Aku Bahagia

Mereka semua seketika berdiri ketika melihat Bianca kembali bersama dua orang yang membawanya tadi.

"Waaah, apa-apaan ini," ucap MC.

Bianca tersenyum, tanpa bisa berpaling dari Melvin, lelaki itu tampak terdiam mematung memperhatikannya.

"Aaaa," jerit Sintio saat matanya berhasil melihat Bianca.

"Berisik, bodoh."

Sintio justru berputar dan menari asal saat kepalanya mendapat jitakan dari satu temannya, Mayang yang ada di dekatnya tampak menahan tawa.

"Tidak salah lagi, inilah bidadari yang sebenarnya, luar biasa," puji MC.

Bianca berdiri di hadapan Melvin, dua orang itu telah mengilang dari pandangan mereka semua.

"Tidak bisa seperti ini," ucap Melvin pelan.

Bianca mengernyit, kenapa dengan lelaki itu, kenapa sampai seperti itu.

Bianca yang mendadak berubah menjadi cinderela itu telah membuat semua terdiam mematung, gaun navy yang dibuat senada dengan jas Melvin, rambut yang digulung dan dipasangkan mahkota kecil, juga poni yang kini kembali terlihat, sepatu hak tingginya cukup untuk membuat Bianca berdiri sejajar dengan pundak Melvin, riasan makeup natural namun elegan telah menyempurnakan penampilan Bianca.

"Aca," teriak Sintio.

Fokus mereka semua pecah karena suara itu, mereka sempat melirik pemilik suara dan menyorakinya kesal.

"Sudah, sudah, tidak perlu ada keributan, kita fokus saja sama dua orang di depan sini, oke," ucap MC.

Mereka setuju dengan itu, suasana kembali hening, Bianca tersenyum seraya memiringkan kepalanya.

"Sampai kapan akan diam saja, apa maksudnya semua ini?"

Melvin berpaling, benar juga, sampai kapan akan diam saja seperti itu, para lelaki di sana pasti senang melihat Bianca saat ini, dan Melvin tidak suka itu.

"Ayo, jadi akan seperti apa sekarang."

Melvin melirik kedua orang tuanya, juga Mayang dan teman-teman Bianca di sana, bukankah itu sudah lengkap.

"Aku pernah bertanya sama dia, sewaktu aku bilang aku dan dia akan bersama, aku tanyakan apa aku harus menembaknya di hadapan semua orang untuk membuktikan keseriusan ku?, dan dia menjawab, iya tentu saja karena kamu sedang mendekati seorang bocah sehingga harus menembak ku di hadapan semua orang, kemudian aku bertanya lagi, lalu kamu akan menolak ku?, dia pun menjawab, tentu saja bagus kalau kamu tahu."

Bianca mengangguk, ia masih ingat dengan percakapan itu, dan sepertinya Bianca tidak akan lupa satu kejadian atau bahkan satu perbincangan pun dengan Melvin.

"Dan malam ini, aku ingin membuktikannya, aku akan bilang, aku menyukai mu, aku menginginkan mu, dan aku akan menyayangi mu sebagai satu-satunya wanita dalam hidup ku."

Bianca menggeleng, ia melirik mereka di sana yang tampak tersenyum, Melvin memberikan mic pada MC, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak merah dari sana.

"Bii," panggil Melvin seraya berlutut dengan satu kakinya.

Bianca menoleh, senyumannya mendadak menghilang saat Melvin membuka kotak tersebut dan Bianca melihat isinya, MC terlihat mendekat untuk mendekatkan mic pada Melvin.

Mereka mulai bising dengan bisikan satu sama lain, memuji dua orang di sana, tentu keluarga mereka merasa haru dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Disini, aku mau katakan, aku tidak main-main dengan semua yang aku katakan, aku serius dengan niat baik ini, di depan mereka semua yang sebagian banyak tidak kita kenali, aku ingin mereka menjadi saksi, kalau aku melamar mu malam ini."

Bianca merapatkan bibirnya, jantungnya mulai tak terkontrol, wajahnya pun mulai panas, tubuhnya sedikit bergetar, apa harus sampai seperti itu perlakuan Melvin.

"Malam ini aku berjanji, kamu akan jadi wanita yang aku jaga setelah Ibu ku, kamu wanita yang akan aku sayangi setelah orang tua ku, dan kamu wanita yang akan aku bahagiakan demi kebahagiaan ku, Bianca, semua tentang kamu tidak ada yang tidak aku suka, selama kebersamaan kita sudah banyak hal yang aku pelajari tentang dirimu, malam ini adalah puncak keyakinan ku atas dirimu."

Bianca berpaling, penglihatannya mulai kabur karena cairan bening di pelupuk matanya, mereka yang menyaksikan sudah mulai gemas menantikan akhir dari hal manis di depannya.

"Bii, aku membuat acara ini untuk kebahagiaan, jadi tolong jangan ada air mata."

Bianca kembali menoleh, ia berusaha tersenyum, meski perasaannya sedang terbang tak karuan.

"Bianca, di hadapan keluarga kita, teman-teman kamu sekarang, aku bertanya hanya satu kali saja, apa kamu mau menjadi pendamping hidup ku, ada bersama ku dalam setiap keadaan, dua benda dalam kotak ini aku siapkan untuk kamu, terima ini kalau memang kamu mau terima aku."

Bianca kembali berpaling, ia tak bisa menahan air matanya lagi, Bianca tak peduli dengan makeup yang menempel di wajahnya, yang harus mereka tahu, jika air mata itu adalah kebahagiaannya.

"Terima .... Terima .... Terima."

Sorak sorai mereka terdengar begitu kompak, lagi dan lagi Sintio tampak heboh sendiri, ia berteriak seraya jingkrak-jingkrak tak jelas.

"Baiklah, kita nantikan jawabannya ya," ucap MC.

Bianca berpaling melirik Mayang di sana, wanita itu tersenyum dan mengangguk perlahan, Bianca memang menginginkan itu, jadi tidak ada alasan untuk Mayang menolaknya.

"Oke, setelah lirik kiri dan lirik kanan, mungkin saja bidadari ini telah mendapatkan jawaban, dan segera katakan pada pangerannya."

Bianca kembali melirik Melvin, Bianca ingat jika orang tua Melvin sudah menerimanya dengan baik, sebelum ada acara ini, Melvin pasti sudah berbicara dengan mereka terlebih dahulu.

"Aku tidak memaksa, kalau memang kamu tidak mau sekarang juga tidak apa-apa, tapi sampaikan alasannya, agar aku bisa ikuti seperti apa kemauan kamu."

Bianca tetap diam, kini giliran Melvin yang merasa gelisah, entah akan seperti apa perasaannya jika harapannya terhadap Bianca tidak bisa diraihnya.

"Oke, tenang, tarik nafas dalam, hembuskan perlahan, aduh kenapa ya kok jadi setengah panik begini," ucap MC.

Mereka kembali bersorak, meminta Bianca agar segera menerima Melvin, selang beberapa saat Bianca tanpak mengangguk.

"Oooh, sebuah anggukan," ucap MC.

"Tapi tunggu, kita dengarkan dulu sepatah dua patah kata darinya, oke, ayo cantik katakan," tambah MC.

Bianca menelan ludahnya dengan susah payah, ia lantas membangunkan Melvin, lumayan juga Melvin merasakan pegal di kakinya.

"Oke, bangun dulu," ucap MC yang juga mulai gemas.

Bianca mengambil satu micnya dan kembali menatap Melvin.

"Aku selalu bermimpi tentang semua ini, menginginkan hal manis ini, aku pernah bermimpi jika akan ada pangeran yang memberikan hal manis seperti ini, satu bulan lalu aku menemukan pengeran itu, dan malam ini aku mendapatkan hal manis yang selama ini ada dalam angan, satu kali pertanyaan maka hanya akan ada satu kali jawaban, dan aku mau menerima kamu."

Bianca dibuat kaget oleh MC yang tiba-tiba menjerit pada micnya, disusul oleh sorakan mereka dan masih diselingin dengan jeritan Sintio di sana.

Melvin dan Bianca tersenyum bersamaan, dengan lembut, Melvin mengusap air mata di pipi Bianca, tentu saja hal itu membuat suasana semakin heboh saja.

Sesaat mereka diam, ketika Melvin memakaikan cincin dan juga kalung yang dibawanya itu pada Bianca, dan keramaian itu kembali terdengar, ditambah lagi dengan Melvin yang memeluk Bianca membuat mereka semakin tak terkontrol.

"Terimakasih banyak," ucap Melvin.

"Aku yang berterimakasih," ucap Bianca.

Deva dan Mika tampak saling memeluk, semoga saja kali ini Melvin benar-benar mendapatkan cinta sejatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!