“LISA!”
Bentakan seorang pria menggema di apartement mewah bernuansa modern itu, yang mana membuat Lisa berdiam diri layaknya patung.
Lisa dengan perlahan memutar tubuhnya ke belakang, namun kepalanya menunduk takut dengan tangan gemetar saat seorang pria datang ke arahnya.
“Ya Tuhan ... apa salahku.” Gumam Lisa dalam hati.
Pria yang tidak lain adalah Guntur, suami dari Lisa melangkah mendekati Lisa dengan tatapan tajam bak elang yang siap untuk memangsa Lisa bulat-bulat.
“I-ya Tuan.”
BRAAAK!!
Guntur menutup pintu kamar pribadinya dengan sangat kasar, membuat Lisa terkejut dengan suara pintu yang di tutup.
“Mau apa kamu di depan pintu ini? Bukankah sudah aku peringatkan semalam, Hah!” Bentak Guntur.
“Sa-saya ...”
Lisa tergagap setelah Guntur menekan dan mengintimidasi dirinya dengan tatapan yang mengerikan.
“DASAR BODOH! APA KAU TULI!”
“Itu ... anu Tuan, saya ... Aahhkk!”
Lisa meringis saat tanganya di cengkram kuat oleh Guntur. “Jangan berani menyentuh pintu ini! Apa lagi sampai kau masuk kedalam.”
“Ta-tapi saya hanya ...”
“Aku bilang jangan! Ya jangan! Ini ... mending kau baca dan pelajari kertas yang aku tulis. Karna aku tidak mau mengulang perkataan ku untuk kedua kali." Pekik Guntur, sambil melemparkan sebuah kertas pada Lisa.
Lisa memungut secarik kertas itu dengan kening mengkerut bingung lalu membacanya, seketika matanya membulat sempurna ketika membaca aturan-aturan yang harus dia patuhi di dalam rumah tangga mereka.
Namun Lisa gagal fokus pada aturan yang tertulis di angka pertama yang berbunyi. "Pasal pertama yang mengatakan jika suami selalu benar dan tidak pernah salah, jika pun salah! Maka kembali ke pasal pertama di mana suami tidak pernah salah."
“What! Seriusan ini?” Lisa melihat kertas yang dia pegang, lalu melihat Guntur yang sedang memperlihatkan muka angkuh dan arrogant nya.
"Tuan, ini ..."
"Kamu itu tidak ada pilihan untuk menolak semua pasal yang aku tulis! Jika kamu menolak, maka kau harus membayar hutang ayah dan Kakak mu."
Lisa menelan ludahnya dengan susah payah, ia berpikir jika ini adalah awal dari Guntur yang akan menyiksa dirinya karna secarik kertas bodoh ini.
“Jika kau sudah mengerti, pergi sana buatan aku makan! Dan ingat satu hal yang harus kau terapkan dalam otak mu itu, j-a-n-g-a-n m-e-y-e-n-t-u-h- p-i-n-t-u i-n-i.”
Guntur menekan perkataan nya sambil mendorong Lisa. Tapi untung saja dorongan Guntur tidak terlalu kencang, hingga Lisa bisa refleks menahan tubuhnya.
Lisa menoleh kebelakang, “Ih ... dasar nyebelin! Tadi di suruh bersih-bersih apartemen. Emangnya apa sih yang ada di dalam kamar itu, sampai-sampai aku nggak boleh masuk." Gumam Lisa dalam hati.
“Dasar Tuan Arrogant!” cicit Lisa dengan geram.
“Apa kau sedang mengumpatku, Lisa!” Bentak Guntur, saat Lisa menoleh ke arahnya.
“Ti-tidak Tuan.” Lisa berlari dengan terburu-buru, ia tidak mau jika Guntur memarahinya lagi.
Sedangkan Guntur sendiri masuk kedalam kamar itu dan mengunci pintu dengan rapat.
...¤¤¤¤¤¤¤...
Di dapur ... Lisa terus menggerutu sendiri sambil mengiris bahan makanan yang akan dia buat untuk makam malam nanti.
Tak habis pikir oleh Lisa, kenapa si Tuan Arrogant itu menulis pasal-pasal yang akan membuang waktunya ... di mana dia harus melayani di setiap waktu saat dia memanggil namanya. Entah itu mau mandi, atau makan, mungkin yang lainnya juga.
Gerutuan Lisa berhenti saat ponsel nya berdering. ''Siapa sih!''
Lisa mencuci kedua tanganya, lalu melihat layar ponselnya dan menjawab telpon.
[Hallo ...]
[Dek.]
Suara di ujung telpon sana, membuat dada Lisa sesak secara tiba-tiba. Ia sangat mengenali suara yang memanggilnya Dek.
[Apa Kakak baik-baik saja?] Hanya itu yang bisa ia ucapkan, ingin sekali dia marah pada Kakak nya namun tidak bisa.
[Maafkan Kakak.]
Mulan ... sang Kakak terdengar menangis di ujung telpon sana, membuat Lisa tersenyum getir mendengar kali pertama sang Kakak yang selalu kuat menangis tersedu meminta maaf padanya.
[Tidak apa-apa Kak ... jangan perdulikan aku, berbahagialah di sana dan jaga kesehatan mu.]
Tidak! Ia tidak boleh egois, kali ini Kakak nya harus bahagia walau dia harus menderita. Terlalu banyak pengorbanan sang Kakak untuknya di masalalu ... hingga ia malu untuk sekedar marah.
[Dek.]
[Aku kuat kok Kak, aku bisa mengatasinya ... mungkin dengan aku menikah sama Tuan Guntur, dia bisa melepaskan Kakak dan Bapak.]
Tut!
Lisa mematikan sambungan telponya, ia tidak kuasa mendengar sang Kakak menangis. Tidak apa-apa dia menikah dengan pria yang tidak dia cintai, yang jelas Kakak nya bisa lepas dari Dendam hutang di masalalu nya.
“LILIIISSS ...”
Terdengar jika Guntur memanggil namanya, membuat Lisa mencekik angin ... seakan angin itu adalah Guntur.
“Eeeehh, ku cekik juga nih.”
“Lilis! Kau dengar apa tidak!”
“Iya Tuan, saya dengar.” Teriak Lisa, menghampiri Guntur dengan menghentakkan kedua kakinya dengan sebal.
“Sudah buat pasal yang non faedah! Sekarang dengan se'enak jidatnya ganti nama Lisa jadi Lilis!” geturu Lisa.
...¤¤¤¤¤¤¤...
"Kenapa Tuan?" Tanya Lisa, saat dirinya sudah sampai di kamar mereka.
''Kenapa wajah mu cemberut seperti itu? Apa kau tidak membaca kertas yang aku berikan padamu?''
Lisa menghela nafas panjang, lalu bibirnya tersenyum lebar sambil berkata. ''Tuan ... apa anda memerlukan sesuatu?''
Guntur menyunggingkan bibirnya, ''Itu lebih baik di bandingkan wajah cemberut mu yang tadi. Haaaahh ... sudahlah, cepat gantikan aku baju." Ujar Guntur yang duduk di sofa dengan tenang.
"Hah!" Rahang Lisa sampai jatuh ke tanah, menembus dinding pertahanan para setan di bawah sana.
Apa dia tidak salah dengar ... menggantikan baju? Tuhan, cobaan apa lagi yang harus Lisa terima. Bagaimana bisa gadis yang baru menginjak umur delapan belas tahun menggantikan baju seorang pria yang berumur dua puluh tujuh tahun.
"Ap-aaapa Tuan? Gantikan baju." Lisa tergagap.
"Yaaa ... cepat ambilkan aku baju, dan gantikan baju yang sedang aku gunakan.”
"Tapi ‘kan, Tuan bisa mengambil dan memakainya sendiri. Kenapa harus aku?”
Guntur langsung menatap Lisa dengan tajam, "Apa kau tidak membaca kertas yang aku berikan?"
Lisa teringat dengan isi kertas jahanam penuh kutukan itu, lalu Lisa mengangguk dan melangkah ke arah lemari sambil menghentakkan kedua kakinya untuk mengambilkan satu stel baju tidur.
Lisa lupa jika dia harus melayani si Tuan Arrogant ini sampai ke liang lahat, hingga sampai si Tuan Arrogant ini benar-benar bosan padanya dan melunaskan hutangnya karna sudah tidak sanggup satu atap dengan dirinya.
"Cepatlah!"
Lisa bergegas menutup lemari dan memberikan baju itu pada Guntur, namun si Arrogant itu tidak bergeming dan hanya menatap Lisa dengan polos.
Lisa membuang nafasnya dengan berat, lalu dengan perlahan tanganya terlentur untuk membuka baju yang sedang di pakai oleh Guntur.
Lagi dan lagi ... mata Lisa ternodai oleh perut sispek milik Guntur yang begitu menggoda, membuat jantungnya berdetak kencang bersamaan dengan dadanya yang sesak.
"Tu-tuan ... apa celana mu juga harus aku yang menggantikan."
"Tentu saja! Untuk apa ada dirimu jika harus aku yang melakukannya."
“Apa jika si Tuan Arrogant ini ingin buang air besar harus aku yang cebokin? Astagfirullah ... hidupku gini amat yaa.”
"Jangan menggerutu dalam hati! Jika kau tidak menuruti perkataanku maka ..."
"Iya, iya, iya Tuan. Saya mengerti."
Mau tidak mau Lisa melucuti celana yang Guntur kenakan, walau jantung dan pikirannya berkecamuk menolak! Tapi dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perkataan Guntur.
''Astaga! Apa itu yang menyumbul di balik celana.''
•
...🌷🌷🌷...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
Malam hari ... di mana Lisa sudah menyelesaikan pekerjaan nya, ia segera mematikan semua lampu apartemen dan menggantinya menjadi lampu redup.
Lisa berjalan ke lantai atas sambil membawa air untuk minum, karna si Tuan Arrogant itu sudah mengingatkan dirinya waktu makan malam tadi.
"Jangan lupa bawa air minum! Jangan sampai aku membangunkan tidur mu, karna kau tidak mendengarku."
Setelah sampai di lantai atas, Lisa berdiri di depan pintu kamarnya dan kamar Guntur. Ia menghela nafas panjang dan dan membuangnya secara perlahan.
"Ayo Lisa, semangat."
Setelah menyemangati dirinya sendiri. Lisa mengetuk pintu dan masuk ke dalam, '' Tuan ... apakah aku boleh masuk ke dalam?''
''Masuklah, kenapa kau harus minta izin! Ini 'kan kamar kita berdua.'' ucap Guntur dengan cetus, '' Terkecuali, kau masuk ke dalam kamar pribadiku yang aku larang semalam.''
Lisa masuk ke kamar dan menaruh air itu di nakas. Lalu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat, karna seharian ini Lisa sangat lelah akibat terlalu lelah berada di dapur.
Situan Arrogant itu menyuruh inilah, menyuruh itulah, dan masih banyak hal lagi yang disuruh untuk menghukum dirinya. Bahkaaann menyuruhnya untuk mencuci baju yang ada di dalam lemari, yang mana baju itu sudah bersih pastinya.
Lima belas menit berlalu, Lisa pun keluar dari kamar mandi menggunakan baju tidur yang sudah rapi dan bersih. dia sebenarnya gugup, karena ini adalah malam di mana dia pertama kali tidur bersama seorang pria. Namun sebisa mungkin ia tekan rasa gugup itu, karna ini sudah menjadi resiko baginya.
Dari tempat Lisa berdiri, ia melihat ranjang lalu melihat sofa. Lisa bingung ingin tidur di mana ... hingga ia memutuskan untuk melangkah ke arah sofa.
''Heh, Kampungan. Kamu mau ngapain tidur di sofa? tidur di sini di sebelahku.'' Guntur menatap tajam.
''Ta-tapi Tuan ... aku 'kan.''
''Kau, membantah lagi?''
''Ti-Tidak Tuan.'' Lisa langsung melompat ke atas ranjang, dan langsung menyelimuti seluruh tubuhnya dengan rapat.
"Semoga si Tuan Arrogant, titisan unta ini tidak melakukan apapun padaku." Gumam Lisa, lalu dengan cepat memejamkan kedua matanya.
''Heh, Lilis!'' Panggil Guntur yang ada di sebelah Lisa.
''Lilis!''
Lisa tidak menghiraukan, dia pura-pura tidur agar Guntur tidak lagi menyuruhnya ini dan itu.
''Ohhh, kau sudah tidur? Bukankah ini menjadi kesempatan bagiku untuk mencicipi tubuhmu?''
Lisa langsung mengibaskan selimutnya dan terbangun menoleh pada Guntur. ''Ada apa Tuan.''
Guntur menyunggingkan bibirnya. ''Pijiti aku.''
''Haaa ... Tuan aku sudah lelah, bisa tidak besok saja.'' Lisa menampilkan raut muka menyedihkan, berharap jika Guntur kasihan padanya.
''Baiklah jika kau tidak mau memijatku, tapi kau harus melakukan sesuatu agar aku bisa tidur.''
''Apa itu?''
''Cicipi lolipop ku agar dia bisa tidur.''
''Hah, lolipop? Tuan suka lolipop.'' tanya Lisa yang masih polos.
''Tidak aku tidak suka lolipop, tapi aku suka Martabak bangka.''
''Lah, trus mana lolipopnya agar aku bisa tidur lebih cepat.'' Lisa mengadahkan tanganya kehadapan Guntur, lalu Guntur menuntun tangan Lisa kebawa selimut untuk memegang lolipop yang dia katakan.
''Ahhh, Tuan ... apa yang kau lakukan!'' Lisa memberontak saat tanganya di paksa Guntur untuk mengelus lolipop nya.''
Sedangkan Guntur tersenyum senang dan bersemangat menjahili Lisa yang tengah memberontak dan menjerit. '’Apa kau menyukainya.’’
''Tuaaannn ... aku akan memijatmu sampai kau tertidur! Asal lepaskan tanganku!'' Teriak Lisa.
Guntur tidak mendengarkan rengekan Lisa, sampai Lisa menangis pun Guntur yang kejam lebih bersemangat untuk menjahili Lisa. bahkan Guntur memaksa Lisa untuk melakukan apa yang belum pernah Lisa lakukan sebelumnya.
Sungguh, menyuruh Lisa untuk mencicipi lolipop di malam hari, membuat Lisa shock berat. Namun ia hanya bisa pasrah sambil memejamkan kedua matanya, karna melawan pun percuma.
Kedua tanganya di kunci hanya dengan satu tangan. Sungguh, ingin sekali Lisa muntah saat lolipop itu berada di dalam mulutnya. Sampai-sampai Lisa mengeluarkan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi.
''Arrghhh ...''
Lolipop itu pecah hingga sari di dalamnya meleleh keluar di dalam mulut Lisa, hingga Lisa tidak kuasa menahan mual karna tidak menyukai rasanya.
Lisa langsung berlari ke kamar mandi saat Guntur sudah melepaskan nya, sedangkan sang empu hanya menyunggingkan bibirnya setelah mengerjai Lisa.
HUUEEEKK. HUUEEEKK.
Lisa benar-benar muntah, lalu berkumur kumur untuk menghilangkah rasa lolipop yang tidak enak menurutnya. Lalu melihat dirinya di cermin dan menangis sambil menutup mulutnya dengan rapat.
"Kenapa! Kenapa dia jahat. Hikss ...''
''LISA!'' Panggil Guntur dari luar, membuat Lisa terkejut.
''LISA!''
''I-iyaa.'' Lisa menghapus air matanya dengan cepat, lalu membuka pintu.
''Kau harus terbiasa dengan itu! Ingat, hutang Ayah mu empat miliar padaku! Dan Kakak mu memiliki hutang pribadi yang belum di selesaikan. Apa kau mengerti!''
Lisa mengangguk.
''Kalau begitu cepat tidur!'' Bentak Guntur, yang tidak merasa bersalah telah melakukan pemaksaan pada gadis yang baru berusia delapan belas tahun.
Lisa berjalan sambil menunduk, lalu terbaring dengan hati penuh dengan kekecewaan. Dia ingat bagaimana Guntur datang ke rumahnya dan membuat dua pilihan untuknya.
...¤¤¤¤¤¤...
Flashback On~
Ketika Lisa baru saja pulang sekolah, dia di kejutkan melihat rumahnya ada mobil polisi dan satu mobil yang sangat bagus.
Lisa pun langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi. Namun Lisa di kejutkan ketika melihat sang Ibu, yang sedang sakit tengah menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
''Astagfirullah, Ibu.'' Teriak Lisa menahan sang Ibu, ''Ibu baik-baik saja?'' Lisa menuntun sang Ibu agar duduk di kursi, lalu menatap beberapa pria yang tidak dia kenal.
''Siapa kalian! Berani sekali membuat Ibuku sakit.''
Pria itu yang tidak lain adalah Guntur, terlihat mengerutkan keningnya melihat gadis remaja yang ada di hadapan nya. Guntur terlihat memindai gadis remaja itu dari atas sampai bawah lalu menyunggingkan sudut bibirnya.
''Ayahmu memiliki hutang sebesar empat miliar padaku, dan kakak mu memiliki hutang pribadi yang belum selesai.'' Ucap Guntur dengan nada angkuh.
''Nggak! Nggak mungkin, walau bapakku pemain judi dan sering mabuk-mabukan! Tidak mungkin dia bisa menipu dengan jumlah uang sebesar itu.''
''Apanya yang tidak mungkin?'' Guntur tersenyum, lalu melihat kedua anak buahnya, "Bawa Ibu itu dan jebloskan ke dalam penjara bersama suaminya.''
Ucapan Guntur membuat Lisa membelalakan kedua matanya saat sang Ibu hendak di bawa pergi, ''Jangan! Jangan bawa ibuku. Ibuku sedang sakit.'' Lisa memeluk sang ibu yang tengah menangis.
''Aku mohon, jangan bawa ibuku ... bi-biar aku yang akan melunasi hutang bapakku dan Kakak ku, asal Ibuku jangan di masukan ke dalam penjara. Hiks ... Ibuku sedang sakit, aku mohon.''
Lisa memohon pada Guntur dan berlutut, ia tidak tega melihat Ibunya yang sakit-sakitan harus di penjara karna hutang bapaknya.
Guntur menyunggingkan bibirnya karna gadis kecil ini sudah masuk kedalam perangkap nya. ''Baik, karna kamu telah berkata seperti itu, maka sebagai gantinya kau harus menikah denganku.''
Deg.
•
...🌷🌷🌷...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
Masih Flashback•
Deg.
Lisa terkejut mendengar permintaan Pria yang ada di depannya.
Sementara Guntur menyunggingkan bibirnya, ia tahu betul jika gadis remaja di depannya ini tidak tau apapun mengenai masalah dirinya dan Kakaknya. Tapi untuk membalaskan dendam pada Mulan di masalalu ... Guntur menjadi gelap mata dan tidak perduli apapun yang terjadi, Yang pasti kekesalan yang ada di hatinya bisa ia lampiaskan pada gadis kecil yang ada di depannya.
''Ap-apa ... menikah? Nggak! Aku nggak mau.'' Lisa menolak dengan tegas.
''Terserah.''
''Hei, kalian! Bawa orang tuanya dan jebloskan dalam penjara! Pastikan mereka berdua mendekam seumur hidup!'' Ucap Guntur beranjak pergi.
Sedangkan Lisa tidak tau apa yang harus ia lakukan, ia memeluk Ibu nya agar tidak di bawa paksa. Namun sayang ... tubuh mungil Lisa di dorong hingga Lisa jatuh ke lantai.
''Ibu ... Hisk.'' Lisa menangis bingung, ia pun berlari ke luar menyusul Guntur yang sudah berada di dalam mobil.
Dhuk.
...Dhuk. ...
Dhuk.
''Tuan, tolong jangan seperti ini ... kita bisa bicarakan baik-baik.'' Lisa menggedor kaca mobil, berharap Guntur mau bernegosiasi dengannya.
''Tuan.''
Guntur dengan perlahan membuka kaca mobilnya lalu menoleh pada Lisa dan berkata. ''Ku beri waktu sampai besok pagi! Telpon Kakak mu agar dia pulang secepat mungkin, maka aku tidak akan membawa kedua orang Tua mu kedalam penjara, daa ... n kau tidak perlu menikah denganku.''
"Karna yang seharusnya menikah dan menjadi pelampiasan dendamku adalah Kakak mu!"
Setelah mengatakan itu, Guntur menutup kaca mobilnya dan tidak lagi memperdulikan Lisa.
Lisa langsung berlari menyusul ibunya yang sudah masuk kedalam mobil polisi. ''Ibu ... Hisk, jangan tinggalkan Lisa Buk.''
''Lis--'' tak sempat sang Ibu bicara. Mobil itu sudah pergi membawanya, membuat Lisa mengejar dan terjatuh.
''Ibuuu ...'' Tangis Lisa pecah melihat Ibunya di bawa pergi.
Para tetangga yang melihat tidak bisa menolong, karna mereka tidak mau terlibat dalam masalah ... apa lagi saat tau jika Pak Rudi telah menipu orang itu dengan jumlah yang fantastis.
*Kasian sekali ya ...
Biarin aja.
Iya buat apa di kasihani, toh bapaknya tukang judi.
Rasain*.
Banyak para tetangga yang berbisik bisik, hingga salah satu Ibu-Ibu ada menghampiri Lisa. ''Sabar yaa Lis ... ayo berdiri, jangan seperti ini.''
''Ibu di bawa pergi, Mbok.''
''Sudah, kita cari jalan keluarnya." Mbok Jumirah menasihati Lisa.
Lisa yang tadinya menangis, ia langsung berhenti dan mengusap air matanya saat ia teringat perkataan Guntur. Lisa berlari ke dalam rumah dan mencari tasnya, lalu mengambil ponsel untuk menghubungi sang Kakak.
''Angkat, Kak.''
Lisa benar-benar panik karna sang Kakak tidak kunjung menjawab telpon darinya, hingga nomer sang Kakak tidak aktif sama sekali membuat Lisa berteriak marah.
''Kenapa jadi seperti ini ... aahhh, apa yang harus aku lakukan.''
Di saat Lisa merasa panik, ponselnya berbunyi dan nomer baru mengirimkan pesan padanya.
[Jika kau sudah membuat keputusan, maka temui aku di hotel xxx besok. Maka aku akan membebaskan kedua orang tua mu.]
''Kenapa seperti ini, apa yang harus aku lakukan.''
...¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤...
Ke esokan paginya, Lisa yang tidak mempunyai pilihan akhirnya menemui Guntur.
Lisa turun dari damri tepat di depan hotel yang di maksud. Lisa celingak-celinguk mencari seseorang yang katanya akan membawa dirinya pada si Tuan Arrogant itu.
''The Trans Luxury Hotel.''
Terpampang jelas jika hotel yang ada di depan nya ini adalah hotel berbintang lima, membuat Lisa semakin yakin jika si Tuan Arrogant itu memiliki uang empat miliar.
''Apa dia benar konglomerat, tapi bagaimana Bapak dan Kakak bisa berurusan dengan seorang konglomerat?'' Tanya Lisa pada dirinya sendiri, lalu ia merutuki sang Ayah yang berani menipu orang kaya dan membuat masalah. Termasuk sang Kakak yang memiliki hutang pribadi yang mana Lisa sendiri pun tidak mengetahuinya.
''Nona, Lisa.'' Panggil seseorang dari arah belakang.
''Yaa, saya.''
''Mari ikut saya, Bos sudah menunggu di dalam.''
Lisa mengangguk dan mengekori pria berbaju hitam itu.
Sebenarnya Lisa agak sedikit takut tapi apa yang harus dia lakukan lagi, kecuali menuruti perkataan si Tuan Arrogant itu. Tapi dang kakak yang dia sayangi tidak mengaktifkan ponselnya sampai hari ini.
''Pak, apa Ibu saya ada di dalam?'' tanya Lisa, dengan polos.
Pria itu hanya menoleh sedikit, lalu mengabaikan pertanyaan gadis kecil yang ada di belakangnya.
Lisa mengerucut kesal.
TING!!
Lift terbuka, keduanya keluar dari dalam lift dan masuk ke salah satu kamar yang mewah. ''Bos ada di dalam, masuklah.'' Ucap pria itu meninggalkan Lisa yang kebingungan.
''Eh, tung--'' Belum sempat Lisa menyelesaikan perkataan nya, pria itu sudah menutup pintu kamar.
Lisa menghela nafas dan melangkah sedikit demi sedikit mencari si Tuan Arrogant itu.
''P-permisi ... Tuan.'' Panggil Lisa melihat kanan kiri, lalu netra matanya melihat ke arah balkon di mana ada kolam renang di sana. Dan juga ia seperti mendengar jika ada seseorang yang sedang berenang.
Lisa melangkah ke arah balkon dengan perlahan, dan ia bisa melihat jika si Tuan Arrogant sedang berenang dengan gaya lumba-lumba. entahlah itu gaya lumba-lumba apa katak kecebur got.
Lisa pun dengan segera menghampiri Guntur yang ada di dalam air. ''Tuan!''
Guntur menoleh dan menyunggingkan bibirnya, "Kau datang? Hem.''
''Iyaa, aku datang demi ibuku.'' cetus Lisa, memutar matanya dengan malas.
Guntur terkekeh, lalu keluar dari dalam kolam renang dengan telanjang dada.
''Omaygat. Tuan! Bisa tidak anda pakai baju dulu baru keluar dari kolam.'' Lisa menutupi kedua mata sucinya dari godaan setan yang terkutuk.
''Ck, apa masalahnya? Aku ini berenang, bukan pengajian.'' pekik Guntur memakai handuk di pinggangnya.
Lisa melihat ke arah Guntur dari sela-sela jarinya dan menghela nafas saat Guntur sudah memakai handuk. Tapi Lisa gagal fokus melihat roti sobek berkotak enam yang terpampang nyata di depannya.
"Astagfirullah, mata ku sudah nggak perawan lagi." Jerit Lisa dalam hati.
''MASUK BODOH! BENGONG AJA DI SITU.'' bentak Guntur, membangunkan Lisa dari lamunannya.
Lisa dengan segera masuk kedalam dan mengekori Guntur dari belakang. ''Jadi bagaimana Tuan?''
''Tunggu di situ! Aku mau berganti pakaian dulu.''
What! Ingin sekali Lisa menjambak pria Arrogant di depan nya, bagaimana bisa dia di perlukan seperti ini. Lisa duduk di kursi menunggu Guntur selesai mengganti pakaian.
Tapi ... yang harus Lisa tau jika kedepannya mungkin dia di perlakukan sama atau bahkan lebih parah dari ini.
Sekitar sepuluh menit. Guntur keluar menggunakan baju cesuall dan duduk di depan Lisa. Menyilangkan kedua tanganya di dada dengan satu Kaki bertumpang di kaki yang satunya lagi.
''Kakak mu, tidak menjawab telpon?''
Lisa menunduk lalu menggeleng, membuat Guntur terkekeh.
''Kakak mu sudah tidak memperdulikan dirimu dan ibumu? Mungkin dia lelah menjadi tulang punggung keluarga, makanya dia tidak perduli dengan nasib mu.''
''Kakak ku, bukan orang seperti itu.'' Ujar Lisa merasa tidak suka.
''Ohh yaa?'' Tanya Guntur dengan nada mengejek, lalu berdiri dari duduknya dan duduk di sebelah Lisa.
''Ahk ...'' Lisa meringis saat dagunya di cengkram kuat oleh Guntur.
''Asal kau tau! Kakak mu itu sudah memisahkan aku dengan orang yang aku cintai!'' Ucap Guntur penuh penekanan.
''Ahk, Tuan sa-sakit.''
Bukanya melepaskan cengkraman, Guntur semakin kencang saat ia teringat wajah Mulan. ''Seharusnya Kakak mu yang ada di posisi ini! Tapi Kakak mu malah kabur.''
Sreet!
Guntur menepis cengkraman nya dengan kasar, membuat Lisa berkaca-kaca.
Tak sampai di situ, Guntur menjambak rambut Lisa kebelakang dan berbisik. ''Kau harus menikah denganku, dan menjadi pelampiasan dendam ku pada Kakak mu! APA KAU MENGERTI!'' Bentak Guntur, sambil melepaskan jambakan nya dengan kasar.
''Hiks ...'' Lisa menangis dalam diam dan mengangguk.
''Hmm bagus! Sekarang kau bersiaplah, karna aku telah mengatur semuanya.'' Ucap Guntur berdiri dari duduknya.
''Tu-Tuan bagaimana dengan Ibuku.''
Guntur menoleh dan menatap sejenak mata hitam dan bulat milik Lisa. ''Ibu mu akan aku lepaskan jika kau sudah aku ikat.''
''Apa Ibuku tidak masuk penjara?''
Guntur tidak menjawab, dia malah melengos pergi ke lantai atas. Membuat Lisa menyenderkan tubuhnya di meja. ''Kak ... kenapa kau kakukan ini semua, kenapa aku yang harus menanggung nya.'' Lirih Lisa dengan pilu.
Dia tidak tau mengapa sang Kakak melakukan itu, tapi kenapa harus dia?
•
•
Flashback Off.
...🌷🌷🌷...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!