Oh ... Tuan Guntur " Sebatas Pelampiasan dendam"
“LISA!”
Bentakan seorang pria menggema di apartement mewah bernuansa modern itu, yang mana membuat Lisa berdiam diri layaknya patung.
Lisa dengan perlahan memutar tubuhnya ke belakang, namun kepalanya menunduk takut dengan tangan gemetar saat seorang pria datang ke arahnya.
“Ya Tuhan ... apa salahku.” Gumam Lisa dalam hati.
Pria yang tidak lain adalah Guntur, suami dari Lisa melangkah mendekati Lisa dengan tatapan tajam bak elang yang siap untuk memangsa Lisa bulat-bulat.
“I-ya Tuan.”
BRAAAK!!
Guntur menutup pintu kamar pribadinya dengan sangat kasar, membuat Lisa terkejut dengan suara pintu yang di tutup.
“Mau apa kamu di depan pintu ini? Bukankah sudah aku peringatkan semalam, Hah!” Bentak Guntur.
“Sa-saya ...”
Lisa tergagap setelah Guntur menekan dan mengintimidasi dirinya dengan tatapan yang mengerikan.
“DASAR BODOH! APA KAU TULI!”
“Itu ... anu Tuan, saya ... Aahhkk!”
Lisa meringis saat tanganya di cengkram kuat oleh Guntur. “Jangan berani menyentuh pintu ini! Apa lagi sampai kau masuk kedalam.”
“Ta-tapi saya hanya ...”
“Aku bilang jangan! Ya jangan! Ini ... mending kau baca dan pelajari kertas yang aku tulis. Karna aku tidak mau mengulang perkataan ku untuk kedua kali." Pekik Guntur, sambil melemparkan sebuah kertas pada Lisa.
Lisa memungut secarik kertas itu dengan kening mengkerut bingung lalu membacanya, seketika matanya membulat sempurna ketika membaca aturan-aturan yang harus dia patuhi di dalam rumah tangga mereka.
Namun Lisa gagal fokus pada aturan yang tertulis di angka pertama yang berbunyi. "Pasal pertama yang mengatakan jika suami selalu benar dan tidak pernah salah, jika pun salah! Maka kembali ke pasal pertama di mana suami tidak pernah salah."
“What! Seriusan ini?” Lisa melihat kertas yang dia pegang, lalu melihat Guntur yang sedang memperlihatkan muka angkuh dan arrogant nya.
"Tuan, ini ..."
"Kamu itu tidak ada pilihan untuk menolak semua pasal yang aku tulis! Jika kamu menolak, maka kau harus membayar hutang ayah dan Kakak mu."
Lisa menelan ludahnya dengan susah payah, ia berpikir jika ini adalah awal dari Guntur yang akan menyiksa dirinya karna secarik kertas bodoh ini.
“Jika kau sudah mengerti, pergi sana buatan aku makan! Dan ingat satu hal yang harus kau terapkan dalam otak mu itu, j-a-n-g-a-n m-e-y-e-n-t-u-h- p-i-n-t-u i-n-i.”
Guntur menekan perkataan nya sambil mendorong Lisa. Tapi untung saja dorongan Guntur tidak terlalu kencang, hingga Lisa bisa refleks menahan tubuhnya.
Lisa menoleh kebelakang, “Ih ... dasar nyebelin! Tadi di suruh bersih-bersih apartemen. Emangnya apa sih yang ada di dalam kamar itu, sampai-sampai aku nggak boleh masuk." Gumam Lisa dalam hati.
“Dasar Tuan Arrogant!” cicit Lisa dengan geram.
“Apa kau sedang mengumpatku, Lisa!” Bentak Guntur, saat Lisa menoleh ke arahnya.
“Ti-tidak Tuan.” Lisa berlari dengan terburu-buru, ia tidak mau jika Guntur memarahinya lagi.
Sedangkan Guntur sendiri masuk kedalam kamar itu dan mengunci pintu dengan rapat.
...¤¤¤¤¤¤¤...
Di dapur ... Lisa terus menggerutu sendiri sambil mengiris bahan makanan yang akan dia buat untuk makam malam nanti.
Tak habis pikir oleh Lisa, kenapa si Tuan Arrogant itu menulis pasal-pasal yang akan membuang waktunya ... di mana dia harus melayani di setiap waktu saat dia memanggil namanya. Entah itu mau mandi, atau makan, mungkin yang lainnya juga.
Gerutuan Lisa berhenti saat ponsel nya berdering. ''Siapa sih!''
Lisa mencuci kedua tanganya, lalu melihat layar ponselnya dan menjawab telpon.
[Hallo ...]
[Dek.]
Suara di ujung telpon sana, membuat dada Lisa sesak secara tiba-tiba. Ia sangat mengenali suara yang memanggilnya Dek.
[Apa Kakak baik-baik saja?] Hanya itu yang bisa ia ucapkan, ingin sekali dia marah pada Kakak nya namun tidak bisa.
[Maafkan Kakak.]
Mulan ... sang Kakak terdengar menangis di ujung telpon sana, membuat Lisa tersenyum getir mendengar kali pertama sang Kakak yang selalu kuat menangis tersedu meminta maaf padanya.
[Tidak apa-apa Kak ... jangan perdulikan aku, berbahagialah di sana dan jaga kesehatan mu.]
Tidak! Ia tidak boleh egois, kali ini Kakak nya harus bahagia walau dia harus menderita. Terlalu banyak pengorbanan sang Kakak untuknya di masalalu ... hingga ia malu untuk sekedar marah.
[Dek.]
[Aku kuat kok Kak, aku bisa mengatasinya ... mungkin dengan aku menikah sama Tuan Guntur, dia bisa melepaskan Kakak dan Bapak.]
Tut!
Lisa mematikan sambungan telponya, ia tidak kuasa mendengar sang Kakak menangis. Tidak apa-apa dia menikah dengan pria yang tidak dia cintai, yang jelas Kakak nya bisa lepas dari Dendam hutang di masalalu nya.
“LILIIISSS ...”
Terdengar jika Guntur memanggil namanya, membuat Lisa mencekik angin ... seakan angin itu adalah Guntur.
“Eeeehh, ku cekik juga nih.”
“Lilis! Kau dengar apa tidak!”
“Iya Tuan, saya dengar.” Teriak Lisa, menghampiri Guntur dengan menghentakkan kedua kakinya dengan sebal.
“Sudah buat pasal yang non faedah! Sekarang dengan se'enak jidatnya ganti nama Lisa jadi Lilis!” geturu Lisa.
...¤¤¤¤¤¤¤...
"Kenapa Tuan?" Tanya Lisa, saat dirinya sudah sampai di kamar mereka.
''Kenapa wajah mu cemberut seperti itu? Apa kau tidak membaca kertas yang aku berikan padamu?''
Lisa menghela nafas panjang, lalu bibirnya tersenyum lebar sambil berkata. ''Tuan ... apa anda memerlukan sesuatu?''
Guntur menyunggingkan bibirnya, ''Itu lebih baik di bandingkan wajah cemberut mu yang tadi. Haaaahh ... sudahlah, cepat gantikan aku baju." Ujar Guntur yang duduk di sofa dengan tenang.
"Hah!" Rahang Lisa sampai jatuh ke tanah, menembus dinding pertahanan para setan di bawah sana.
Apa dia tidak salah dengar ... menggantikan baju? Tuhan, cobaan apa lagi yang harus Lisa terima. Bagaimana bisa gadis yang baru menginjak umur delapan belas tahun menggantikan baju seorang pria yang berumur dua puluh tujuh tahun.
"Ap-aaapa Tuan? Gantikan baju." Lisa tergagap.
"Yaaa ... cepat ambilkan aku baju, dan gantikan baju yang sedang aku gunakan.”
"Tapi ‘kan, Tuan bisa mengambil dan memakainya sendiri. Kenapa harus aku?”
Guntur langsung menatap Lisa dengan tajam, "Apa kau tidak membaca kertas yang aku berikan?"
Lisa teringat dengan isi kertas jahanam penuh kutukan itu, lalu Lisa mengangguk dan melangkah ke arah lemari sambil menghentakkan kedua kakinya untuk mengambilkan satu stel baju tidur.
Lisa lupa jika dia harus melayani si Tuan Arrogant ini sampai ke liang lahat, hingga sampai si Tuan Arrogant ini benar-benar bosan padanya dan melunaskan hutangnya karna sudah tidak sanggup satu atap dengan dirinya.
"Cepatlah!"
Lisa bergegas menutup lemari dan memberikan baju itu pada Guntur, namun si Arrogant itu tidak bergeming dan hanya menatap Lisa dengan polos.
Lisa membuang nafasnya dengan berat, lalu dengan perlahan tanganya terlentur untuk membuka baju yang sedang di pakai oleh Guntur.
Lagi dan lagi ... mata Lisa ternodai oleh perut sispek milik Guntur yang begitu menggoda, membuat jantungnya berdetak kencang bersamaan dengan dadanya yang sesak.
"Tu-tuan ... apa celana mu juga harus aku yang menggantikan."
"Tentu saja! Untuk apa ada dirimu jika harus aku yang melakukannya."
“Apa jika si Tuan Arrogant ini ingin buang air besar harus aku yang cebokin? Astagfirullah ... hidupku gini amat yaa.”
"Jangan menggerutu dalam hati! Jika kau tidak menuruti perkataanku maka ..."
"Iya, iya, iya Tuan. Saya mengerti."
Mau tidak mau Lisa melucuti celana yang Guntur kenakan, walau jantung dan pikirannya berkecamuk menolak! Tapi dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perkataan Guntur.
''Astaga! Apa itu yang menyumbul di balik celana.''
•
...🌷🌷🌷...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Komalasari Hidayat Prasodjo
hadir thor, lanjut dr sebelah, gpp telat juga 😁
2024-10-06
0
Qaisaa Nazarudin
Kamu racuni aja dia biar dia mati perlahan2..astaga aku tega banget 😅😅😅🙏🏻🙏🏻
2023-04-26
1
Qaisaa Nazarudin
Mampir thor,aku paling demen baca kisah CEO dgn anak SMA atau Pakguru dgn murid SMA nya,,pasti langsung aku favorite kan..🙋🏻♀️🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2023-04-25
0