Kejujuran Zahra

"A-aku... a-aku... aku sudah tidak suci lagi." Zahra berusaha berkata jujur mengenai segalanya. Dia tidak ingin ada hal yang ia sembunyikan kepada pria yang akan menikahinya nanti. Lebih baik jujur namun menyakitkan daripada berbohong namun penuh kepalsuan. Toh, suatu hari nanti pasti ini akan terbongkar juga.

Deg...

Ilyas yang tadinya tersenyum mematung tak percaya atas pengakuan Zahra. Tubuhnya mendadak lesu dan merasakan sakit hati jika memang itu yang terjadi. Tangan yang ada di pundak Zahra perlahan turun ke bawah dengan tatapan mata menatap tak percaya.

"Zahra, kamu jangan mengada-ada. Kamu tidak mungkin seperti itu kan?" Ilyas sendiri tidak begitu mempercayai ucapan Zahra barusan. Karena dia yakin jika wanita yang ada di hadapannya ini wanita baik-baik dan tidak mau melakukan hal seperti itu tanpa adanya ikatan tali pernikahan.

Zahra memberanikan diri mendongak menatap lekat mata pria yang sebentar lagi menjadi calon suaminya. Namun harus kandas di tengah jalan atas perbuatan yang ia lakukan tanpa sengaja. "Aku tidak sedang mengada-ngada, Ilyas. Aku sungguh tidak suci lagi kehormatanku di rambut paksa seseorang yang tidak aku kenali siapa pria itu. Aku... aku..."

Zahra tak sanggup lagi berkata apa-apa hanya deraian air mata yang membuktikan segalanya jika wanita itu tengah terpukul atas peristiwa yang menimpanya. Sudah sekuat tenaga dirinya menjaga namun tenaga pria itu begitu kuat dan sulit ia kendalikan serta susah menolak setiap sentuhannya. Hingga dirinya pasrah di saat tubuh tak sanggup lagi mempertahankan diri.

"Kenapa ini bisa terjadi padamu? Kenapa, Zahra?" Ilyas kecewa kepada Zahra. Namun, ia juga ingin mendengarkan penjelasan wanita itu kenapa sampai bisa menyerahkan kehormatannya kepada pria lain selain suaminya sendiri. Hal yang Ilyas impikan sejak dulu di malam pertama spesial nyatanya tidak akan kesampaian karena wanitanya sudah tidak suci lagi. Tetapi dirinya tak menampik kelakuannya dulu dimana saat dirinya juga pernah melakukan tindakan ini ketika dia sedang dalam keadaan mabuk bersama wanita malam. Tapi itu dulu sebelum Ilyas berniat serius dengan Zahra.

Zahra teriak pilu menunduk menyembunyikan wajahnya. Bahunya terguncang hebat dengan hati yang terluka dan pasrah jika Ilyas tidak akan menerima dirinya dan pasrah jika pernikahan mereka di batalkan. Zahra sadar semua ini karena ulahnya. Dan Zahra tidak mau Ilyas kecewa akan hal ini.

"Jelaskan, Zahra! Kenapa ini terjadi padamu?" Ilyas mengguncang kedua bahu Zahra meminta wanita itu berkata jujur kepadanya dan menjelaskan awal mula kenapa sampai Zahra kehilangan kesuciannya.

"Malam itu..."

Flashback...

Malam itu Zahra tengah berbicara serius dengan Mala dan Ayahnya Anton. Mereka bertiga tengah membicarakan adat mana yang akan di gunakan saat akad dan resepsi. Membasah setiap rancangan pernikahan Zahra yang akan di gelar satu bulan lagi.

"Menurut Ibu lebih baik saat akan menggunakan adat Jawa saja. Kita kan berasal dari Jawa barat jadi adatnya memakai Jawa. Tapi untuk resepsinya kamu menggunakan nuansa modern saja. Kan anak zaman sekarang pada modern jadi harus di lakukan secara modern saja," tutur Mala serius membahas semua ini bersama yang calon pengantin dan orang yang akan menjadi walinya Zahra.

"Kalau Ayah ikut kata ibumu saja. Yang penting putri Ayah merasakan kebahagiaan saat bersama orang yang kamu cintai," balas Anton tersebut mengusap pucuk kepala Zahra.

"Tapi saran Ayah, jangan berbuat di luar kendali sebelum kamu dan Ilyas menikah. Jaga kehormatan mu sebagai wanita dan jangan pernah kamu menyerahkan harta berharga mu sebelum kalian menikah meski sebentar lagi menikah," lanjut Anton memberikan nasihat kepada Zahra.

"Iya Ayah, Zahra paham akan hal itu. Setiap hari, setiap saat bahkan sampai umur Zahara segede ini Ayah selalu berpesan tentang itu. Zahra tidak mungkin sampai mengecewakan Ayah dengan hal yang bikin kalian malu."

"Ck, paling juga hanya berkata di bibir saja." celetuk seorang wanita ikut bergabung di antara mereka. Siapa lagi kalau bukan Kiara, kakak tirinya Zahra.

Zahra itu anak kandungnya Anton, sedangkan Kiara anak tirinya Anton bawaan Mala suami pertamanya. Tapi sepengetahuan Anton, Mala menerima Zahra tapi tidak dengan Kiara yang selalu menyindir, selalu berbuat masalah, dan selalu bikin ulah. Kadang Kiara sering berbuat rusuh jika Zahra selalu di manjakan ibunya.

"Kiara...! Jaga bicara mu! Kamu itu selalu saja berbuat ulah. Zahra tidak seperti yang kamu tuduhkan. Emangnya kamu suka buat masalah dengan para pria yang sering jalan denganmu." sindir Mala menyentil sedikit urusan pribadi Kiara yang sering berjalan dengan para pria di luaran sana. Bahkan Mala pernah memergoki anaknya sedang berciuman di tempat sepi. Saat ia menegurnya justru Kiara malah memarahi ibunya dan bilang jangan ikut campur.

"Kenapa sih ibu selalu bela Kiara dibandingkan ank kandung ibu sendiri? Akan ku buktikan jika Zahra itu tidak sepolos dan tidak sesuci yang kalian pikirkan." Kiara bersuara tinggi seraya berdiri dari duduknya lalu menghentakkan kakinya dan pergi dari sana.

"Kiara kamu mau kemana? Ini sudah malam." Anton bersuara.

"Jalan sama teman wanita. Urus saja anak kesayangan kalian!" pekik Kiara mendengus kesal tidak menyukai dirinya selalu di banding-bandingkan dengan Zahra.

"Anak itu sungguh keterlaluan. Aku malu pada sikapnya yang sering bergonta-ganti pasangan," ujar Mala mengeluhkan tingkah Kiara.

"Dia anakmu juga, Mala. Mungkin Kiara merasa tidak suka padamu yang selalu membela Zahra."

Sedangkan Zahra hanya menunduk tak berani mengomentari apa-apa mengenai ini.

"Sudahlah, jangan di bahas lagi. Oh iya, Zahra. Ayah minta tolong sama kamu untuk membeli susu tulang keropos di mini market depan!" pinta Anton kepada Zahra dan diangguki oleh gadis itu.

"Iya, Ayah." namun Zahra sebelumnya melirik jam dinding menunjukkan pukul 7 malam. Berhubung minimarket dan ruang mereka tidak terlalu jauh, jadi Zahra jalan kaki saja.

Kemudian gadis itu berpamitan dulu pada orangtuanya. Tapi, ketika sudah sampai di jalan cukup sepi mulutnya di bekap seseorang dari belang.

Flashback end..

*****

"Setelahnya aku tidak sadarkan diri dan bangun-bangun sudah berada di sebuah ruangan yang gelap minim cahaya. Aku tidak tahu dimana saat itu berada. Hingga aku bertemu pria yang tidak aku kenali dan tidak bisa ku ketahui wajahnya karena minim cahaya. Dari sana lah pria itu memaksa ku, Ilyas. Aku... aku di paksa olehnya hiks hiks. Aku sudah berusaha menolak dan menjaga kehormatan ku tapi aku tak mampu melawan tenaga dia yang sangat besar sekali. Pria itu mabuk, Ilyas. Sekarang aku..." Zahra terus terisak menceritakan semuanya tanpa di tutup-tutupi lagi.

Ilyas mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras dan sorot mata tajam.

"Kalau kamu mau membatalkan pernikahan kita, aku ikhlas hiks hiks hiks."

"Kita akan tetap menikah."

Deg...

******************

JANGAN LUPA LIKE, VOTE, KOMENTAR, DAN JUGA KASIH HADIAH BIAR AKU SEMANGAT, YA.

MOHON DUKUNGANNYA TERHADAP KARYA RECEHKU INI.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!