Amarah dan Kesedihan

Plak...

Mala geram atas perkataan Kiara. Dia semakin kuat keyakinannya jika apa yang terjadi pada Zahra ada sangkut pautnya dengan Kiara. Tangannya pun ikut bicara saking kesal dan marah atas apa yang di lakukannya.

Pipi Kiara terasa panas dan telinganya pun mendengung merasakan sakit. Tangannya memegangi pipi yang memerah dengan wajah memerah menahan amarah.

"Tampar terus, bela terus anak tiri Ibu itu. Selalu saja dia yang Ibu bela dan selalu aku yang ibu salahkan. Aku begini karena ibu tidak pernah membelaku," pekik Kiara melawan ibunya tanpa rasa takut dan tiada rasa sopan santun.

"Karena kau selalu salah Kiara. Meskipun kau salah, Ibu selalu menyembunyikan kebenaran tentang apa yang kau lakukan," balas Mala tak kalah keras menggema di dapur. Sikap Kiara sudah keterlaluan hingga membuat Zahra terusir dari rumahnya sendiri.

"Kamu selalu saja membuat ulah dari hal kecil hingga hal besar. Kau selalu melakukan kesalahan dan selalu menyalahkan Zahra. Selama ini ibu membela Zahra karena dia memang tidak salah. Tapi Ibu juga selalu membela kamu dari semua kebenaran agar kau tidak mendapatkan kemarahan dari ayahnya Zahran Saat kau mencuri uang ayahnya Zahra, kau menyalahkan Zahra hingga gadis itu di kurung dalam kamar. Saat kau mencuri makanan di warung kau menyalahkan Zahra lagi sampai Zahra kena omelan orang. Itu salah satu dari sekian tingkah jahat mu terhadap Zahra. Dan sekarang..." Mala menjeda ucapannya mengatur nafas yang memburu menahan emosi jiwa yang menguasai. Sungguh dirinya merasa gagal telah mendidik Kiara. Dia tidak bisa membuat Kiara menjadi wanita baik dan malah menjadi wanita buruk. Tukang fitnah, pencuri, sampai saat ini yang dilakukannya sungguh keterlaluan.

"Salahkan saja pria yang membuatku lahir ke dunia kenapa bisa menurunkan sikap jahatnya ia turunkan padaku. Ibu juga sama seperti dia, sama-sama egois, sama-sama tidak menyayangiku. Aku benci kalian berdua. Dan aku senang melihat Zahra di usir dari rumah ini. Aku bahagia pernikahannya batal, itu artinya akulah yang akan memiliki Ilyas." Kiara malah berbicara ke sana kemari sampai mengungkit masalah dulu dan masalah tentang pernikahan Ilyas.

"Jadi kau yang merencanakan ini semuanya? Benar begitu?" Mala memastikan kembali keyakinannya.

"Iya, itu adalah rencana ku. Aku sengaja menyewa seseorang untuk membantuku menyekap Zahra saat keluar rumah dan aku membawa dia ke penginapan untuk ku jual pada orang yang telah menyewanya. Dan lihatlah Zahra sekarang hamil dan itu memang yang ku inginkan. Sekarang Ilyas dan Zahra tidak jadi menikah dan aku..."

"Jadi kau yang sudah menjebak anakku, Kiara?" suara bariton menggema di ruangan itu dengan kemarahan yang memuncak. Siapa lagi kalau bukan suara Anton.

Kiara dan Mala menoleh terbelalak melihat ada Anton di sana. Keduanya berpikir kalau Anton sudah pergi bekerja jadi mereka membahas ini. Tapi ternyata sekarang anta malah berdiri berada di dekat pintu masuk menuju dapur tengah menatap tajam penuh amarah.

"A-ayah..." Kiara gemetar ketakutan hanya karena melihat sorot matanya saja. Doa yang sudah tahu watak keras Anton menjadi takut jika dirinya mendapatkan perlakuan kasar.

"Kau yang merencanakan sesuatu agar Zahra mengandung begitu? Kau yang sudah menyebabkan ini semua? Dasar kurang ajar..." Anton mendekati Kiara dan menamparnya sebagai balasan atas dirinya yang telah menampar Zahra.

Plak...

"Akkhh..." Mala memekik menjerit melihat kemarahan Anton. Dia hanya bisa diam tidak ingin membantu sebab Mala tahu kalau Anton marah sulit di kendalikan.

"Saya sampai menampar anak saya karena kesalahan yang ternya kau rencanakan. Itu tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan. Sekarang kau keluar dari rumah saya!" Anton menarik paksa lengan Kiara dan menyeret paksa keluar rumah.

"Bu, bantu Kiara, Bu. Aku tidak mau meninggalkan rumah mewah ini. Aku tidak mau tinggal bareng bapak si narapidana itu." Kiara memberontak tidak mau di usir.

"Pergi dari sini! Saya tidak ingin lagi menampung anak kurang ajar. Saya sudah menyayangi mu dan lebih mempercayai mu tapi ternyata kaulah dalang dari segalanya. Kau tuduh anakku ini itu dan kau malah tertawa di atas derita dia. Mulai hari ini, rumah ini tertutup untuk dirimu!" Sentak Anton menutup pintunya setelah menyeret Kiara keluar.

"Jangan usir saya dari rumah megah ini, Ayah. Saya minta maaf." Kiara tidak mau tinggal di tempat lain selain rumah Anton yang terbilang bagus dan nyaman.

"Aakkhhh sialan, ini semua gara-gara Zahra. Di saat tidak ada saja masih merecoki hidupku. Sekarang saya harus tinggal dimana lagi? Masa harus tinggal di gubuk tua reot milik bapak? Ogah banget hidup miskin," gumam Kiara bingung dan juga kesal serta marah menyalahkan Zahra atas apa yang terjadi padanya.

******

Langkah Ilyas terasa gontai, hidupnya tidak semangat dan tidak bergairah. Sudah ke sana kemari Ilyas mencari cara namun tidak menemukannya. Dia sudah mengelilingi kampung desa hingga menanyakan ke beberapa orang tetapi hasilnya tidak memuaskan.

"Ilyas, apa kamu sudah menemukan Zahra?" tanya mamanya Ilyas merasa kasihan melihat putranya yang tidak bersemangat dalam menjalankan hidupnya. Seandainya hari pernikahan itu tetap di langsungkan, mungkin Ilyas masih terlihat bahagia meski ada kejadian tak terduga.

Ilyas menggelengkan kepalanya terduduk lesu di kursi dengan wajah murungnya. "Belum, Mah. Aku belum menemukan Zahra. Sudah ke sana kemari tetapi tidak ada. Aku juga sudah menanyakannya ke teman-teman Zahra tapi tidak ada satupun yang tahu keberadaan dia. Ilyas bingung harus mencari kemana lagi?"

Sedangkan orang yang tengah di cari dan di bicarakan sedang dalam perjalanan menuju kota bersama Kyara sang sahabatnya. Saat ini Zahra sudah berada di dalam bus dan tengah duduk di dekat kaca menatap ke arah luar.

"Kehidupan baru akan di mulai. Mengandung tanpa suami, jauh dari keluarga, keluar dari zona nyamanku dan bakalan hidup di keramaian kota metropolitan. Semoga tuhan meridhoi langkah yang ku tempuh dan semoga kebaikan menyertaiku di sana, aamiin," gumam Zahra dalam hati.

Lalu dia memejamkan mata menenangkan pikirannya dan perlahan mulai terlelap di dalam bus. Kyara yang ada di samping Zahra menghelakan nafasnya secara kasar dan merasa kasihan.

"Cobaan mu sungguh sangat berat, Ra. Semoga kehidupanmu selanjutnya mendapatkan kebahagiaan dan menemukan orang yang benar-benar menerima mu dengan segala kekurangan mu." Doa tulus Kyara panjatkan untuk teman seperjuangannya ini.

Sahabat itu ada di saat kita suka maupun duka, dan Zahra termasuk orang yang beruntung karena mendapatkan sahabat seperti Kyara yang selalu ada di dekatnya meski terkadang sering bertukar lewat pesan suara.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Semoga Zahra bertemu dengan laki" yg sdh merudapaksanya

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!