Tidak Suka

"Maksud aku, bukannya apa-apa, cuma kan ...."

"Masih tentang Tiara?" sela Melvin.

Bianca seketika diam, ia balik menatap Melvin, bisa saja lalaki itu salah paham dan marah padanya saat ini.

"Aku memang baru mengenal mu, dan begitu juga sebaliknya, tapi kalau kamu menolak hanya karena masa lalu aku, itu tidak masuk akal, apa kamu termasuk orang yang tidak bisa bangkit dari masa lalu?"

"Tidak, maksud aku bukan seperti itu."

"Lalu seperti apa, kamu masih berfikir kalau aku mau kembali sama dia, untuk apa berfikir seperti itu."

"Tidak, jangan marah dulu."

"Untuk apa aku marah, apa ada gunanya?"

Bianca kembali diam, mungkin memang perkataannya saja yang salah, mungkin seharusnya Bianca tidak perlu berkata seperti itu.

"Aku."

"Terserah saja kamu mau berfikir seperti apa, terserah kamu juga mau mencoba atau tidak, aku masih banyak pekerjaan, dan sepertinya kamu juga harus segera mengantarkan kuenya, aku duluan."

"Melvin, aku ...."

"Tidak masalah, ini hanya masalah waktu saja, aku tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya sama kamu, jadi seperti ini hasilnya, tapi aku tidak marah, tenang saja semua tetap baik."

Melvin mengusap kepala Bianca dan berlalu meninggalkannya, pekerjaannya memang masih banyak dan harus segera diurus, belum lagi dengan pertemuan keduanya, Melvin harus bergerak cepat.

"Hey, kamu marah, aku minta maaf, aku gak bermaksud buruk tentang ini."

Melvin memasuki mobil dan melaju pergi, biarkan saja mungkin nanti Bianca akan menghubunginya lewat telepon, bukankah mereka sudah mencatat nomor satu sama lain.

"Ah kenapa jadi seperti ini, apa salah sekali ucapan ku, kenapa dia jadi seperti itu, padahal maksud aku kan tentang orang tuanya bukan tentang Tiara."

"Hey kamu, sampai kapan akan diam disana, cepat masuk pelanggan sudah banyak yang memesan kue itu."

Bianca mengangguk dan segera membawa keu-kuenya itu, baiklah, ini kesalahan keduanya, telah mengabaikan pekerjaannya.

"Cepat ke dapur."

"Baik, Pak, permisi."

Bianca berjalan memasuki Restoran, ia sudah tahu kemana harus datang jika di tempat tersebut.

-----

"Bianca belum kembali?" tanya Mayang.

"Belum, dia lagi antar ke Restoran."

"Baiklah, kalau nanti dia datang, suruh langsung ke tempat Bu Diana ya, segera soalnya sudah ditunggu."

"Baik, Bu."

Mayang kembali meninggalkan mereka semua, hari ini toko kuenya ramai pesanan, meski yang datang ke toko hanya beberapa, tapi yang pesan minta diantar begitu banyak.

"Permisi."

"Iya, silahkan Mbak."

"Bianca, ada disini?"

"Oh, tidak, dia sedang mengantarkan pesanan."

"Mengantarkan pesanan?"

"Iya, soalnya yang biasa mengatar sedang tidak bisa masuk, sehingga dia yang harus menggantikannya."

"Berapa lama dia akan kembali?"

"Mungkin sebentar lagi, soalnya sudah pergi sejak tadi."

"Oh, baiklah, aku tunggu saja."

"Silahkan."

"Tiara," panggil Mayang.

Tiara menoleh, ia tak tahu jika Mayang akan ada di sana saat ini, tapi ya sudahlah, sudah terlanjur bertemu juga.

"Tante."

"Kamu kesini juga."

Tiara tersenyum seraya menyalami Mayang, mereka lantas duduk bersamaan.

"Ada apa?"

"Tidak, aku ada perlu saja sama Bianca, aku fikir dia ada disini sekarang."

"Dia sedang mengantarkan pesanan, kamu tunggu saja mungkin sebentar lagi sampai."

"Iya, Tante."

"Ada apa memangnya?"

Tiara diam, ia berpaling dari tatapan Mayang, tapi meski begitu Mayang sepertinya tahu apa yang akan dibahas Tiara dengan Bianca.

"Masalah Melvin?"

Tiara kembali menolah, jadi wanita itu sudah bercerita pada ibunya, cepat sekali ia mengambil langkah.

"Kamu keberatan dengan hubungan mereka, kamu masih menginginkan Melvin?"

"Iya, aku masih menginginkan dia, kami berpisah baru beberapa hari saja, dan bagaimana mungkin aku bisa rela melihat dia dengan wanita lain, apa lagi itu teman ku sendiri."

"Tapi Bianca tidak pernah tahu kalau lelaki itu pernah bersama mu, dan bukankah lelaki itu juga tidak pernah tahu tentang Bianca sebelumnya?"

"Iya, itu memang benar, tapi tetap saja aku tidak suka."

"Dan kamu mau memisahkan mereka?"

"Kalau memang bisa."

Mayang diam, benarkah seperti itu, itu artinya Bianca dan Tiara akan jadi musuh setelah kedatangan Melvin.

"Aku kembali, apa kabar kalian semua."

Suara Bianca membuat dua orang itu menoleh bersamaan, akhirnya wanita itu datang juga, Tiara tersenyum dengan kedatangan Bianca, tapi Mayang justru merasa sangat khawatir.

"Kamu disini," ucap Bianca.

"Tentu saja, bukankah memang ada yang harus kita bicarakan?"

Bianca melirik Mayang, wanita itu tampak bangkit dan berlalu seraya mengusap pundak Bianca.

"Apa kamu sangat sibuk?" tanya Tiara.

"Tidak, aku punya waktu untuk istirahat sebelum pergi mengantarkan pesanan lagi, ada apa memangnya?"

"Seharusnya kamu tahu maksud kedatangan ku kesini."

Bianca diam, ia turut duduk di kursi Mayang tadi, Bianca memang tahu pasti soal Melvin, dan apa yang harus dikatakannya.

"Bagaimana, kamu sudah ingat?" tanya Tiara.

"Mungkin saja Melvin."

"Bagus."

Bianca mengangguk, sepertinya apa yang menjadi kekhawatirannya akan benar-benar terjadi, mungkin saja Tiara akan memaksa kembali bersama Melvin.

"Seharusnya kamu mengerti dengan apa yang kamu lihat kemarin."

"Aku mengerti, kamu masih menginginkan dia."

"Dan bukankah kamu baru bertemu dengannya, pasti akan lebih mudah untuk kamu bisa melupakannya."

Bianca kembali diam, mungkin saja itu bisa, tapi Bianca tidak mau melakukannya.

"Kamu pasti akan lebih memilih pertemanan kita kan Bianca?"

"Tentu saja, aku akan memperjuangkan pertemanan kita."

"Itu artinya kamu mau melupakan dia?"

"Tidak, tidak seperti itu."

Tiara mengernyit, apa maksudnya, kenapa seperti itu, kalimat itu sangat tidak sesuai dengan keinginannya.

"Maaf, Ra."

"Jadi, kamu akan lebih memilih dia dibanding aku?"

"Aku menyukainya, dan aku mau bersama dengan dia."

"Bianca."

"Tiara, hari itu juga aku langsung bicarakan ini sama Melvin, dan hasilnya aku tahu kalau Melvin memang tidak mau lagi sama kamu, dan lagi pula bukankah kamu yang meninggalkannya lebih dulu."

"Kamu percaya semua itu, Bianca, kamu baru mengenal dia, sedang dengan ku, kita sudah lama kenal."

"Aku tahu, Ra, tapi aku rasa kalau ucapan Melvin bukanlah kebohongan, dia pasti serius dengan ucapannya."

Tiara mengangguk seraya tersenyum acuh, baiklah kalau memang seperti itu, berarti Bianca memang tak menginginkan lagi pertemanan mereka.

"Tiara, aku tidak ...."

"Aku akan tetap perjuangkan perasaan aku sama dia, aku gak perduli meski sekarang sudah ada kamu, karena perpisahan aku dan dia, bukan keinginan kita berdua, jangan fikir aku akan mengalah terhadap kamu."

Tiara bangkit, begitu juga dengan Bianca, sedikit pun Bianca tidak suka dengan kalimat yang didengarnya dari Tiara.

"Ra, kita gak mungkin ...."

"Kita bersaing, kenapa, kamu takut, kalau kamu takut, harusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan."

Tiara berlalu begitu saja, Bianca hanya diam menatap kepergian temannya itu, kenapa jadi seperti itu, Bianca tidak suka dengan keadaan saat ini.

"Apa aku yang harus menjauh saja, dan membiarkan mereka kembali?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!