Malam semakin larut, Laras masih menunggu suaminya pulang. Entah kapan dia akan di ajak bicara mengenai hal yang dia tidak tahu.Tapi tebakan Laras mungkin tentang surat wasiat dari mertuanya. Laras mendesah pelan, dia lapar juga mengantuk.
Sejak dia datang lagi ke rumah Danu, belum makan dari sore tadi. Laras masuk ke dapur, mungkin ada makanan yang bisa di makan. Mie instan pun tidak apa,untuk mengganjal perutnya yang terasa keroncongan sejak datang tadi.
Dia memeriksa laci dapur yang biasa menyimpan mie instan, dia ambil satu bungkus mie goreng dan mengambil telur yang ada di kulkas. Kemudian dia menyalakan kompor dan memanaskan air untuk merebus mie. Tiga menit air mendidih, Laras masukkan mie tadi dan juga telurnya.
Lima menit mie goreng pun jadi, kemudian dia langsung menyantapnya dengan lahap. Baru beberapa sendok dia makan mie goreng buatannya, Danu masuk ke dapur melihat Laras makan mie goreng.
"Kamu sedang apa?" tanya Danu mengambil air mineral di kulkas.
"Aku sedang makan mie goreng mas. Maaf mienya saya masak, karena saya lapar sejak sore tadi." ucap Laras meneruskan makan mie gorengnya.
Danu memperhatikan Laras makan mie dengan lahap, kemudian dia masuk ke dalam kamarnya.
"Setelah makan kamu tunggu di meja makan, ada yang harus aku bicarakan." ucap Danu sebelum masuk ke kamarnya.
"Iya mas." jawab Laras singkat.
Dan beberapa suap lagi, Laras menghabiskan mie gorengnya lalu minum. Dia merapikan piring juga gelas yang tadi dia gunakan untuk di cuci.
Setelah selesai dia menuju meja makan sesuai perintah suaminya.
Dia merogoh tasnya untuk memberitahu kepada Anisa kalau malam ini dia tidak pulang ke kostan. Dan besok dia akan ke kedai kopi untuk mengundurkan diri. Tapi sebelumnya dia akan bernegosiasi dengan Danu kalau dia di perbolehkan untuk bekerja.
Danu keluar dari kamarnya, dia memakai kaos oblong dan celana pendek. Sebenarnya Danu itu ganteng, putih kulitnya juga tinggi dan atletis. Jika dia tersenyum sungguh manis. Laras pernah melihat Danu tersenyum dan tertawa, sangat manis.
Namun di dalam rumah ini, jangan harap Laras dapat senyuman apalagi tawa Danu untuknya. Laras menatap Danu sejenak, menikmati manusia sempurna di hadapannya. Sekilas Danu melihat Laras sedang memperhatikannya, lalu dia tersenyum miring. Seolah mengejek kalau Laras menyukainya.
Laras menunduk, dia malu di ketahui oleh suaminya telah mengaguminya. Dia mengambil air minum untuk mengalihkan rasa gugupnya.
"Apa yang kamu lihat dariku?" tanya Danu yang seolah tahu akan kegugupan Laras.
"Tidak mas, aku tidak melihat apa-apa." jawab Laras agak gugup.
"Walaupun kamu mengelaknya, tapi aku tahu kamu mengagumiku. Tapi maaf, aku tidak pernah tertarik padamu." ucap Danu menohok.
Laras menatap Danu, lalu dia menunduk lagi dan menghela nafas pelan. Sudah dia duga jawabannya pasti menyakitkan bagi Laras.
"Apa yang ingin mas Danu bicarakan?" tanya Laras yang sudah bisa menguasai pikirannya.
"Kamu dapat surat wasiat dari ibu?" tanya Danu langsung saja pada intinya.
"Iya.",jawab Laras singkat.
"Apa isi suratnya?" tanya Danu lagi.
"Apa penting untuk di bicarakan?" Laras balik bertanya.
"Penting! Karena pembicaraan ini mengenai surat wasiat dari ibu juga lainnya." jawab Danu.
"Aku di minta ibu untuk selalu menjaga mas Danu apapun keadaannya." jawab Laras.
"Hanya itu?" tanya Danu.
"Ya. Kenapa?"
"Besok kita menemui pengacara untuk membacakan surat wasiat peninggalan ibu. Aku tidak tahu sedekat apa kamu dengan ibuku sehingga dia memberikan sebagian peninggalannya padamu." kata Danu ketus.
Laras diam, dia mencerna ucapan Danu. Apakah mertuanya memberikan sebuah warisan untuknya?
"Sebelum besok bertemu pengacara, aku ingin membuat perjanjian lagi denganmu." ucap Danu lagi.
"Perjanjian apa?" tanya Laras mengerutkan dahi.
"Jika nanti kita punya anak, aku ingin kamu pindah dari rumah ini. Aku akan membeli rumah untukmu nanti." kata Danu.
"Lalu rumah ini?" tanya Laras.
"Aku sudah bilang, satu tahun lagi aku akan menikahi pacarku. Dan rumah ini akan aku tempati dengan istriku nanti." kata Danu kesal, kenapa Laras selalu ingin tahu urusannya.
"Aku juga istrimu mas." kata Laras lirih.
"Kamu jangan mimpi jadi istriku selamanya." ucap Danu ketus.
Belum apa-apa hati Laras sakit sekali, sudah di peringatkan lebih dulu jangan pernah menaruh hati pada suaminya itu, pikir Laras. Apa
"Bagaimana? Walau kamu keluar dari rumah ini, aku tetap akan menjamin kehidupanmu dan anakmu nanti." tawar Danu lagi.
"Kamu pikir pernikahan itu main-main mas?" kata Laras kesal.
"Bagiku, menikah denganmu adalah main-main Laras. Jadi jangan pernah kamu berharap aku akan mencintaimu dan kamu jangan pernah menaruh hati padaku!" ucap Danu memperingatkan Laras dengan tegas.
"Baiklah, kalau itu maumu.Terserah saja, tapi saya mohon jangan ceraikan saya setelah kamu menikah lagi nanti." kata Laras meminta pada Danu.
"Kamu berharap aku akan mencintaimu? Dan kembali lagi padamu?" tanya Danu mencibir permintaan Laras itu dengan sinis.
"Tidak, saya hanya mau memenuhi amanah ibumu. Jika kamu tidak mau denganku tidak apa, asal nanti jika aku punya anak. Anakku mempunyai ayah yang baik." kata Laras dengan tegas dan berani menatao Danu tajam.
"Baiklah, tapi aku ingatkan kamu jangan pernah bermimpi aku memcintaimu dan hidup bersamamu." kata Danu lagi masih mengingatkan Laras akan pendiriannya itu.
Perdebatan itu selesai, mereka saling diam. Laras menghela nafas panjang, rentetan kalimat yang di ucapkan Danu benar-benar menyakitinya. Ada rasa menyesal dia ketika dulu memenuhi permintaan ibu Ramona menikah dengan Danu.
Kalau sudah terlanjur seperti ini, sakit hati sejak awal akan dia terima entah sampai kapan.
"Satu lagi mas, aku pengen tetap bekerja."
"Untuk apa? Bukankah aku sudah bilang jangan bekerja lagi, kerjakan pekerjaan rumah ini."
"Kamu egois mas, aku di suruh diam di rumah sedangkan kamu bersenang-senang dengan pacarmu itu?" kata Laras.
"Kamu jangan membantah!" kata Danu Membentak Laras.
Laras menatap suaminya tajam, dia benar-benar tidak mengerti dengan keangkuhan dan keegoisan suaminya itu.
"Berarti kamu menyiksaku secara pelan-pelan."
"Saat ini aku suamimu, dan kamu harus patuh dengan perintah suami. Apa kamu tidak mengerti itu?!" bentak Danu.
Laras diam, memang seharusnya dia menurut apa kata suaminya. Tapi kalau hanya untuk diam saja di rumah dan di abaikan buat apa? Seolah pembantu berstatus istri, dan lagi jika di luar rumah tidak di akui sebagai istri dan tidak boleh mengenalnya apa lagi mengakui istrinya Danu.
Peraturan macam apa itu? Mementingkan diri sendiri, egois. Laras bersungut-sungut dalam hati.
Danu bangkit dari duduknya, dia merasa perdebatan dengan Laras sudah cukup, dan dia harus mematuhi perintahnya.
"Besok jam sepuluh aku jemput kamu untuk menemui pengacara ibu. Jangan sampai aku jemput kamu belum siap apapun." ucap Danu sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Laras yang sejak tadi diam dalam kebingungan hanya bisa menatap kepergian suaminya. Bagaimana bisa punya anak jika sekarang saja Danu masih bersikap ketus dan sok berkuasa itu. Entahlah, Laras belum berpikir ke arah sana.
Dia masih memikirkan bagaimana ngomong sama bosnya, alasan apa yang akan dia buat. Belum satu bulan dia bekerja di kedai itu,,sekarang harus keluar lagi. Tahu begini, Laras berpikir lebih baik dia meneruskan kuliahnya.
_
_
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
TongTji Tea
ribet amat.siapa dia? tinggal pergi Gugat cerai .Makan juga kerja sendiri
2023-06-27
0
Memyr 67
mimpi danu, mau menikah dan bersenang senang dengan wanita lain. itu kesenangan semu. karena tidak pernah ada kesenangan yg sebenarnya di atas penderitaan wanita lain.
2023-04-25
0
amalia gati subagio
bolak balik perjanjian, ingkar, gak mo sadar dr koma halu bu? kecerdasannya sengaja dilibur panjangkan, agar gak ngulik logika & nurani yg dicederai piyeeeee? 🤔
2023-01-11
0