Tawaran Pekerjaan

Cahaya matahari yang menyilaukan mata masuk lewat jendela membangunkan seorang wanita yang tengah tertidur pulas. Rasa dingin yang ia rasakan di pagi hari membuatnya enggan membuka kelopak matanya. Rasanya ingin terus menikmati nyenyaknya tidur dalam balutan selimut yang lembut. Siapa lagi jika bukan Zahra, wanita yang tengah tertidur pulas di atas kasur nyaman nan empuk.

Ditariknya lagi selimut yang tebal dan lembut itu menutupi hingga hampir seluruh tubuhnya. Matanya masih terus terpejam memeluk erat guling yang sering menemaninya tidur.

"Nyaman sekali," gumam Zahra mencoba membuka kedua kelompok matanya. Buku matanya yang lentik alami mulai mengerjap-ngerjap menyesuaikan sinar matahari yang masuk.

Tapi, setelah mulai terbuka, seketika dia tertegun menyadari sesuatu. "Eh tunggu, aku dimana?" gumam Zahra merasa heran kenapa dirinya ada di atas kasur.

Dipandanginya langit-langit ruangan itu, matanya ia edarkan memperhatikan setiap sudut ruangan tersebut. Kamar bernuansa kalem dengan warna abu dan putih itu terlihat sangat meneduhkan hatinya. Ada rasa nyaman saat Zahra memperhatikannya. Mata sedikit bulat itu masih terus memperhatikan seraya mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. Seketika ia sadar mengingat sesuatu kalau dirinya kemarin merasa pusing dan setelahnya tidak mengingat sesuatu lagi. Tapi, yang membuatnya bingung adalah, selama itulah dirinya pingsan dan siapa yang telah membawanya kemari? Tapi, Zahra merasa tidak asing dengan kamar ini?

Ia menyibakkan selimutnya dan matanya terbelalak menyadari pakaian yang ia kenakan sudah berganti dengan pakaian tidur panjang.

"Si-siapa yang mengganti pakaian ku?" ada rasa takut yang Zahra rasakan di saat pakaiannya sudah terganti. Dia takut yang menggantikannya itu seorang laki-laki.

Ceklek...

Sampai suara pintu terbuka menyadarkannya dari keterkejutan yang ia rasakan. Zahra menengok penasaran siapa yang datang. Dan seketika matanya berbinar melihat siapa orang itu.

"Kyara," gumam Zahra merasa senang bisa bertemu lagi dengan sahabatnya.

Kyara tersenyum sembari membawa nampan berisi makanan mendekati Zahra. "Kamu sudah bangun, Ra. Aku bawakan makanan buat kamu," ujarnya seraya menyimpan nampan tersebut ke atas meja samping tempat tidur.

"Kya, aku pikir bukan kamu yang ada disini. Pantesan ruangan ini berasa tidak asing. Aku pikir kalau aku..." Zahra tidak melanjutkan ucapannya karena yang ia pikirkan adalah bersama pria lagi.

"Tadi aku menemukanmu pingsan di pinggir jalan dalam keadaan di kerumuni warga yang ada di jalan. Saat mendekati, aku terkejut jika itu kamu. Makanya ku bawa kamu ke sini," tutur Kyara menjelaskan kepada Zahra tentang kejadian tadi.

Saat Zahra pingsan, Kyara tengah menjalankan kendaraan beroda dua menuju agen pulsa, dia yang sedang membeli pulsa merasa penasaran melihat orang-orang sedang mengerumuni seseorang. Dan Kyara yang penasaran ingin melihat Siapa orang itu mendekati kerumunannya. saat sudah dekat ia terkejut jika orang yang tengah tak sadarkan diri itu Zahra. Dan saat itu, Kyara segera membantu dan meminta orang-orang Untuk mengantarkan Zahra ke rumah.

Zahra berwajah sendu, matanya pun kembali berembun dan menunduk menyembunyikan kesedihannya. Kyara yang sudah tahu apa yang tengah terjadi kepada Zahra mencoba memberikan sebuah dukungan kau ini bukanlah salahnya.

"Kamu harus kuat, Ra. Kamu harus ikhlas dengan apa yang terjadi kepadamu. Kalau kamu bingung akan kemana, kamu ikut aku saja ke Jakarta." kabar kehamilan serta pengusiran yang Zahra alami sudah tersebar luas di perkampungan. Dan saat ini wanita itu tengah diperbincangkan banyak orang atas kasus yang Zahra alami.

Zahra mendongak, "Kamu juga sudah tahu kalau saat ini sedang hamil?" tanya Zahra pada teman semasa sekolah dulu.

"Iya. Jujur, aku sempat kaget karena aku tidak percaya kalau kamu tengah berbadan dua. Sebab yang aku tahu seorang Zahra itu tidak mungkin melakukan tindakan sakinah itu. Dan aku percaya jika apa yang kamu alami ini sebuah tragedi yang tidak pernah direncanakan dan diinginkan."

"Iya, Kya. aku memang tidak menginginkan semua ini terjadi padaku aku juga tidak ingin mengalami hal buruk ini. Tapi ternyata takdir malah membuatku begini. Aku mengalami pelecehan tanpa ku tahu siapa pria itu, dan sekarang aku harus mengandung tanpa suami," ujar Zahra begitu lirih terisak kecil.

Kyara memeluk Zahra dan mengusap punggungnya. Dia ikut merasakan kesedihan yang Zahra rasakan. "Kalau kamu bingung mau kemana, kita ke Jakarta saja, Ra. Di sana saudara majikan ku membutuhkan pembantu untuk merawat orangtuanya. Jika kamu mau, kamu bisa bekerja di sana sambil mengumpulkan uang untuk nanti biaya persalinan anak kamu."

Kyara menawarkan Zahra ikut dengannya. Dia yang hanya anak petani biasa lulusan SMA hanya bisa bekerja sebagai pembantu mengurus balita di orang kaya. Kebetulan, keponakan majikannya sedang mencari perawat untuk merawat ibunya. Daripada Zahra terluntang lantung tak tentu arah, Kyara menawarinya kerja.

Merasa lebih baik, Zahra mengurai pelukannya masih dalam keadaan sesegukan sisa tangisan.

"Aku mau ikut denganmu. Daripada bingung entah kemana, aku akan mencari kerjaan saja. Setidaknya dengan bekerja, aku bisa tinggal di sana dan ada tempat untuk berteduh " Tentunya Zahra tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Tawaran kerjaan susah ada di depan matanya. Dia yang memang tidak tahu kemana akan pergi dan tidak mungkin diam saja tanpa melakukan pekerjaan mencari uang, memilih menerima tawaran Kyara.

"Ya sudah, hari ini juga kita akan berangkat ke Jakarta. Aku akan menelpon majikan ku dulu kalau kamu akan bekerja." Kyara merogoh saku celananya dan mengambil ponsel lalu menghubungi majikannya.

*******

"Pah, kau tidak mengkhawatirkan Zahra? Dia anak kamu dan kenapa kau diam saja saat putrinya tidak kembali pulang. Sudah sehari ini Zahra tidak kembali." Mala sampai tidak tenang terus memikirkan gimana Zahra saat ini. Dia tidak enak makan, tidak nyenyak tidur terus terbayang bagaimana nasib Zahra selanjutnya.

Trang...

Anton menyimpan sendok yang ia pegang secara kasar hingga berbunyi. Mood nya menjadi kacau kala Mala membahas Zahra di meja makan.

"Saya sudah tidak peduli lagi dengan anak itu. Dia yang membuat kecewa saya maka Zahra harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan Papa tidak ingin lagi berurusan dengan dia. Anak pembawa malu keluarga," balas Anton berdiri meninggalkan meja makan.

Mala menunduk sedih suaminya keras kepala begitu.

"Ibu itu bikin mood kita hancur tahu, ngapain sih terus memikirkan ja lang itu. Di sini masih ada aku yang harus ibu perhatikan dan sayangi juga," seru Kiara kesal sekaligus senang saingannya mendapatkan Ilyas sudah pergi dari sana.

Mala menatap tajam putrinya, "Dan semua yang terjadi pada Zahra pasti ada hubungannya denganmu, Kiara."

"Selalu saja aku yang di salahkan. Salahkan dia sendiri kenapa dia terlalu lemah saat di nikmati."

Plak...

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Lanjutannnnnnn

2022-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!