Di Usir

"Zahra...!" Mala memekik terkejut atas apa yang dilakukan suaminya terhadap anak kandungnya sendiri. Dan Mala pun segera menghampiri Zahra memeluk gadis malang itu, hatinya ikut sakit melihat perlakuan suaminya.

Dia yang dulu pernah mengalami hal serupa seperti yang Zahra alami, merasakan apa yang Zahra rasakan saat ini. Pasti Zahra merasa sakit dan bingung harus berbuat apa saat orangtuanya marah tak terkendali.

"Pergi kamu dari sini! Ayah tidak ingin aib mu menyebar luas di kampung kita dan membuat Ayah harus menghadapi para warga di saat mereka menanyakan hal ini pada Ayah." Anton melepaskan pelukan malak secara paksa lalu menarik tangan Zahra agar anaknya berdiri dan membawa Zahra keluar dari kamarnya.

"Ayah, Zahra mohon ayah, aku tidak mau tolong biarkan jarak merawat bayi tak berdosa ini hiks hiks hiks." Zahra terus memohon pada ayahnya, dia berharap pria yang menjadi cinta pertamanya itu tidak melakukan tindakan yang membuat Tuhannya marah.

"Pah, lepaskan Zahra! Kasihan dia, Pah. Dia anak kamu, anak kandung kamu setidaknya kau jangan membuat kesalahan yang suatu saat nanti membuat dirimu menyesal atas apa yang kau lakukan saat ini kepada Zahra. Ingat kah Zahra itu anakmu, anak dari mendiang wanita yang kau cintai?" Mala mencoba mencegah Anton untuk membawa Zahra. Dia mencoba melepaskan tangan Anton yang sedang mencekal pergelangan tangan Zahra.

Tetapi, pria yang sudah tersulut emosi merasa malu memiliki anak pezina tidak membiarkan Mala melepaskan Zahra. Tapi pria itu malah mendorong tubuh Mala sampai terjatuh ke lantai.

"Ibu...! Hiks hiks." Zahra menangis sesenggukan dan kasihan serta terkejut wanita yang sudah memberikannya kasih sayang itu mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya.

"Pergi dari sini! Ayah tidak mau memiliki anak tukang zina, kamu sudah mempermalukan ayah dengan sikap mu yang murahan itu!" suara Anton menggema membuat sebagian tetangga terpancing ingin mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya Anton.

Pria itu menghempaskan tangan Zahra tanpa merasa iba dan kasihan terhadap anak kandungnya sendiri. Sikapnya yang memang keras kepala dan mudah marah serta benci sebuah tukang zina membuat Anton begitu di kuasai amarah luar biasa tanpa memperdulikan sekitar dan Zahra anaknya.

Zahra menggelengkan kepalanya seraya menangis sesenggukan dengan derai air mata tiada henti. Tangannya langsung memeluk kaki ayahnya bersimpuh memohon untuk tidak mengusirnya.

"Jangan usir aku, Ayah. Aku harus kemana lagi? Aku mohon jangan usir aku hiks hiks. Zahra minta ampun atas apa yang terjadi, tapi Zahra sungguh tidak tahu siapa pria itu. Zahra korban pemerkosaan Ayah, aku tidak tahu." Seberapa keras usaha Zahra membela dirinya meski yang di katakannya ada benarnya juga, Anton tidak akan mempercayai itu. Apalagi melihat semua foto saat Zahra tertidur di penginapan membuat darahnya mendidih merasa gagal telah mendidik anaknya.

Kaki Anton di gerakan secara kasar hingga membuat Zahra kembali terjatuh kelantai. "Jangan kau sentuh kakiku dan jangan kau panggil saya ayah! Karena mulai hari ini kau bukan anakku lagi! Saya tidak sudi punya anak tukang Zina seperti mu." sentak Anton menatap nyalang penuh kekecewaan dan amarah.

Duarr...

Bak tersambar petir di siang bolong, Zahra di buat mematung tak percaya kalau ayahnya sungguh memutuskan tali keluarga antara anak dan ayah. Sungguh Zahra di buat terkejut oleh kejadian ini. Begitupun dengan Mala yang juga terperangah atas lontaran kata yang keluar dari mulut suaminya.

Para tetangga yang tengah menyaksikan perdebatan itu pun di buat kaget atas apa yang di dengarnya.

"Jadi Zahra pingsan tadi gara-gara hamil di luar nikah? Saya gak nyangka anak sebaik dia dan selugu serta anaknya nurut ternyata kelakuannya di belakang orangtua begitu, ya."

"Iya, saya juga tidak menyangka Zahra seperti biru. Dan anehnya kenapa ayahnya tega memutuskan hubungan darah diantara mereka? Berasa tidak adil saja."

"Mungkin karena dia malu anaknya mengandung tanpa suami. Dan pastinya keluarga mempelai pria di buat malu juga oleh kabar buruk ini."

"Pastinya itu mah. Siapa sih yang tidak malu calon istrinya sudah hamil dan ketahuan di saat akad nikah. Pastinya juga anaknya itu bukan anak dari Ilyas, kayaknya. Buktinya mereka tidak jadi menikah." Bisikan, cibiran, dan berbagai macam perkataan membuat telinga Anton panas.

"Berisik! Kalian semua bisa diam, tidak? Daripada ikut ngurusin keluarga saya mending kalian semuanya bubar dari sini! Bubar!" Anton berteriak mengusir para warga yang tengah memperhatikannya. Dia sampai melemparkan sandal di depan rumah pada orang-orang saking marah akan keadaannya.

"Kau dengar, Zahra. Semua orang mencibir keluarga kita dan itu disebabkan oleh kau. Jadi pergi dari sini!" Anton kembali menarik lengan Zahra membawanya menjauhi teras. Zahra sampai di seret paksa dalam keadaan duduk.

"Jangan usir aku Ayah!" Zahra memohon. Mala kembali membantu agar Zahra tidak di usir.

"Jangan berbuat kasar pada Zahra, Pah. Kasihan dia." Mala mencoba mempertahankan Zahra dengan cara memeluk tubuh gadis itu. Keduanya menangis sesenggukan.

"Bu...," lirih Zahra merasa terharu atas kasih sayang ibu sambungnya. Tapi, Zahra tidak bisa mencegah ayahnya yang terus memisahkan mereka.

Anton melepaskan pelukan Mala dari Zahra dan membawanya masuk ke dalam rumah. Zahra mengejar tapi di halangi oleh Anton.

"Buruan masuk atau kau juga keluar dari sini!" Anton mendorong tubuh Mala ke dalam kemudian menutup pintu rumahnya dan menguncinya darai dalam.

"Ayah, ku mohon jangan usir aku. Ayah, buka pintunya, Ayah!" Zahra menangis seraya menggedor pintu berharap Ayahnya membuka dan membiarkan dia masuk kedalam dan mengizinkan dirinya tinggal bersama orang tuanya.

"Pah, buka pintunya! Zahra kasihan di luar sendirian. Kau tega mengusir anakmu sendiri, hah?" Mala mencoba mengambil kunci rumah tapi Anton menghempaskan tangan Mala.

"Diam dan jangan ikut campur!"

"Ayah, jangan usir aku Ayah! Ayah, buka pintunya! Aku harus kemana jika Ayah usir? Ayah, kumohon buka pintunya!" Lirihnya penuh permohonan, Zahra terus menggedor pintu meminta untuk di bukakan.

Zahra tertunduk, dia memeluk kedua lututnya menangis sesegukan. "𝘒𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!