Tidak enak badan

Ckiiit...

Ilyas segera mengerem laju mobil nya menghindari tabrakan dadakan atas tingkah seorang wanita yang datang secara tiba-tiba di hadapan mobilnya.

Ilyas sampai terbentur bagian depan mobil saking terkejutnya oleh aksi nekan yang di lakukan Kiara. Ya, wanita itu Kiara, kakak tirinya Zahra.

"Astaga...! Astaghfirullah... Kiara sungguh gila, bagaimana jika ku tidak bisa mengerem mobil ini? Pasti aku sudah menabraknya." gumam Ilyas berusaha keluar dari mobilnya lalu berdiri di hadapan Kiara.

"Kau itu apa-apaan, hah? Mau bunuh diri? Mau bikin semua orang celaka? Mau mati? sudah malam pula masih saja keluyuran malam. Awas! Mending kau pergi dari sini dan jangan menghalangi ku." ilyas mengusir Kiara dari depan mobilnya membawa gadis itu ke samping jalan.

Kiara melepaskan kasar tangan Ilyas, dia pun langsung memeluk pria yang ia sukai sedari ia Ilyas pulang dari kuliahnya.

"Ilyas, aku tuh begitu sangat mencintai kamu, begitu menyukai kamu, tapi kenapa kamu tidak pernah sedikitpun melirikku? Apa kamu tahu kalau aku merasa sakit hati karena kamu memilih Zahra dibandingkan ku. Padahal Zahra itu bukan wanita baik-baik." Kiara begitu urat memeluk Ilyas seakan bukan melepaskan pria itu dalam dekapannya.

Kiara sudah menyukai Imas sekitar 1 tahun yang lalu. Tapi Ilyas malah menyukai Zahra dan menjalin kasih dengan adik tirinya. Hal itulah yang membuat Kiara semakin membenci Zahra dan berusaha terus memisahkan keduanya.

Ilyas tengah berusaha melepaskan pelukan Kiara. Meskipun dirinya bukan pria baik-baik dan pernah menyewa wanita malam, sering mabuk-mabukan, kadang suka bermain judi saat dia kukiah di luar kota, tapi cinta Ilyas kepada Zahra sangatlah tulus dan besar.

"Lepaskan saya, Kiara!" Ilyas membentak Kiara sambil mendorong kasar tubuh wanita itu. Dia tidak mau kakak tirinya Zahra ini terus mendekati dia. Karena Ilyas tahu jika kakak tiri Zahra ini tengah berusaha menggodanya dan tengah berusaha membuat dia tidak melanjutkan rencana pernikahannya.

"Saya tidak peduli Zahra wanita baik-baik atau bukan tapi yang saya pilih karena saya mencintainya bukan dari dia wanita baik atau tidak baik. Jadi kamu stop terus mempengaruhi saya karena sampai kapan saya tidak akan terpengaruh oleh hasutan kamu!" Ilyas menunjuk wajah Kiara menatap tidak suka wanita yang ada di hadapannya ini.

"Ilyas, Ilyas, kamu itu pria baik, pria tampan pria makan pria terhormat dan kamu tidak berhak memiliki wanita murahan seperti Zahra. Bagaimana Kalau keluargamu mengetahui kelakuan buruk yang Zahra lakukan. dan Bagaimana reaksi mereka mengetahui jika Zahra itu sudah tidak perawan lagi."

"Lantas, apakah kau juga masih perawan? Saya tidak jamin itu. Karena saya tahu wajah wanita yang masih perawan ataupun tidak. Dan kau juga termasuk wanita yang sudah menyerahkan kehormatan mu kepada seorang anak pria yang mungkin menjadi kekasihmu. Lalu aku harus apa? membatalkan pernikahanku, menerima dirimu, dan tidak menerima Zahra meski dia sudah tidak suci lagi, begitu? Sorry, saya tidak sepicik itu dalam berpikir. Dan keputusan saya tetap di awal, menikah dengan wanita yang saya cintai meski Zahra seperti yang kau katakan. Saya tidak peduli itu." Ilyas langsung beranjak pergi dari sana meninggalkan Kiara yang tengah mendengus kesal.

"Ilyas, kau akan menyesali semuanya di saat kau mengetahui siapa Zahra yang sebenarnya. Akan kupastikan dirimu tidak menikah dengan adik tiri ku." gumam Kiara menghentakkan kakinya marah pada Ilyas tidak mau menyukai dia dan tidak ingin membatalkan pernikahan nya dengan Zahra.

******

Detik berubah menit, menit berubah jam, dan jam berubah hari. Hari menjadi Minggu hingga tak terasa sudah empat minggu telah berlalu. Segala rangkaian persiapan menjelang pernikahan sudah selesai dipersiapkan.

Hari ini tepat satu hari sebelum dilaksanakannya pernikahan. Hari ini, sehari menjelang proses akad nikah yang akan diselenggarakan esok hari. Di rumah Zahra maupun di rumah Ilyas sedang berlangsung acara pengajian yang akan dilanjutkan oleh acara siraman kepada kedua mempelai.

Akan tetapi tepat satu hari lagi pernikahan berlangsung, badan Zahra terasa kurang enak badan. Seperti hari ini, di saat sedang pengajian Zahra terasa lemas dengan perut terasa ingin muntah. Wajahnya pun terlihat pucat Tidak seperti biasanya.

Di saat mengaji, Zahra ingin muntah dan ia langsung beranjak dari sana menuju toilet terdekat karena tidak kuat lagi menahan mual yang ia rasa. Hal itu pun selalu di perhatikan oleh Kiara yang tengah tersenyum menyeringai.

"Akhirnya, apa yang ku rencanakan sebentar lagi bakalan terwujud. Zahra seperti nya tengah hamil? Semoga saja dia beneran hamil dan pernikahan ini di batalkan," gumam Kiara dalam hari. Sudah berbagai macam cara Tiara lakukan untuk memisahkan Zahra dan Ilyas. Termasuk penghasil Ilyas agar tidak menikahi Zahra. Tetapi pria itu malah justru semakin kuat mempertahankan pernikahan mereka sekalipun Zahra hamil. Dan hal itu membuat Kiara meradang tidak terima.

Dan Kiara pun menyerah terlebih dulu untuk tidak mengganggu Ilyas. Tapi dia menunggu saat ini tiba agar semua orang tahu kebusukan Zahra dan gadis itu mendapatkan malu di hadapan semua orang. "Inilah salah satu cara untuk membuatmu di benci semua orang. Dan mungkin ini juga cara agar orangtuanya Ilyas menolak kau secara tidak terhormat. Ah, saya sudah tidak sabar memastikan hal itu tiba," lanjut Kiara dalam hati tersenyum menyeringai menunggu hari kehancuran untuk Zahra.

Mala juga tengah memperhatikan Zahra yang sedang berlari ke kamar mandi. Ia merasa khawatir melihat wajah pucat Zahra dan menyusul Putri sambungnya ke toilet.

Hhwwueek... hhwwueeek...

Setelah merasa jauh lebih baik, Zahra berkumur-kumur. Napasnya memburu merasa capek mengeluarkan cairan bening kekuningan tidak ada apa-apa yang keluar dari mulutnya.

"Ada apa denganku? Kenapa akhir-akhir ini selalu pusing, lemas dan juga sering merasakan mual?" gumam Zahra dalam hati merasa tubuhnya tidak lah baik-baik saja. Dan hal ini ia rasakan sejak tiga hari belakangan ini. Tetapi hari ini jauh lebih terasa sangat berat dan sungguh benar-benar membuatnya lelah.

"Zahra kamu tidak apa-apa?" Mala menghampiri Zahra dan melihat putri sambungnya yang sedang berdiri mematung memikirkan sesuatu. Rasa khawatirnya kian membesar setelah melihat wajah ucap Zahra semakin terlihat jelas. "Wajahmu pucat sekali, kamu sakit?"

Zahra menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, tapi dua hari ini aku sering merasa mual. Mungkin asam lambung ku naik lagi, Bu." jawab Zahra merasa jika penyakitnya kambuh lagi. Dia tidak mengingat peristiwa yang mungkin bisa saja menyebabkan dia mengalami gejala-gejala ini.

"Mungkin bukan asam lambung tetapi lo itu sedang mengandung," celetuk Kiara yang juga ikut ingin melihat Zahra.

Deg...

"Mengandung...?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!