Mencoba Berkata Jujur

"Menikah...!" lirihnya merasa tidak enak. Zahra semakin dibuat bimbang untuk melanjutkan pernikahannya dengan Ilyas. Dia tidak ingin calon suaminya merasa kecewa di saat mereka hendak malam pertama. Seketika rasa sesak kembali menghatam dadanya membayangkan betapa hancurnya hati Ilyas di saat mengetahui dirinya sudah tidak suci lagi.

"Iya, ayo. Mumpung belum terlalu siang. Kalau sudah siang boutique nya akan ramai dan bakalan lama menunggu. Di sana harus antri dengan yang lain. Sedangkan saya memiliki kesibukan lain dibandingkan harus menemani kau dan Ilyas mencari gaun pengantin." Celine berdiri dengan lewat wajah terlihat dingin seakan menunjukkan ketidaksukaannya kepada Zahra.

"Iya, Tante. Aku ganti baju dulu." Zahra ingin kembali ke kamar lagi tetapi dicegah oleh Celline.

"Tidak perlu, kita segera pergi saja dari sini." Celine tidak ingin berlama-lama berada di sana. Langkah kakinya begitu cepat keluar dari sana karena banyak hal yang harus ia kerjakan.

Zahra lirik Papanya kemudian berpamitan lalu mengikuti Celine.

*****

Setibanya di boutique yang di tuju, Zahra dan Celine segera masuk.

"Ilyas kau sudah sampai rupanya. Dimana mobilmu?" tanya Celine ketika tidak melihat mobil putranya tidak terparkir di depan butik.

Ilyas tersenyum melihat calon istrinya kalau berdiri menggandeng tangan Zahra. "mobilku sedang berada di bengkel tak jauh dari sini. Tadi sempat mengalami kendala di jalan dan untungnya tidak terlalu parah hanya.

"Mobilmu service lagi? sudah mama katakan ganti saja mobil yang baru. Panggil saja ngeyel tidak ingin mengganti mobil." Ujar Celine mencari kemana pemilik butiknya. Ilyas yang mengerti tatapan mata dari mamanya berkata, "Miss Caca sedang mengambil baju pesanan kita di atas sana."

Butik tersebut terdiri dari dua lantai dan kebetulan baju yang dipesan oleh Celline berada di bagian lantai atas.

"Hai jeng pesanannya sudah selesai tinggal calon pengantin mencobanya." Miss Caca bersuara seraya menurut tetangga membawa satu gaun pengantin wanita dan setelan gaun pengantin pria.

Zahra yang melihat pakaian indah itu seketika menjadi murung. Dan dia merasa sedih harus membohongi semua orang akan keadaannya saat ini. Hatinya gelisah, pikirannya gundah gulana, hatinya tidak merasakan ketenangan.

Tangannya terkepal kuat marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Ingin rasanya Zahra mengakhiri hidup karena tak sanggup lagi bila mendapatkan sebuah penolakan dari keluarga dan orang-orang yang di cinta saat mereka mengetahui jika dirinya sudah tidak suci lagi. Apalagi sang ayah pasti akan murka mengetahui anaknya sudah kotor.

Wajah cantiknya terus menunduk terlihat murung, tidak berani mendongak memandang setiap orang. Apalagi menatap wajah calon suaminya membuatnya kian merasa semakin bersalah.

"Aku harus berkata jujur kepada Ilyas. Aku tidak ingin Ilyas mengetahuinya di saat ku sudah menjadi istrinya. Lebih baik jujur daripada berbohong karena cepat atau lambat Ilyas pasti akan mengetahuinya juga," gumam Zahra dalam hati memikirkan segala konsekuensi serta tindakan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Dan keputusannya sudah bulat ingin memberitahukan perihal kejadian semalam yang menimpa Ia hingga menyebabkan kehilangan kehormatan.

"Zahra, ayo kamu coba gaun itu!" Celine mengagetkan Zahra yang sedang melamun. Gadis itu hanya mengangguk lalu mengambil gaun yang ada di tangan Miss Caca kemudian masuk ke ruang ganti. Tak lama kemudian Zahra keluar mengenakan baju pengantin berwarna putih yang akan dikenakan saat akad.

Ilyas terus tersenyum memandang penuh kagum wanita yang sebentar lagi menjadi calon istrinya. "Kamu sangat cantik Zahra. Baju ini sangat cocok dikenakan oleh kamu yang bertubuh mungil berkulit putih bersih." Ilyas memuji kecantikan Zahra, matanya terus saja memandangi wanita yang ada di hadapannya tanpa sedikitpun mengalihkan ke arah lain.

"Ilyas benar, Zahra emang sangat cantik mengenakan gaun ini. Kalau begitu saya pilih yang ini saja untuk akadnya." tutur Celine menyetujui pilihan Ilyas emang terkesan sangat cocok dikenakan oleh Zahra.

Beberapa menit kemudian, mereka selesai mencoba gaun akad dan gaun resepsi. Setelahnya, Ilyas membawa Zahra berjalan-jalan menghabiskan waktu berdua sebelum acara pingitan tiba.

"Mah, aku dan cara pergi duluan. Kami mau jalan-jalan sebentar," ucap Ilyas setelah berada di luar boutique.

"Ya terserah kalian saja. Melarang pun tidak bisa karena sebentar lagi kalian juga pasti menjalin suami istri." Celine lebih dulu masuk ke dalam mobil meninggalkan Ilyas dan Zahra berdua.

Ilyas mengajak Zahra jalan-jalan ke Dago pakar Bandung kesalah satu tempat wisata. Hiking ke Maribaya. Kawasan Tahura Djuanda yang sangat luas menghubungkan antara wisata Dago Pakar dan Maribaya Lembang.

Ilyas dan Zahra berjalan kaki dan hiking melewati jalan setapak sepanjang 4 km dari Dago ke Maribaya.

Zahra menghirup dalam-dalam udara segar yang ada di sana. "Suasananya sejuk sekali dan pikiranku terasa tenang dan damai," ucap Zahra saat mereka berhenti sejenak. Namun Ilyas heran akan sikap Zahra yang dari tadi terlihat murung.

"Iya, di sini memang sangat menakjubkan dan membuat hati tenang pikiran kacau balau," balas seraya menggandeng tangan Zahra.

"Jujur, aku merasa nyaman kalau di sini. Tapi,.." ucap Zahra berhenti di salah satu gazebo sebagai tempat istirahat sejenak. Dia mulai ingin bersuara karena tidak ingin lagi berlama-lama menyembunyikan keresahannya.

Matanya tak berani menatap mata Ilyas dan Zahra lebih fokus menatap ke sekeliling tempat melihat keindahan alam.

"Tapi apa?"

Jantung Zahra berdegup kencang, ini pertama kalinya ia akan mengungkapkan sebuah kesalahan besar yang tak sengaja ia lakukan namun mampu memporak-porandakan hati terdalam.

"Ada hal yang harus ku katakan sama kamu mengenai sesuatu penting." Zahra menghelakan nafas beras. Dia mengumpulkan segala keberaniannya untuk mengungkapkan apa yang ia alami.

"Ada apa? Sepertinya sangat penting sekali." Ilyas membawa Zahra berhadapan dengannya.

Zahra semakin menunduk takut, ia menggigit bibirnya saking deg degan dan gugup. Tangannya terus meremas pakaian yang ia pakai. Namun, dia harus berkata jujur.

"Kenapa Zahra? Katanya mau bicara?" Iya semakin dibuat penasaran boleh sikap zah ra yang kini mulai menunduk dengan raut wajah terlihat sedih.

"Ilyas.. aku.. aku.." Zahra terasa sangat sulit untuk memberitahukan ini semua kepada Ilyas. Air mata yang tadi sempat ia tahan akhirnya meluncur juga. Zahra malah terisak pelu menunduk tak berani menatap Ilyas.

"Ada apa, Zahra? tolong kamu katakan kepadaku!" Ilyas pun sudah dibuat penasaran tentang apa yang membuat Zahra sampai menangis seperti ini.

"Maaf Ilyas, maafkan aku." Zahra semakin menangis menjadi. Padahal dia belum mengungkapkan masalahnya apa.

"Maaf untuk apa? Tolong bicara yang jelas agar aku mengerti kamu itu sedang bicara apa!" Ilyas di buat bingung dan tidak mengerti.

"A-aku... a-aku... aku sudah tidak suci lagi."

Deg...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!