Pertanyaan Orangtua

"Aaaa... sakit..." jerit Zahra mencengkram kuat bahu pria di atasnya. Air mata Zahra mengalir deras membasahi pipi putih mulusnya. Dunianya seakan hancur berkeping-keping setelah apa yang ia jaga terenggut paksa oleh orang asing yang tidak ia kenal.

Tangisan Zahra tersendat-sendat, tubuhnya gemetar, dia merasa tidaklah sempurna setelah apa yang terjadi padanya.

Hatinya sakit tersayat perih dan kecewa pada dirinya sendiri di saat kehormatan yang ia jaga untuk calon suaminya terenggut paksa. Apa yang akan ia katanya kepada suaminya kelak? Sedangkan hari pernikahannya tinggal satu bulan lagi. Apakah ia harus jujur pada mereka?

"Ya Tuhan.. kenapa ini terjadi kepadaku? Aku sudah ternoda, aku kotor, aku tidak bisa menjaga kehormatan ku. Ayah, Ibu, maafkan Zahra.. hiks hiks hiks," batinnya.

Pria itu begitu menggebu mengeluarkan hasrat gairahnya. Bahkan, bukan hanya sekali tapi dua kali. Tubuh Zahra terasa remuk dan semakin merasa kotor karena tidak bisa menolaknya. Di saat ia menolak, pria di atasnya akan semakin memaksa dirinya.

Entah pengaruh obat atau memang sangat menyukai hal pertama yang dilakukannya, si pria enggan menyudahi permainannya sampai dia lelah sendiri.

Pria itu mendongak memperhatikan wajah Zahra di bawah cahaya rembulan. Mata terpejam dengan derai air mata membasahi matanya. Isak tangis pilu mengiris hatinya. Namun, apalah daya, jerat gairah mendera tidak bisa ia pendam begitu saja.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menahannya. Aku akan bertanggungjawab." Gumam pria itu mengecup kening Zahra merasa bersalah telah menjadikannya pelampiasan nafsunya.

Sekuat tenaga pria itu bangun dari atas tubuh Zahra, dia memakai kembali pakaiannya. Darah keperawanannya terlihat nyata bercampur cairan kental miliknya. Dia pun memakaikan baju Zahra di saat wanita itu memejamkan mata enggan menatap wajah pria yang sudah menodainya.

Zahra memberontak, memukuli tubuh pria yang sudah merenggut paksa kehormatannya. "Kau jahat.. kau bajingan.. Kurang ajar.. kenapa kau lakukan ini padaku, hah? Kenapa? Apa salahku sampai kau tega merenggut paksa apa yang seharusnya ku jaga? Hiks.. hiks.. hiks.. kau jahat... Apa yang akan ku katakan pada nya? hiks hiks hiks."

Pria itu memeluk Zahra merasa bersalah. Dia membawa Zahra berbaring sambil mendekap erat tubuh mungilnya. Zahra terus memberontak, namun semakin ia berusaha berontak semakin kencang pelukan itu Zahra rasakan. Isak tangisnya tidak berhenti hingga ia kelelahan dan terlelap dalam dekapan tubuh pria asing.

"Lepaskan saya, brengsek..! Kau jahat!" lirihnya terdengar lemah.

Sedangkan sang pria mengepal kuat dengan amarah yang mendera. "Brengsek, gara-gara kau aku sampai menodai wanita."

*******

Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan tempat di mana Zahra tengah berbaring. Silau cahayanya mampu mengganggu matanya. Dia pun tersadar dari tidur panjang setelah kelelahan menangis semalaman memukuli pria kurang ajar brengsek yang sudah berhasil menodainya.

Mata Zahra memandangi langit-langit ruangan dengan tatapan kosong serta air mata yang tiba-tiba mengalir dari sudut matanya. Tangisnya pun kembali pecah setelah mengingat kembali apa yang telah Ia alami semalaman.

"Aku... aku sudah kotor." lirihnya terisak menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia kembali menangisi nasibnya di saat bangun tidak ada siapa-siapa di sampingnya.

Setidaknya jika ada pria itu, ia bisa meminta pertanggungjawabannya. Namun, apa yang ia dapatkan? Pria yang sudah mengambil kehormatannya pergi entah ke mana. Dan itu semakin membuat Zahra menangis histeris.

"Akkhhh... kenapa ini terjadi padaku, ya Tuhan? Kenapa?" jeritnya dalam hati.

Zahra pun berusaha duduk, dia meringis sakit merasakan kepedihan dan terasa ada yang mengganjal di bagian intinya. Dan Zahra merasa sesak atas apa yang ia rasakan saat ini. Seharusnya ini terjadi ketika dia sudah menikah dengan calon suaminya.

Zahra berusaha berdiri dan mencoba berjalan normal. Dia harus pulang, pasti keluarganya tengah menunggu di rumah. Zahra memperhatikan ruangan tersebut dan melihat no angka yang tergantung di depan pintu 212. Tempat yang sudah menjadi saksi ke bejad tan seseorang dalam memperkosanya.

Dengan langkah terseok-seok, Zahra melangkah pergi dengan hati dan jiwa yang hancur sehancur-hancurnya.

Di tengah itu pula, seorang pria yang semalam menodai Zahra sedikit tergesa mendekati kamar penginapan nya. Dia mencari makanan dulu sampai meninggalkan Zahra sendirian. Dirinya ingin segera menemui wanita yang sudah ia renggut paksa kehormatannya. Dia sudah tahu wajah cantik yang berhasil memberikan sebuah sentuhan kepuasan.

Namun, baru saja dirinya masuk sudah tidak ada wanita itu di sana. Dia mencari keberadaan Zahra ke sekitar ruangan. Akan tetapi dia tidak menemukannya.

"Kemana perginya wanita itu? Cepat sekali dia pergi. Aku harus menemukannya, aku harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang kuperbuat kepadanya." Pria itu hendak mencari lagi, tatapi panggilan telpon mengalihkan dirinya.

"Hallo."

..........

"Apa?! Baik, saya segera kesana. Tolong kau jaga Ibu ku sampai aku tiba di sana."

..........

Pria itu menghelakan nafas berat. Dia menjambak rambutnya sendiri prustasi atas apa yang ia lakukan semalam.

"Kemana ku harus mencarinya? Siapa namanya? Dimana tempat tinggalnya? Apa aku akan kembali lagi bertemu dengannya? Tuhan, dimana pun dia berada, tolong jangan buat dia menikah dengan orang lain selain denganku," pintanya bersungguh-sungguh sambil menengadahkan kedua telapak tangannya terpejam meminta kepada sang pencipta.

********

"Zahra, darimana saja kamu, Nak? Kenapa semalaman ini kamu tidak pulang? Ibu dan Ayah sangat mengkhawatirkan kamu." Ibu Zahra sangat khawatir, dia terus memeluk tubuhnya saking senangnya Zahra pulang.

Namun, berbeda dengan sang ayah yang tengah menatap tajam ke arahnya. Zahra sempat melirik sebentar, tetapi ia kembali menunduk tidak berani menatapnya.

"Dari mana saja kamu? Semalaman nggak pulang, keluyuran ke mana kamu? Menginap di mana kamu? Dengan siapa kamu pergi? Ayah menyuruhmu membeli sesuatu kenapa kau malah pergi bagaikan hilang ditelan bumi."

"Ayah, sudah, yang penting Zahra sudah pulang dengan selamat. Biarkan Zahra istirahat dulu." Mala menenangkan suaminya supaya tidak marah-marah.

Zahra tidak bisa menjawab perkataan Ayahnya. Dia terus menunduk bersedih tidak bisa berkata lagi.

"Ibu jangan terus membelanya, Zahra harus sadar kalau sebentar lagi dirinya akan menikah. Dan tidak baik keluyuran malam sampai tidak pulang," balas Anton.

"Ayah benar, Bu. Ibu tidak boleh membelanya terus. Sesekali kalian harus tegas dan bertanya kemana semalaman dia pergi?" timpal Kiara, kakak nya Zahra.

"Kamu juga jangan menghakimi adik mu. Sudah, sekarang kita masuk, ya, Zahra." Mala mengajak Zahra masuk.

Anton menghelakan nafas kesal istrinya terus saja membela Zahra. Kiara mendengus sebal ibunya sebegitu perhatiannya pada Zahra padahal dialah anak kandungnya, bulan Zahra.

Setibanya di dalam kamar, Zahra langsung ke kamar mandi mengunci dirinya sendiri. Dia menyalakan air shower dan mengguyur tubuhnya.

Dia kembali menangis sambil terus menggosok tubuhnya merasa jijik pada diri sendiri. "Aku kotor, aku tidak bisa menjaga kehormatan ku. Aku sudah ternoda. Aku jijik," gumamnya terduduk menangis di bawah guyuran air mandi.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Semangat ya thor

2023-02-02

0

Naira Nardi

Naira Nardi

lanjut kakak😘😘

2022-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!