Laras pergi ke kostan Anisa untuk mengambil barang-barangnya, dia sengaja kesana sebelum Anisa berangkat kerja. Sampai di depan kost, Laras langsung masuk ke kostan. Dia mengetuk pintu kamar Anisa dan memberi salam. Sebelumnya sudah menghubungi Anisa lebih dulu.
Tok tok tok
"Assalamu alaikum, Anisa!" ucap Laras
"Wa alaikuk salam, masuk Laras.",jawab Anisa.
Laras pun membuka handel pintu dan masuk ke dalam kamar. Dia melihat Anisa sedang bersiap untuk berangkat kerja. Laras duduk di tepi ranjang berukuran satu orang itu, dia melihat Anisa yang sedang memoles bedak di wajahnya.
"Kamu yakin akan keputusanmu keluar dari kedai kopi?" tanya Anisa yang masih merias wajahnya.
"Ini bukan keputusanku, tapi keputusan mas Danu. Sudahlah, aku hanya mau jadi istri yang baik. Menuruti kemauannya dulu, kalau dia masih saja tidak mau menerimaku. Ya aku terima." ucap Laras lirih, dia juga sebenarnya enggan untuk keluar dari kerjaannya itu.
"Istri yang baik tapi tidak di hargai, sama aja menjemput kepedihan." ucap Anisa menyindir.
"Aku bisa apa, Nis.A ku juga bukan orang kaya dan ngga punya orang tua. Hidupku selalu di temani kesedihan sejak dulu. Dulu juga aku bisa, kenapa sekarang ngga bisa?" ucap Laras mematahkan sindiran Anisa.
Anisa menghentikan kegiatannya, dia menatap Laras yang masih diam. Kasihan juga, pikirnya.
"Maaf atas ucapanku,aku hanya ngga rela kamu selalu dalam kesedihan dan kepedihan. Semua orang berhak bahagia Laras, kamu bisa mencari bahagiamu sendiri. Sebelum terlambat, Ras." kata Anisa lagi.
"Aku sudah terikat oleh surat wasiat itu, bagaimana bisa aku mau berontak. Setidaknya aku berusaha dulu untuk merubah keadaan dengan menerima kenyataan pahit ini, namun jika Allah berkehendak lain ya aku terima. Mungkin ini garis nasibku, Nisa." ucap Laras sedikit bergetar bibirnya menahan tangis pilunya.
"Maaf, aku terlalu memojokkanmu. Aku doakan kamu bisa menghadapi semuanya ini. Aku akan tetap dukung kamu, dan kapan pun kamu mau bercerita, aku siap dengarkan." kata Anisa memeluk sahabatnya itu.
"Terima kasih Nis,aku senang kamu selalu dukung apa yang akan aku lakukan.Aku juga tidak akan berdiam diri menerima kepahitan ini,aku akan cari kesibukan sendiri walaupun di rumah saja."ucap Laras sambil tersenyum dan menghapus airmatanya yang sempat menitik.
Mereka berpelukan,lalu Anisa membantu mengemasi barang-barang Laras.Walaupun sangat di sayangkan Laras menerima perintah suaminya,namun memang harus patuh.Walau bagaimanapun Laras statusnya istri,jadi harus patuh pada suaminya.
"Kapan kamu mau ke kedai kopi?"tanya Anisa.
"Belum tahu,mungkin nanti jika sudah selesai urusan dengan pengacara."
"Kalau gitu aku ijin ke pak Andrenya kamu lagi sakit aja ya,biar ijin resmi resign kamu sendiri yang mengajukan."
"Boleh deh,aku janji ngga akan lama menutupi kebohonganmu sama teman-teman di sana juga kak Andre."ucap Laras sambil terseyum.
Anisa hanya tersenyum menanggapi ucapan Laras.Kemudian keduanya keluar dari kostan Anisa,Anisa pergi bekerja sedangkan Laras kembali ke rumah suaminya.
Mereka berpisah dengan datangnya ojek online yang mereka pesan dengan tujuan berbeda
Laras kembali ke rumah suaminya dan sampai di rumah sebelum Danu menjemputnya. Tepat pukul sepuluh, mobil Danu masuk halaman rumah. Dia keluar dari dalam mobil dan langsung masuk ke dalam rumah menuju kamarnya mengambil sesuatu yang tertinggal.
Laras sudah siap sejak kedatangan suaminya, dia duduk di sofa ruang tamu menunggu suaminya keluar lagi dari kamarnya.
Agak lama Danu di kamarnya, dia masih mencari barang yang tertinggal. Sedangkan Laras masih berkutat dengan ponselnya, dia membuka akun sosial medianya. Melihat-lihat status orang-orang di sosial media. Tidak ada yang menarik, dia kembali menutup akun sosial medianya setelah Danu selesai mencari barang yang tertinggal.
Mengajak Laras segera masuk ke dalam mobil. Mereka pun berangkat menuju kantor pengacara ibu Ramona, mendengarkan pembacaan surat wasiat dari ibu Ramona tentang harta yang di tinggalkan.
Satu jam mereka sampai di kantor pengacara, Danu langsung menuju gedung advokat corp yang menaungi beberapa pengacara handal dan baru berkecimpung di dunia hukum. Danu memasuki satu ruangan besar, di ikuti oleh Laras dari belakang yang sejak keluar dari mobil Danu selalu berjalan di depan Laras. Laras tidak menyamai jalan suaminya karena dia tahu suaminya itu engga berjalan beriringan dengannya.
Sampai di dalam ruangan besar itu, pengacara yang bernama Herianto itu sedang memeriksa sebuah dokumen dan berkas kasus dari kliennya. Danu menyapa pengacara Herianto dengan sopan.
"Selamat pagi menjelang siang pak Heri." sapa Danu.
"Oh, hahah pak Danu. Silakan duduk." kata pak Heri, dia melihat Laras di belakang Danu hanya tersenyum saja.
"Ini pasti nyonya Danu kan?" ucap pak Heri.
Laras yang mendengar ucapan pak Heri hanya tersenyum tipis, sedangkan Danu hanya diam saja. Mendengus pelan.
"Silakan duduk pak Danu dan nyonya Danu." ucap pak Heri mempersilakan duduk di sofa ruangannya yang memang sengaja untuk membahas hal penting dengan klien atau rekan kerjanya.
Baik Danu dan Laras duduk, mereka duduk agak berjauhan. Karena Laras sadar diri akan kedudukannya. Dan Danu sendiri tidak mempedulikan dengan itu Laras duduk berjauhan dengannya.
Pak Heri memperhatikan tingkah kedua suami istri itu, seperti ada hal yang kurang di sukai oleh kliennya ini,pikir pak Heri. Namun demikian dia tidak mau mencampurinya.
"Begini pak Danu, sebelum saya membacakan surat wasiat ibu anda. Ada baiknya anda berjanji untuk memenuhi permintaan mendiang ibu anda. Karena ini menyangkut semua aset yang di miliki mendiang ibu anda." kata pak Heri memberi peringatan pada anak kliennya itu.
"Ya, itu tidak masalah pak Heri. Kami akan menjalankannya sesuai wasiat ibu." ujar Danu datar.
"Baiklah, karena sepertinya pak Danu sedang banyak pekerjaan jadi saya membacakan wasiat mendiang ibu anda. Sebentar, saya ambil dulu berkasnya." kata pengacara Heri.
Lalu pak Heri menuju mejanya kembali, mengambil berkas yang selama ini tersimpan sejak setengah tahun lalu. Ibu Ramona membuat wasiat sebelum dia masuk rumah sakit, tapi dia sudah sakit-sakitan dan sering periksa.
Dokter memaksa untuk di rawat karena penyakitnya sudah tidak bisa lagi tertolong, namun demikian dengan di rawat dan di pantau di rumah sakit akan lebih baik dari pada hanya kontrol dan periksa saja.
_
_
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
heni diana
Kayanya harta warisan bu ramona akan jatuh k tangan danu kalau dia tetap mempertahankan rumah tangganya sma laras jadi danu mau tak mau memperthankan laras..
2022-12-19
2