Cinta Suamiku Bukan Untukku
Laras berlari menyusuri lorong rumah sakit,dia berlari dengan tergesa karena ibu Ramona pemilik panti asuhan memanggilnya sekarang juga. Padahal dia sedang ada kuliah tambahan di kampusnya.
Setelah masuk ke ruangan di mana ibu Ramona di rawat, Laras menghentikan langkahnya. Dia melihat di sana banyak sekali orang, terutama Doni anak ibu Ramona yang masih memakai setelan jas kerjanya.
Serta beberapa orang yang sudah siap untuk melakukan sesuatu yang penting. Ibu Ramona yang mengetahui anak asuh kesayangannya sudah datang pun tersenyum senang.
Dia melambaikan tangannya pada Laras agar lebih mendekat padanya. Laras menurut walau dia masih bingung dengan situasi itu. Laras menyalami ibu Ramona yang terbaring lemah di bangsalnya. Kemudian dia duduk di samping tangan kanan ibu Ramona.
"Laras, ibu minta sama kamu. Anggap saja ini adalah permintaan terakhir dari ibu pada kamu." kata ibu Ramona dengan suara pelannya.
"Ibu ngomong apa, tidak ada permintaan terakhir. Saya siap apa saja jika ibu meminta apapun dari saya bu." ucap Laras sambil memegang tangan ibu Ramona.
Ibu Ramona tersenyum, dia berpikir tidak salah memilih Laras untuk di jadikan menantu. Ibu Ramona memegangi tangan Laras dengan erat, membuat Laras jadi bingung.
"Laras, ibu belum selesai. Apa kamu mau menuruti permintaan ibu?" tanya ibu Ramona menatap mata Laras.
"Saya akan menuruti permintaan ibu. Ibu jangan khawatir, apa pun saya akan lakukan buat ibu Mona." kata Laras meyakinkan ibu Ramona, walaupun dia tidak tahu permintaan apa yang akan di minta darinya.
Ibu Ramona tersenyum lagi, kemudian dia memegangi tangan Laras dengan erat. Menarik nafas panjang dan berat.
"Sekarang, jika ibu minta kamu menikah dengan Danu anak ibu, apa kamu mau?" tanya ibu Ramona sambil tersenyum.
Wajah Laras pias, dia amat terkejut dengan ucapan ibu asuhnya itu. Benarkah permintaannya seperti itu? Dia melirik ke arah Danu.
"Bu, ibu bicara apa. Saya kurang paham." ucap Laras mengelak apa yang dia dengar.
Hanya untuk memastikan pendengarannya benar atau salah.
"Ibu bicara yang sebenarnya, Laras. Kamu harus menikah dengan Danu anak ibu." kata ibu Ramona lagi.
"Tapi bu ...." Laras tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Ibu hanya minta itu saja, menikahlah dengan Danu. Dia sudah bersedia untuk menikah denganmu. Makanya ibu memintamu untuk segera datang menemui ibu sekarang." kata ibu Ramona lagi.
Laras menunduk, bukannya dia tidak mau. Apakah mas Danu mau dengannya? Pikir Laras.
Sejujurnya dia mau menerima permintaan ibu Ramona menikah dengannya, karena dia tidak mau mengecewakan ibu asuhnya itu, Tapi dia juga perlu mendengar jawaban langsung dari Doni sendiri. Laras sudah banyak di bantu oleh ibu Ramona, dari sekolahnya hingga kuliahnya. Dan sekarang dia menjaga perpustakaan milik ibu Ramona dan di gaji sesuai dengan karyawan lainnya.
Dia juga ingin semua berdasarkan keikhlasan menjalani pernikahan nantinya.
"Laras?" panggil bu Ramona, membuyarkan lamunan Laras.
"Iya bu Mona."
"Apa kamu mau menikah dengan Danu?" tanya ibu Ramona lagi.
Laras semakin bingung, dia melirik Danu yang sejak tadi diam dengan wajah acuh. Ada kekesalan di wajah itu, tapi tetap diam saja.
"Ibu sebaiknya tanyakan dulu sama mas Danu, apa beliau mau menikah denganku." kata Laras memastikan kalau Danu mau menikah dengannya.
"Danu sudah setuju, tinggal persetujuan dari kamu. Apa mau menikah dengan Danu."
"Apa tidak bisa berpikir dulu?" tanya Laras bernegosiasi.
"Tidak bisa Laras, kalau kamu mau saat ini juga akan di nikahkan. Semua sudah menunggu kamu saja." kata ibu Ramona tidak sabar, nafasnya semakin lemah. Laras cemas, dia memegangi tangan ibu Ramona.
"Bu, maaf apa kita bisa segera di laksanakan. Karena saya juga sudah di tunggu di tempat lain." kata laki-laki yang memakai baju batik dinas itu melirik jam di tangannya.
"Laras?"
"Iya bu, saya mau." akhirnya Laras menyetujui permintaan ibu Ramona.
Ibu Ramona pun tersenyum lega, sedangkan Danu mendengus kesal.Tapi wajahnya tampak biasa saja agar ibunya tidak kecewa dengan sikapnya itu. Di tempat itu juga Danu dan Laras akan menikah di hadapan ibu Ramona. Kemudian penghulu yang sudah siap sejak tadi bersiap menikahkan Laras dan Doni.
Saksi-saksi di ambil dari perawat serta wali dari Laras adalah wali hakim yang di wakilkan oleh penghulu tersebut, karena Laras hidup sebatang kara tanpa saudara sejak di asuh oleh ibu Ramona.
Setelah pernikahan singkat dan sederhana telah terlaksana, kini bu Ramona tersenyum bahagia. Dia tahu hidupnya tidak akan lama lagi, karena penyakit kankernya yang sudah stadium empat dan tidak bisa di sembuhkan.
Semua peralatan kembali di pasang setelah semua sudah selesai, baik Doni dan Laras sudah kembali ke tempat aktivitasnya masing-masing. Sebelum berpisah, Doni meminta nomor ponsel Laras. Karena dia akan menghubunginya setelah pulang dari kerjanya.
_
Kini ibu Ramona kembali menjalani perawatan intensif setelah permintaan terakhir pada dokter yang merawatnya untuk yang terakhir kali.
"Dokter, berapa lama lagi umurku akan bertahan?" tanya ibu Ramona terbata.
"Perkiraan dari medis mungkin satu minggu lagi. Tapi kita kembali lagi pada Kuasa Tuhan, bu. Mungkin bisa satu bulan, satu tahun bahkan bisa hidup lebih lama kalau ibu optimis untuk sembuh." kata dokter memberi semangat padanya.
Dokter memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan ibu Ramona. Masih ada denyut, namun semakin lemah. Dia tidak bisa membaca denyut nadinya, kadang lemah. Kadang juga berhenti, kadang juga sangat cepat sekali. Membuat dokter yang menangani ibu Ramona bingung.
"Kita harus bagaimana dokter?" tanya perawat memperhatikan wajah ibu Ramona yang semakin pucat.
Dokter hanya menatap pasiennya itu dengan sedih, dia menggeleng dengan pertanyaan perawatnya itu. Pasrah.
"Dokter, kemarin malam ibu Ramona meminta kertas dan pena. Saya tidak tahu untuk apa." kata perawat yang setia merawat ibu Ramona.
Dokter memperhatikan raut muka pasiennya itu, dia juga tidak bisa berbuat banyak. Hanya selang dan infus serta alat mesin yang bisa menahan laju perkembangbiakan sel kanker yang menggerogoti ibu Ramona. Ibu Ramona tersenyum, kemudian matanya tertutup.
Dokter menatap perawat itu, dia juga pernah di titipi pesan oleh pasiennya ini. Jika dia sudah tidak ada, untuk memberikan surat pada anaknya juga menantunya. Dokter itu kemudian menuju meja yang ada di samping bangsal. Dia membuka laci yang di bawahnya,dan benar saja.Ada tiga pucuk surat.
Di setiap surat ada namanya masing-masing. Satu untuk dokternya satu untuk menantunya dan satu lagi untuk anaknya, Danu. Dokter kemudian mengambil semua surat itu, lalu memandang wajah ibu Ramona dan beralih kembali pada surat itu. Dia ragu untuk membuka surat untuknya, belum saatnya di buka.
Tapi dokter tersebut memasukkan suratnya ke dalam saku baju putih dinasnya. Dia akan membacanya setelah ibu Ramona benar-benar sehat atau sudah tiada. Bukan dia mendoakan kejelekan, tapi peluang untuk sembuh total itu tidak mungkin ada kecuali Tuhan memberikan keajaiban.
Dokter menghela nafas panjang, kemudian dia melangkah keluar di ikuti perawat tadi.
_
_
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
🤗🤗🤗
2024-01-17
0
sakura
..
2023-05-29
0
abdan syakura
Assalamu'alaikum
Mampir Thor...😊👍💪
2023-03-21
0