereka terdiam mendengarkan MC yang terus berbicara, ia menerangkan jika tujuan malam ini adalah untuk mengetahui perkembangan hubungan dari para pencari jodoh.
"Bukankah ini konyol?" tanya Melvin.
"Tapi berawal dari hal konyol ini, kita bersama sekarang."
Keduanya tersenyum bersamaan, Melvin mengusap pipi Bianca dengan punggung jari telunjuknya, mereka kembali menyimak suara MC di sana.
Sepanjang mendengarkan, Melvin terus saja mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru, jelas sekali jika Melvin memang sedang mencari sesuatu.
"Baiklah, siapa yang akan maju lebih dulu, dan mengungkapkan keberhasilannya menaklukan sang wanita."
Salah seorang lelaki mengangkat tangannya, Bianca ingat jika lelaki itu adalah pangeran pertama yang dilihatnya malam dulu, tapi kenapa ia hanya sendirian saja.
"Oke, mana pasangan mu, kami mengundang keduanya untuk hadir."
Lelaki itu diam, MC lantas memberikan mic padanya, dengan berat hati, ia mengatakan jika proses pendekatannya dengan wanita itu gagal, hal itu membuat mereka semua mengeluh kecewa termasuk juga dengan Bianca.
"Benarkah, tapi apa alasannya?" tanya MC.
"Dia tidak suka dengan postur tubuh ku yang pendeng dan gemuk, dan dia tidak terima karena saat meminta mobil, aku tidak membelikannya."
Penghuni ruangan itu kembali bersorak kompak, matre sekali wanita itu, dan memang sebaiknya mereka berpisah saja.
Melvin kembali tersenyum, setelah matanya mendapati kedua orang tuanya dan juga Mayang di sana, mereka memang di tempat berbeda, karena Mayang ada bersama Sintio dan kawannya.
"Melvin, kenapa kasihan sekali dia," ucap Bianca.
Melvin menoleh dan merangkulnya, itu bukan urusan mereka, yang penting mereka berdua bahagia sekarang.
"Oke, baiklah, semoga setelah ini kamu bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik lagi."
Lelaki itu mengangguk penuh harap, gantian orang kedua yang maju, kali ini ia berjalan dengan menggandeng wanitanya.
"Ini baru indah," ucap MC.
"Selamat malam semuanya."
Lelaki itu mendapatkan jawaban kompak dari mereka semua yang datang, kali ini Melvin fokus pada orang di depan sana, ia ingin tahu seperti apa hubungan mereka berdua.
"Jadi kalian akan menjadi pasangan bahagia pertama malam ini?" tanya MC.
"Kita bahagia, kita senang dengan kebersamaan ini, bukankah kita terlihat cocok?"
"Emmm, tentu saja kalian cocok, bukankah begitu?"
Sorak setuju terdengar dari mereka semua, Bianca dan Melvin saling lirik, syukurlah karena ada juga yang merasa bahagia atas pertemuan konyol itu.
"Jadi, kalian akan menikah?"
"Tentu saja, tapi tidak dalam waktu dekat."
"Kenapa, lebih cepat lebih baik, dan kalian bisa saling peluk setiap malam."
Sepasang lelaki dan perempuan itu sama-sama tersenyum, Bianca tampak bersandar pada pundak Melvin.
"Apa benar seperti itu?" tanya Bianca.
"Kita bisa lakukan yang lebih setiap malam, jika kita telah menikah."
Bianca hanya tersenyum saja mendengarnya, bisa saja, tapi entahlah, Bianca tidak mau memikirkan itu sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments