Mengandung Tanpa Suami

Mengandung Tanpa Suami

Hilang lah sudah.

Grepp ....

Sebuah telapak tangan milik seseorang membekap mulut seorang wanita muda bernama Aqilla Az-Zahra. Tubuhnya pun di seret paksa dan di bawa entah kemana. Zahra, gadis berusia 22 tahun itu tengah berjalan sendirian baru pulang dari warung membeli sesuatu di suruh Ibunya.

Namun, gadis cantik itu mendapatkan serangan dari belakang. Mulutnya di bekap oleh seseorang yang tidak bisa ia hindari.

"Hmmff ... Hmmff ...." Zahra memberontak ingin melepaskan diri. Namun, tenaganya tidak sekuat wanita super hiro. Penglihatannya mulai buram, tenaganya mulai melemah hingga ia terkapar lemah tak sadarkan diri di dalam dekapan seseorang.

"Cepat kita bawa dia ke penginapan no 212 yang ada di dekat balai pembatas desa ini! Pastikan tidak ada yang mengetahui aksi kita ini. Kita tinggalkan dia sendirian di sana sampai orang yang kita sewa datang."

"Siap, aku akan mengikuti perintah mu. Tapi, apa yang akan kau lakukan kepadanya?"

"Tentu saja memberikannya ke para pria untuk di jadikan santapan mereka. Saya akan membuatnya di usir dari kampung sini."

Kedua orang itu saling membantu mengangkat tubuh Zahra dan membaringkannya di mobil bagian belakang. Keduanya membawa Zahra ketempat yang akan mereka kunjungi.

Setelah tiba di tempat tujuan, tubuh mungil itu di letakkan di atas kasur salah satu penginapan yang mereka sewa untuk membuat Zahra tidur bersama seorang pria. Keduanya nampak membuka setiap kancing baju Zahra hingga memperlihatkan bagian dalamnya.

Penginapan yang terletak di antara perkampungan tempat wisata dengan bambu perbatasan desa, begitu terasa mencekam di malam hari. Penginapan tersebut sering di kunjungi oleh wisatawan luar kota maupun dalam kota. Bahkan, tak sedikit penginapan tersebut di jadikan tempat pertemuan dua sejoli tanpa memiliki tali pernikahan.

"Cepat hubungi orang itu untuk datang kemari!" perintah seorang wanita pada teman yang membantu keberhasilan rencananya.

Salah satu di antara mereka langsung menghubungi pria yang mereka sewa untuk mencicipi tubuh Zahra.

"Beres, dia akan datang ke sini."

"Bagus, sekarang kita pergi dari sini. Ayo ...." Kedua orang itu nampak lari meninggalkan Zahra seorang diri dalam keadaan tak sadarkan diri.

Tak lama kemudian, muncullah seorang pria berjalan sempoyongan memegangi kepalanya. Dia tengah merasakan pusing dan juga panas di area tubuhnya. Matanya melihat tulisan kamar inap yang ia sewa. Kamar 212 kini terlihat seperti angka 221 dimatanya dan masuk begitu saja.

"Sialan, kenapa bisa aku sampai kecolongan begini. Dia benar-benar kurang ajar," gumam pria bertubuh tinggi dengan postur tubuh tegap seraya berusaha menguasai sesuatu merasuk kedalam tubuhnya.

Zahra pun tersadar dari pingsannya. Tangan kanannya terulur memegangi kepala yang terasa pusing. Dia berusaha mendudukkan badannya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi kepadaku? Kenapa aku ada di sini?" lirihnya. Lalu, dia memegang bajunya dan di buat terkejut oleh pakaian yang sudah terbuka.

"Apa yang terjadi padaku? Tidak ... ini tidak mungkin." Zahra menggelengkan kepalanya dengan derai air mata. Dia berdiri berusaha meraba di antara gelap gulita tanpa cahaya.

Zahra pun sedikit berlari ingin keluar dari tempat kosong gelap itu dan pikiran negatifnya terus menghantui pikiran dia.

Bruk!

Tubuhnya tak sengaja menabrak meja membuat seseorang yang berdiri sana terperanjat mengalihkan penglihatannya ke samping.

Orang itu tertegun memandangi pemandangan indah di depan matanya. Dia memperhatikan wajah cantik di bawah sinar rembulan. Jiwanya seakan terpanggil oleh bisikan menyeramkan dari kiri kanan untuk mencicipinya. Rasa panas dari tubuhnya kembali bertambah seiring penglihatan yang menurutnya menggairahkan di depan mata.

"Siapa dia? Kenapa dia bisa berada di kamar inap ku?" Pertanyaan terus terlontar dalam pikiran dan hati pria itu.

Zahra masih belum menyadarinya karena sedang sibuk mengancingkan bajunya sambil menunduk.

Bruk!

Tubuh Zahra kembali menubruk sesuatu dan kali ini tubuh seorang pria yang tengah berdiri memperhatikan pergerakannya.

Zahra mematung merasakan tangan seseorang memeluk pinggangnya. Begitupun dengan pria itu yang juga merasa tertantang untuk menyentuhnya.

"Si-siapa ka-kau?! Le-lepaskan saya?" Zahra gemetar ketakutan memberontak minta di lepaskan. Sentuhan kulit mereka membuat sang pria di selimuti hasrat yang bergejolak meminta di tuntaskan.

"Kau yang siapa? Kenapa masuk ke penginapan ku? Kau habis ngapain, hah? Apa kau berusaha mencuri?" ucarnya sekaligus menuduh Zahra melakukan hal tak terduga.

"Ti-tidak, aku tidak seperti itu. To-tolong lepaskan saya!" Zahra gemetar ketakutan kala tangan kekar itu semakin menariknya kedalam dekapan hangat. Dia tidak bisa jelas melihat wajah pria itu karena minimnya pencahayaan. Di dalam kamar tersebut suasananya gelap dan hanya ada sinar rembulan yang masuk lewat jendela tertutup tirai putih sebagai penerangannya.

Pria itu tengah memperhatikan bibir mungil berwarna pink alami. Mata sayunya tergoda oleh warna tersebut sehingga bisikan syetan membuatnya gelap mata. Di tambah pengaruh minuman membuat pria itu tak terkendali lagi.

Zahra terbelalak melotot sempurna ketika bibirnya di kecup pria di depannya. Dia terkejut atas apa yang tengah terjadi. Zahra berusaha menghindar, tetapi sentuhan itu berubah semakin menuntut dan semakin mendalam. Zahra memberontak memukul-mukul dada pria itu. Dirinya begitu sulit melihat wajah pria di hadapannya.

Sang pria semakin di buat bergairah, sesuatu aneh yang dirasakannya semakin membuat ia tersiksa. Apalagi sentuhan dari wanita di dalam dekapannya semakin membuat dia gelap mata. Pria itu menggiring paksa tubuh Zahra keatas kasur dengan bibir kembali bertautan.

"Tuan, lepaskan saya! Saya mohon!" pinta Zahra memelas dan kembali berusaha mendorong pria di hadapannya yang tengah mengecupi leher dan juga tangannya tengah bermain di kedua buah kembarnya.

Pria itu tidak peduli rintihan Zahra, jiwanya telah dirasuki gairah membara akibat minuman memabukkan yang tak sengaja ia minum di warung remang-remang. Syetan pun semakin gencar mengomporinya untuk terus melanjutkan apa yang sedang ia rasa.

"Saya tidak bisa memberhentikan ini." Di tengah kesadarannya, pria itu berjanji akan bertanggungjawab. Meski ia sadar, tapi obat itu seakan sulit ia kendalikan. Hanya pelampiasan yang mampu memberhentikannya.

Pria itu berusaha membuka paksa setiap baju yang di kenakan Zahra. Dirinya sudah gelap mata dan sulit mereda nafsunya.

"Kumohon jangan lakukan ini. Ku mohon, Tuan. Lepaskan saya!" Rintihan pilu untuk mempertahankan apa yang ia jaga terdengar menggairahkan di telinga pria itu. Semangatnya semakin menjadi ketika melihat tubuh wanita di bawah kuasanya sudah tak berpakaian apapun.

"Tolong jangan lakukan ini pada saya, Tuan." Zahra berteriak menangis meminta tolong. Tapi semakin Zahra berontak pria itu juga semakin bersemangat.

Pria itu tidak bisa lagi menahannya, dia berusaha menyatukan keduanya dengan cara menggebu. Dan apa yang seharusnya tidak terjadi telah terjadi kepada Zahra.

"Aakh, sakit!" jerit Zahra mencengkram kuat bahu pria di atasnya. Air mata Zahra mengalir deras membasahi pipi putih mulusnya. Dunianya seakan hancur berkeping-keping setelah apa yang ia jaga terenggut paksa oleh orang asing yang tidak ia kenal.

Hatinya sakit tersayat perih mengetahui kehormatan yang ia jaga untuk calon suaminya telah hilang. Apa yang akan ia katakan kepada suaminya kelak? Sedangkan hari pernikahannya tinggal satu bulan lagi.

Terpopuler

Comments

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

aku disini 🤗

2023-02-25

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Assalamualaikum ijin mampir ya thor

2023-02-02

0

Bunga Alika

Bunga Alika

Aku mampir teh

2023-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!