Semoga Salah

Bianca benar-benar datang sesuai dengan undangan Sintio kemarin malam, di sana memang sudah banyak orang.

"Aca, akhirnya kamu datang juga."

"Maaf aku telat."

Mereka berpelukan untuk beberapa saat, Bianca melihat mereka semua yang berjalan menghampiri.

"Mana Melvin?"

Bianca diam, apa Bianca masih kesal padanya sampai sekarang, tapi itu tidak sama sekali, hanya saja mungkin Melvin yang masih kesal padanya.

"Ada masalah?"

"Dia benar-benar marah padamu?" sambung Sintio.

Mereka saling lirik satu sama lain, apa maksudnya marah, apa pasangan baru itu sedang bertengkar saat ini.

"Tidak, apa yang kalian fikirkan, untuk apa dia marah, dia sedang sibuk di Kantornya bukan sedang marah."

"Oh syukurlah kalau begitu, kalian harus tetap baik-baik saja, jangan ada ribut-ribut, paham?"

Bianca tersenyum seraya mengangguk, semoga saja, Bianca akan menunggu Melvin datang, dan saat itu Bianca akan tahu lelaki itu masih kesal atau tidak terhadapnya.

"Baiklah, tidak perlu melamun, sana temui Bos mu."

Bianca menghembuskan nafasnya berat, itu benar, ia lantas berlalu meninggalkan teman-temannya itu.

"Apa mereka benar bertengkar?"

"Mana mungkin, lihat saja kalau sampai lelaki itu berani menyakiti Aca."

Ucapan Sintio membuat mereka semua mengangguk, itu benar, mereka akan selamatkan Bianca dari lelaki yang hanya akan mengecewakannya saja.

"Bagaimana?"

"Tidak ada, dia pergi sendiri."

"Tetap ambil gambarnya, biarkan saja mungkin itu berguna untuk laporan."

Bianca tak sadar jika ada dua orang yang mengikutinya sejak keluar dari rumah, mereka adalah orang suruhan Melvin, lelaki itu sengaja mengirimkan mereka agar mengikuti Bianca.

"Apa dia sudah keluar?"

"Tidak ada, lihat saja."

Mereka sama-sama melihat kamera, rekaman video sedang berjalan saat ini, tapi tidak tampak sosok Bianca di sana.

"Kemana dia, sepertinya kita harus masuk, kita harus tahu apa yang dilakukan wanita itu di dalam sana."

"Tapi, bagaimana caranya?"

"Kita harus matikan dulu kameranya, dan masuk sebagai pelanggan."

Kamera itu dimatikan, mereka memasuki Cafe dan berjalan mencari Bianca, mereka cukup kesulitan menemukan wanita itu karena banyaknya orang di sana.

"Terimakasih, Bu."

Bianca tersenyum, ia jongkok dan mengusap kepala seorang anak kecil yang berdiri di depannya.

"Mama, aku mau ikut main."

"Tidak masalah, kamu mau kemana?"

"Kemana saja, aku ikut Mama."

Bianca tersenyum dan mengangguk, dua orang itu kembali merekam pergerakan Bianca, wanita itu sedang ada ditengah lelaki dan perempuan juga seorang anak kecil.

"Siapa mereka?"

"Mana tahu."

Mereka tetap bertahan dengan rekamannya, biarkan saja nanti Melvin yang akan menilainya sendiri.

Sepanjang keberadaan Bianca di sana, mereka merekam semua yang dilakukan Bianca, termasuk ketika bersama teman-temannya.

"Sepertinya, tidak ada hal buruk yang dilakukannya."

"Itu benar, tapi kenapa Pak Melvin mencurigainya?"

"Entahlah, dia memang punya pemikiran sendiri, dan lagi dia kan yang lebih dekat dengan wanita itu."

Mereka kembali diam, cukup banyak hal yang dilakukan Bianca di tempat tersebut, tapi tidak ada satu pun kelakuan yang melenceng, semua baik-baik saja.

"Mama," teriak anak kecil itu.

Bianca menoleh dan jongkok seraya merentangkan tangannya, dua orang yang sejak tadi mengintai Bianca tampak saling lirik, mungkin saja mereka telah salah dengar tentang sebutan Mama dari anak itu.

"Dia sudah punya anak?"

"Suttt, diamlah."

Mereka kembali memperhatikan Bianca, wanita itu begitu akrab dengan anak kecil tersebut, ia memeluk dan menciumnya, bahkan menggendongnya, ia terlihat begitu memanjakannya.

"Bianca, bawa sini?"

Bianca menoleh, ia menghampiri seorang lelaki di ujung sana, dua lelaki itu segera menyusulnya, mereka harus bisa memberikan laporan terbaik.

"Papa."

Suara anak kecil itu pasti terekam di kamera, ia memanggil Bianca Mama dan memanggil lelaki itu Papa, bukankah itu cukup merusak pemikiran baik dua orang di sana.

"Jangan-jangan, wanita itu memang berniat menipu Pak Melvin."

"Jangan dulu sok tahu."

"Lihat saja mereka bertiga, sudah seperti keluarga, ada Suami dan Istri, lalu bocah kecil itu?"

Tak ada jawaban, apa yang harus mereka fikirkan, tidak ada apa pun, karena mereka tidak berhak memikirkan apa pun.

"Tidak masalah, aku baik-baik saja."

"Kamu pasti kerepotan mengurusi semuanya."

Bianca tersenyum dan menggeleng, itu bukan masalah, Bianca sudah terbiasa repot.

"Papa, aku mau pulang sama Mama."

Bianca kembali tersenyum, ia mengusap kepala anak tersebut.

"Tentu saja kita akan pulang sama-sama, jangan khawatir."

"Yeeee ...."

Dua penguntit itu semakin berfikir buruk, apa benar semua yang mereka fikirkan, bagaimana respon Melvin nanti saat mengetahui semuanya.

"Kamu masih lama disini, Bianca?"

"Aku mau sama teman-teman ku dulu,"

"Aku mau makan dulu," ucap bocah kecil itu.

"Apa aku harus suapi dia?" tanya Bianca.

"Tidak, biarkan aku saja, kamu silahkan saja berkumpul dengan teman-teman mu."

"Baiklah terimakasih, Mama, kesana dulu ya, kamu makan dulu."

"Oke, nanti kita pulang sama-sama."

Bianca mengacungkan jempolnya, ia lantas berlalu meninggalkan keduanya, langkah Bianca seketika melambat saat melihat dua penguntit itu.

"Matikan,"

Mereka berdua berpaling cepat, Bianca menyipitkan matanya, siapa mereka dan apa yang dilakukannya, kenapa seperti itu tingkahnya.

"Apa dia tamu undangan, tapi kenapa seperti itu."

Perlahan tapi pasti dua orang itu melangkah menjauhi Bianca, mereka sadar dengan kecurigaan Bianca terhadapnya.

"Hey, tunggu."

Mereka justru berlari, Bianca turut berlari untuk mengejar mereka berdua.

Bukkk ....

Salah satu dari dua lelaki itu tak sengaja menabrak salah satu teman Bianca, mereka semua bangkit dan melihat Bianca yang berlari di belakang sana."

"Apa-apaan kalian ini?"

"Maaf, saya tidak sengaja."

Dua orang itu kembali berlari hingga keluar dari Cafe, selamat, mereka langsung memasuki mobil dan melaju pergi.

"Tunggu, aku bilang tunggu."

Bianca menghentikan larinya saat sampai di luar, tidak ada guna, Bianca tidak akan sanggup mengejar mobil itu hanya dengan berlari.

"Aca, Ca kamu kenapa?" tanya Sintio.

"Apa mereka tamu undangan disini?"

"Aku tidak mengenal mereka, dan sepertinya mereka bukan yang aku undang."

Bianca diam, lalu siapa mereka, apa benar mereka mengawasi Bianca, tapi untuk apa mereka melakukan itu.

"Memangnya kenapa, mereka menyakiti kamu, mereka kurang ajar terhadap mu?"

"Tidak tidak, hanya saja tingkah mereka aneh, mereka seperti sedang mengawasi ku."

Sintio mengernyit, apa benar seperti itu, keduanya kompak membulatkan mata seraya saling lirik.

"Jangan-jangan ...."

 

Dua orang itu telah sampai di tempat Melvin, mereka datang dengan sedikit terengah.

"Ada apa, kalian sudah kembali, apa itu artinya acara telah selesai?"

"Tidak, acara masih berlanjut, hanya saja wanita itu mengetahui keberadaan kami."

"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Kami minta maaf, tapi kami sudah mendapatkan video semua yang dilakukannya."

"Mana, berikan padaku."

Mereka memberikan kameranya, Melvin lantas meminta mereka untuk pergi saja, setelahnya Melvin membuka rekaman itu dan menontonnya dengan seksama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!