Kemarahan Seorang Ayah

Dan acara sampai di batalkan karena Zahra tak kunjung sadar dan penghulu tak bisa berlama-lama di sana karena masih ada acara di tempat lain yang harus dihadiri. Mau tidak mau semuanya kacau berantakan dan suka tidak suka menjadi di batalkan.

Dokter yang di perintahkan Anton untuk memeriksa keadaan Zahra kini tengah melakukan pekerjaannya yaitu meneliti keadaan wanita yang tengah berbaring tak sadarkan diri. Dokter itu begitu serius dalam pekerjaannya.

Anton sudah tidak sabar menunggu hasil dari pemeriksaannya. Dan yang lainnya pun sama ingin mengetahui benarkah Zahra ini hamil seperti dugaannya Tiara atau hanya sakit biasa saja. Tapi, tidak untuk Kiara yang tengah kegirangan dalam hati bisa membatalkan pernikahan ini.

"Ya Tuhan, Kau sungguh berbaik hati berpihak kepadaku dan membatalkan pernikahan ini. Sungguh saya berterima kasih, Tuhan," ujar Kiara dalam hati.

Sedangkan Ilyas tengah di runding gelisah bingung harus berbuat apa jika ketahuan. Yang ia takutkan itu Zahra di marahi habis-habisan oleh ayahnya.

Setelah beberapa saat, dokter itu telah selesai memeriksa Zahra. Dan senyum senang terbit dari bibirnya.

"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" tanya Mala mewakili yang lainnya. Anton enggan bertanya karena merasa sudah mendapatkan firasat tidak mengenakkan.

"Benar Bu, Pak, Jika putri Anda saat ini tengah mengandung dan perkiraan usia kandungannya 1 bulan."

Duarr...

FLASHBACK END

"Dan kau masih bertanya kenapa? Seharusnya Ayah yang bertanya kenapa kamu melemparkan sebuah kotoran ke wajah Ayah? Ayah sedang mendidik kamu sedari kecil untuk tidak pernah sampai melakukan hal zina, tapi kamu... kamu melakukannya, kamu membuat ayah malu, Ayah kecewa sama kamu, Zahra. Ayah kecewa." Anton membentak Zahra merasa emosi dan kecewa.

Zahra menangis tersedu-sedu Karena untuk pertama kalinya melihat ayahnya benar-benar marah sampai membentak seperti itu.

"Ayah, maafkan Zahra."

"Maaf mu tiada guna, Zahra. Siapa laki-laki itu?" tanya Anton tegas ingin mengetahui siapa pria yang sudah menghamili Zahra.

"Aku," sahut Ilyas.

Deg...

"Bohong, bukan Ilyas yang menghamili tapi Zahra sering menjajakan tubuhnya di penginapan. Lihat ini!" Kiara segera menyela karena tidak mau Ilyas membela Zahra. Dia memberikan sebuah foto ke semua orang di saat Zahra terbaring tak sadarkan diri di dalam selimut. Itu di ambil ketika orang yang meniduri Zahra tengah keluar. Dan entah kenapa bisa masuk karena orang suruhan Kiara seorang pekerja penginapan itu.

Jantung Zahra berdegup kencang. Dia merasa takut dan juga gugup, tubuhnya sudah mulai berkeringat dingin, dia terus memilin baju yang ia pakai, dia begitu takut dan wajahnya terus menunduk takut.

Semua yang ada di sana terbelalak melihat foto itu.

"Cuiihh, murahan. Kita pulang Ilyas! Mama tidak mau memiliki menantu ja lang seperti dia. Buruan pulang!" Celine menarik paksa Ilyas.

"Mah, Ilyas tidak mau."

"Ilyas..! Kau mau Mama mati?" sentak Celine marah dan Ilyas menggelengkan kepalanya.

"Maka turuti perintah Mama!" ancamnya begitu ampuh membuat Ilyas tak bisa menolak. Dan Celine menarik tangan Ilyas.

Zahra menunduk terisak pilu, Ilyas tak bisa berbuat apa-apa dan ucapannya hanyalah bohong belaka.

"Jawab Ayah! Siapa laki-laki itu, Zahra!" tanya Anton kembali, namun kali ini suaranya lebih meninggi.

Zahra mengusap perut ratanya, ada mahluk kecil yang tidak dia inginkan tumbuh di perutnya. Pipinya terasa basah oleh air mata yang terus menerus keluar. Dia merasa sedih karena masa mudanya hancur berkeping-keping, dia merasa menyesal karena dia tidak bisa menjaga kehormatannya. Tapi, Zahra juga bingung siapa yang sudah menjebak dia?

"Maafkan aku, Ayah. Zahra tidak tahu, ini di luar kendaliku, Ayah."

"Berarti kamu sering melakukannya, iya 'kan? Dan kamu tidak tahu siapa ayahnya karena banyak, begitu?" tuduh Anton masih dengan suara tingginya.

Zahar menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ayah. Zahra tidak seperti itu, aku di perkosa. Zahra sudah berusaha menjaga kehormatan ku. Tapi, Zahra tak mampu, aku tak mampu melawannya." Tangis Zahra makin pecah, ia tak kuasa menahan air matanya. Dia sendiri merasa kotor dan jijik pada dirinya.

"Di perkosa atau memang sengaja menjual diri?" celetuk Kiara makin memanasi.

Plak...

Mala menampar wajah Kiara dengan amarah yang merasuki jiwanya. Sekarang ia mengerti kenapa waktu itu Kiara tersenyum penuh misteri. Dan Mala yakin ini adalah ulah Kiara.

"Kenapa ibu menamparku? Aku ini anakmu bukan dia!"

"Mulutmu dan sikapmu keterlaluan Kiara. Ibu kecewa sama kamu. Kau sungguh wanita jahat," pekik Mala.

"Ibu yang jahat terus membela Pela cur itu!" tunjuk Kiara pada Zahra yang tengah menangis. "Aku membenci kalian berdua, dan aku benci kau Zahra." lalu Kiara pergi dari sana.

"Sekarang Ayah tanya sekali lagi, siapa dia?" bentak Anton sudah berdiri di hadapan Zahra dan mengguncang tubuh anaknya.

Zahra terus menggelengkan kepalanya, dia tidak mungkin memberitahukan karena tidak tahu. Nafasnya sesak, dadanya sakit mengingat apa yang ia alami.

"Kalau gitu, kamu gugurkan kandunganmu! Ayo ikut ibu," ucap Anton tanpa rasa bersalah. Ia menyeret anaknya untuk ikut dengan dia.

Deg...!

"Ayah...!" Mala memekik kaget dan melepaskan tangan yang hendak menyeret Zahra. "Kau jangan gila, Pah. Dia anakmu dan kau malah menyuruhnya menggugurkan kandungannya? Keterlaluan!"

"Kau jangan ikut campur Mala! Dia anakku jadi ku berhak mengaturnya."

Mala tertegun atas perkataan Anton yang seakan menyadarkannya jika dia bukanlah ibunya.

"Tidak, Ayah. Zahra tidak mau!" Zahra menolak tegas permintaan ayahnya..

Anton tak mendengarkan penolakan sang anak, ia terus menyeret tanpa rasa iba. Dia merasa malu mengetahui anaknya hamil tanpa suami apalagi kini rumor itu pasti sudah tersebar di pekarangan rumahnya.

"Pokoknya Ayah tidak mau tau! Kamu harus menggugurkannya. Apa kata orang, Zahra? Ayah malu!" bentak Anton masih terus menyeret sang anak, sedangkan Zahra masih terus berusaha berontak. Dan Mala mencegahnya.

"Pah, kasihan Zahra. Jangan memperlakukan dia seperti itu."

"Ku bilang diam, Mala! Kau itu hanya ibu sambungnya dan kau tidak perlu ikut campur dalam mendidik anakku!" Anton kembali membentak istrinya untuk diam tidak ikut campur urusan dirinya.

Plak...

Mala menampar Anton saking marah. "Saya memang ibu sambungnya tapi saya masih punya hati. Sedangkan kau ayah kandungnya tapi kau tidak punya hati ingin menggugurkan kandungan Zahra. Janin itu tidak berdosa dan kau ingin melenyapkannya?"

"Tapi saya malu atas kelakuan Zahra. Lebih baik gugurkan kandungan sebelum orang-orang mengetahui nya."

"Lebih baik aku mati daripada harus menggugurkan kandungan ini, Ayah. Aku tidak mau!" suara Zahra menggema menolak tegas terhadap rencana ayahnya yang di luar dugaannya.

Anton geram dan tanpa pikir panjang...

Plak... plak...

Sebuah tamparan keras Anton layangkan pada sang anak, hingga membuat Zahra tersungkur ke lantai sambil memegangi perutnya. Tanda merah di pipi menjadi saksi, untuk pertama kalinya orang yang Zahra cintai memperlakukannya kasar. Zahra meringis dan menangis sesegukan memegangi pipi sebelah kanan yang terasa kebas dan perih. Mala terbelalak kaget.

"Zahra...!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!