Sebuah pertanyaan dari orangtua

Semua orang tengah terdiam menunggu Zahra sadar dari pingsannya. Wajah Anton sudah merah padam tidak sabar menanyakan hal yang mungkin membuat semua orang terkejut. Mala tengah mengusap pundak Anton agar pria itu tidak terlalu emosi. Kiara tengah tersenyum menyeringai merasa puas rencananya berhasil. Ilyas diam menunduk seraya duduk di dekat Zahra. Celine ibunya Ilyas menatap benci wanita yang sedang terbaring tak sadarkan diri.

Perlahan mata Zahra mulai terbuka seiring kesadaran yang mendera. Netra matanya terbuka sempurna dan mencoba menatap memperhatikan segalanya. "Di kamar?"

"Ya, kau sedang di kamar sekarang. Tadi kamu pingsan tak sadarkan diri saat akad ingin berlangsung. Dan semuanya gagal karena kau tiba-tiba pingsan," ujar Anton menggema dengan suara yang tak bersahabat menahan amarahnya.

"Pah, sudah. Jangan sampai bicara kasar sama Zahra." Mala mencoba menenangkan suaminya agar tidak marah terhadap Zahra.

Zahra tidak mengerti dan dia berusaha mendudukkan tubuhnya dibantu oleh Ilyas namun di cegah oleh ibunya. Tangan Ilyas di tarik menjauhi Zahra.

"Jangan dekat lagi dengan wanita kotor ini. Ayo kita pulang. Dia sudah sadar." Mamanya Ilyas menarik tangan putranya untuk menjauhi Zahra.

"Tapi, Mah. Ilyas tidak peduli Zahra mau kotor ataupun tidak karena Ilyas juga kotor. Ilyas menerima Zahra apa adanya."

"Kau ini bodoh sekali Ilyas. Zahra itu sudah ternoda dan sedang mengandung anak orang lain. Jadi untuk apa kau masih saja mengharapkan dia. Masih banyak wanita yang masih suci terhormat dibandingkan wanita ja lang ini." Celine menjadi tidak menyukai Zahra setelah mengetahui sebuah kebenaran yang ada.

Zahra tertegun diam mematung mendengar perkataan calon mertuanya. Pikiran bertanya-tanya ada apa? Apa yang terjadi? Dan kenapa semuanya terasa berbeda?

Zahra mengedarkan pandangannya memperhatikan orang-orang yang ada di sana. Ayahnya terlihat seperti sangat marah, ibu sambungnya menatap sedih, Kiara kakak tirinya menatap benci, Celine calon ibu mertuanya memandangi jijik, dan Ilyas menunduk sedih.

"Apa yang terjadi?" Zahra memberanikan diri untuk bertanya mengenai kejadian setelah ia pingsan tadi. Sungguh dirinya di buat bingung namun juga takut jika apa yang ia sembunyikan di ketahui juga. Wajah pucatnya masih ketara terlihat sangat jelas di wajah cantiknya.

"Kamu masih bertanya apa yang terjadi? Seharusnya Ayah yang bertanya dengan siapa kamu melakukan perbuatan zina?"

Duarr...

Zahra tertegun terkejut bagaikan tersambar petir di siang bolong kala ayahnya berteriak murka menanyakan dengan siapa dia berzina? Pikiran Zahra semakin kacau, hatinya bertambah gelisah dengan jantung terus berdebar menerka jika kemungkinan apa yang ia takutkan beneran terjadi padanya.

"Ayah a-apa yang Ayah ka-katakan?" Zahra masih belum mengakui padahal dirinya mulai menyadari sebuah ketidak beresan di sini.

"Masih bertanya apa yang ayah katakan? Kau hamil, Zahra. Kau HAMIL."

Deg...

FLASHBACK

"Zahra...!" semua keluarga terkejut melihat Zahra tiba-tiba pingsan sebelum akad di laksanakan.

Ilyas segera menangkap tubuh calon istrinya di saat sudut matanya melihat Zahra ingin terjatuh. "Zahra, bangun! Kamu kenapa?"

Ilyas menepuk-nepuk pipi Zahra dan sangat mengkhawatirkan wanitanya. Begitupun dengan Anton dan yang lainnya.

"Dua kenapa? Apa dia sakit?" tanya Anton mau makan perihal kesehatan saya kepada Mala.

"Akhir-akhir ini Zahra sering mengeluh kalau dia suka pusing. Tapi, aku tidak tahu jika pusing yang Zahra alami malah membuatnya begini tepat di hari pernikahan dia."

"Kau ini kenapa tidak memberitahukan Zahra untuk terus menjaga kesehatannya," balas Anton kesal acaranya jadi kacau begini.

"Mungkin Zahra hamil," celetuk Kiara sampai semua orang memperhatikan ke arahnya.

Ada yang melotot tak percaya wanita yang diketahui kakaknya itu berbicara aneh-aneh terhadap adiknya, ada yang mulai terhasut sehingga membicarakan Zahra. Dan ada yang tidak terima Kiara bicara begitu di depan semua tamu undangan.

Anton melihat wajah putrinya yang terlihat pucat meski sudah dihias dengan hiasan pengantin. Rasa tak percaya mempercayai ucapan Kiara menolak. Namun, saat mengingat Zahra pernah pulang sendiri di hatinya.

"Kenapa kalian malah diam saja, ambilkan minyak angin, cepat!" celetuk Celine juga panik dan khawatir.

Mala berlari ke kamarnya mengambilkan minyak angin. Setelah menemukan mencoba mendekatkan minyak angin itu tepat di dekat hidung Zahra. Tapi, Zahra masih saja tidak sadar. Bagian kakinya sudah di usap oleh Celine agar mampu membuat reaksi pada Zahra. Tapi masih saja tidak bereaksi.

"Ini bagaimana dengan pernikahan nya? Apa akan dilanjutkan atau di tunda dulu?"

"Batalkan saja, pak penghulu!" sahut Kiara semangat.

"Kiara...! Jaga bicaramu! Kau itu kenapa sedari tadi terus saja ikutan Kiara yang tidak-tidak?" sentak Mala tidak menyukai perkataan Kiara.

Dan hal itu mengundang banyak pertanyaan di benak para orang-orang yang tengah hadir menyaksikan pernikahan Zahra dan Ilyas.

"Aku bicara apa adanya, Bu. Untuk apa pernikahannya dilanjutkan kalau Zahra saat ini tengah hamil anak orang lain." Kiara begitu terang-terangan mengungkapkan sebuah rahasia yang mungkin belum di ketahui keluarga.

"Jaga bicaramu, Kiara! Anakku tidak mungkin seperti yang kau katakan?" sentak Anton tidak terima putrinya di tuduh yang tidak-tidak.

"Kenapa, Ayah? Kau tidak percaya padaku karena aku hanya bicara tanpa adanya bukti? Lebih baik Ayah menelpon dokter guna memeriksa keadaan Zahra saat ini." Kiara menyarankan ide di luar dugaan semua orang. Tapi, itu ada benarnya juga sekalian untuk memastikan Zahra ini sakit apa?

"Tidak perlu membawa dokter segala! Kita tunggu Zahra sadar setelah itu kita lanjutkan pernikahan ini. Kali ini Ilyas yang bersuara. Dia tidak ingin kehamilan Zahra di ketahui orang-orang dan tidak mau Zahra mendapatkan amarah dari ayahnya.

"Kenapa tidak perlu, Ilyas? Yang di katakan Kiara ada benarnya juga kalau kita harus mengundang seorang dokter. Atau kau dan Zahra menyembunyikan sesuatu?" Celine menatap sengit penuh selidik putranya.

"Bu-bukan seperti itu. Zahra hanya butuh istirahat saja dan mungkin juga lelah," ujar Ilyas melindungi keras wanita yang ia cintai dari aib yang sedang di tutupi.

"Ini mau dilanjutkan atau di tunda? Saya tidak banyak waktu karena saya harus menghadiri pernikahan yang lainnya juga," ucap Pak penghulu terus melihat jam di pergelangan tangannya sudah hampir 1/4 jam menunggu kesadaran mempelai wanita.

"Daripada kalian menunggu, aku sudah menyiapkan dokternya yang juga kebetulan menjadi tamu undangan." Kiara mengulum senyum puas jika rencananya pasti akan berhasil. "Pak, silahkan periksa adik saya ini." Kiara meminta dokternya berdiri kemudian mengangguk.

"Zahra itu tidak kenapa-kenapa, dia hanya butuh istirahat saja," ucap Ilyas mencegahnya."

"Biarkan dokter itu memeriksa Zahra!" Anton juga penasaran apa yang terjadi pada putrinya.

"Tapi...!"

Terpopuler

Comments

EVA_HYUNGSIK

EVA_HYUNGSIK

Maaf Author, saya tak paham di bagian ini. Maksdnya apa ya pas dibagian "tanya Anton mau makan" aku ngelag thor... mianhae 🙏🤭

2024-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!