Kedatangan Calon Mertua

"Selamat siang pak Anton." seseorang menyapa Anton yang sedang meneliti berbagai deretan acara pernikahan yang akan di gelar satu bulan lagi. Pernikahan Zahra dan Ilyas anak pengusaha warnet.

Anton yang sedang menunduk serius pun mendongak. "Eh, ada calon besan. Apa kabar nyonya Celine?" pria yang menjadi papanya Zahra itu berdiri mengulurkan tangan memberikan sambutan hangat untuk calon besan nya.

"Baik Pak, dimana Zahra? Saya ingin mengajak dia ke boutique langganan saya untuk mengukur dan sekalian mencari baju yang cocok untuk mereka berdua." wanita bernama Celine itu celingukkan mencari keberadaan Zahra, calon mantu pilihan anaknya.

"Zahra, dia ada di dalam kamar. Kalian tunggu saja di sini saya akan memanggilnya sebentar." Anton pun berpamitan sebentar menuju kamar anaknya meninggalkan Celine sendirian.

Wanita itu memperhatikan ruangan tengah yang ada di sana. "Masih bagus rumah saya ternyata. Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan rumah mewah saya itu. Aneh sekali Ilyas ini, dia mau menikah dengan orang miskin seperti Zahra," gumamnya dalam hati kurang menyetujui putranya menikahi Zahra karena ia sebenarnya sudah mau menjodohkan Ilyas dengan wanita sederajat dengan mereka. Namun karena terlalu sayang kepada putranya Celine menyetujui pilihan Sang putra.

"Selamat siang tante Celine." sapa Kiara langsung duduk begitu saja di dekat wanita paruh baya yang sering mengenakan tusuk konde itu.

"Siang." jawabnya dingin. Celine juga kurang menyukai Kiara yang menurutnya terlalu agresif, cari perhatian dan terlalu sok akrab dengannya. Kalau dari rupa Zahra memang sangat cantik, kalau dari tutur kata Zahra memang paling sopan di antara gadis-gadis yang lainnya, kalau dari perlakuan dan semua pernilaiian terhadap setiap para anak gadis, Zahra memang yang paling dominan sehingga tidak heran jika gadis tersebut menjadi incaran banyak pria di desanya.

"Pasti Tante mau mengajak Zahra keluar 'kan? apa Tante yakin mau menjadikan Zahra menantu tante? apa Tante yakin akan menikahkan Ilyas dengan Zahra?" Kiara memberikan berbagai pertanyaan agar Celine mulai goyah akan pendiriannya. Diantara yang lainnya hanya Kiara yang tidak menyukai pernikahan ini. Kenapa begitu, karena dia juga semalam lebih memilih Zahra dibandingkan dirinya yang lebih dulu menyukai Ilyas. Itulah sebabnya Kiara selalu menghasut Ilyas tante celline untuk tidak menikahkan Zahra. Kalau dia tidak bisa memilikinya berarti Zahra juga tidak boleh memilikinya maka berbagai macam cara akan kita lakukan demi membatalkan pernikahan mereka.

"Maksud kamu bicara seperti itu apa? Kenapa kamu seakan-akan tidak menyetujui Ilyas menikah dengan Zahra? bukan kah Zahra itu adikmu? seharusnya kau mendukung dia bukan?" Celina tidak pernah mengerti kenapa Kiara selalu mengompori nya untuk tidak menyukai Zahra. Padahal dia sudah begitu berusaha menerima Zahra tapi setiap Kiara merecoki hatinya selalu gelisah. Bukan apa-apa, ada rasa takut dari dalam diri seorang ibu jika anak lelakinya memilih wanita yang salah. Meskipun Celine tahu jika Zahra bukanlah wanita murahan yang suka keluyuran malam ataupun sering bergaul bebas seperti Kiara di sampingnya.

"Tante, Tante. Kiara bukan tidak menyukai Zahra, tapi Kiara kasihan saja sama Ilyas menikahi wanita seperti Zahra. Tante tahu, semalam Zahra tidak pulang dan pulang tadi pagi. Kami semua di sini panik cari dia tapi dia entah pergi kemana dan dengan siapa dia pergi." Dengan santainya Kiara membahas masalah Zahra semalaman tidak pulang. Dia menyenderkan punggungnya seraya memainkan ponselnya sesekali melirik Celine yang sedang diam memikirkan sesuatu.Sudut bibirnya menyunggingkan senyum tipis berharap Celine terpengaruh untuk membatalkan pernikahan Ilyas dan Zahra.

Celine nampak memikirkan perkataan Kiara dan bertanya-tanya apakah benar Zahra seperti itu? apa mereka tidak salah pilih mendapatkan calon menantu?

Sedangkan di dalam kamar, Zahra tengah termenung berdiam diri di pojokan tempat tidur seraya memeluk kedua lututnya mengarah jendela kaca. Air matanya terus mengalir membasahi pipi merasa kini dirinya tidak layak untuk menjadi istrinya Ilyas. Hatinya hancur berkeping-keping setelah malam kelam menimpanya.

Hingga suara ketukan mengalihkan lamunan Zahra. Wanita berwajah manis itu segera menghapus air matanya dan berusaha untuk bersikap biasa saja.

Tok... tok... tok...

"Zahra, ini Papa. Di luar ada calon mertua kamu datang." suara Anton membuat Zahra terdiam seribu bahasa bingung harus berkata dan bersikap seperti apa di depan calon mertuanya.

"Tante Celine ada di sini? apa yang harus ku katakan kepadanya jika dia mencurigai ku? aku harap beliau tidak merasakan hal yang berbeda pada diriku." Zahra segera turun dari ranjang selalu memperhatikan penampilannya di cermin dan mencari sesuatu yang mungkin bisa membuat mereka curiga. Untungnya tidak ada jejak merah di leher Zahra sehingga hal itu membuatnya sedikit lebih nyaman.

"Zahra..."

"Iya, Pah. Tunggu sebentar." Zahra menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. "Jangan tunjukan wajah sedih mu. Kamu harus bersikap seperti tidak terjadi apapun."

Kemudian Zahra berjalan mendekati pintu. tangannya gemetar hanya untuk ingin membuka pintu saja terasa sulit sekali. Lalu perlahan Ia pun mulai membuka pintu dan menampakkan seorang pria berdiri di dekat pintu kamarnya.

"Lama sekali, di depan ada tante Celine. Buruan temui dia," ujar Anton dan di angguki oleh Zahra.

"Kamu jangan beropini jelek tentang Zahra, ya. Dia itu wanita baik-baik tidak seperti kamu, murahan." ada nada tidak suka yang Celline tunjukan di saat calon mantunya terus di gembor terkesan memiliki kelakuan jelek.

"Ya sudah, mau percaya atau tidak tapi Tante lihat saja nanti. Kalau Zahra beneran hamil gara-gara sering keluar malam berarti dia itu wanita murahan juga." Kiara pun berdiri meninggalkan Celine setelah melihat pergerakan papanya dan Zahra.

Celine nampak memikirkan perkataan Kiara. "Apa benar Zahra sering keluyuran malam seperti yang Kiara bilang?" sungguh dia begitu penasaran dan antara percaya dan tidak pada dua kemungkinan, iya dan tidak.

"Tante apa kabar?" sapa Zahra setelah sampai ruang tamu lalu menyalami calon mertuanya.

"Ah, Tante kabar baik." Celine memperhatikan raut wajah Zahra yang terlihat sendu dengan mata sedikit sembab. "Dia seperti habis menangis?" gumamnya dalam hati.

"Zahra, kita langsung berangkat saja. Kita harus ke boutique buat mencari gaun pernikahan mu dan Ilyas secepatnya." Tanpa basa-basi lagi saya ini langsung berdiri dan ingin segera menuntaskan pencarian gaun pengantin.

Deg...

"Menikah...!" lirihnya merasa tidak enak.

*****

Dan jangan lupa juga follow ig aku ya!

@ai.sah562

Terpopuler

Comments

❤️iam julia💕

❤️iam julia💕

di paragraf ini ada bbrp susunan kalimat yg menurutku membingungkan🙄

2023-01-07

0

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

apa yg terjadi pd Zahra berati ulah kiara..

2023-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!