Nasehat sebelum menikah

Waktu semakin larut, setelah kepergian Ilyas dari rumahnya Zahra, wanita itu kini sedang duduk diantara Ayah dan ibu sambungnya. Dia sedang mendengarkan kata demi kata nasihat dari Ayah ibunya sebelum Zahra beneran menikah.

Namun sebelumnya, Zahra tidak tahu kenapa Anton sampai menanyakan berbagai macam pertanyaan yang serius kepada Ilyas sebelum kami menikah nanti. Tapi, kini Zahra sudah tahu jika pria itu begitu tulus mencintainya dan tahu seberapa yakin pria itu mau menikahinya di saat keadaan Zahra yang begini.

Dan Zahra merasakan sebuah kegalauan karena sebentar lagi dirinya akan melepas masa lajangnya dan menikah bersama dan tentunya mencintai. Hal ini menyebabkan Zahra murung karena sebentar lagi dirinya pasti tidak akan bersama dengan kedua orang tuanya lagi karena surganya akan berpindah ke suami.

"Zahra, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Ilyas dan tanggungjawab ayah menjagamu kini beralih kepada suamimu nanti. Pesan Ayah, jadilah istri yang berbakti kepada suamimu, jangan pernah melawan kepadanya, dan ikuti semua perintahnya selama itu di jalan kebenaran," tutur Anton mengusap punggung tangan Zahra yang ada di genggamannya.

Mata Anton sudah berkaca-kaca sambil menunduk merasakan kesedihan karena sebentar lagi dirinya akan berpisah dengan sang putri.

Mala yang mengerti keadaan di sana mengusap punggung Anton dari balik punggung Zahra karena ia duduk di samping kiri Zahra dan Anton si samping kanan Zahra.

Seorang Ayah pasti akan merasa kehilangan waktu bersama putri tercintanya di saat putrinya sudah beranjak dewasa dan sudah menikah. Anton pasti akan merasakan kehilangan momen berharga kebersamaan mereka lagi. Itulah sebabnya Anton bersedih.

Tiba-tiba Zahra pun ikut bersedih karena teringat masa kecilnya bersama para orangtuanya. Sedari kecil, Zahra sudah di tinggalkan ibu kandungnya saat dia berusia lima tahun karena ibunya meninggal saat melahirkan adikknya. Dan adiknya pun meninggal terkena demam berdarah.

Dan, Ibunya Zahra meminta Mala menjaga dirinya dan meminta Mala menikah dengan Anton setelah mendapatkan surat pesan terakhir yang di tuliskan untuk ibunya Zahra. Jadi, masa kecil Zahra bersama Mala dan Kiara selaku kakak tirinya.

"Zahra, sebentar lagi kamu akan menikah dengan lelaki baik, lelaki yang bertanggungjawab atas dirimu dan lelaki yang akan menjadi surgamu kelak. Ibu hanya berpesan jagalah dirimu sebagai seorang istri. Jaga harta suami mu, dan jaga marwahmu sebagai seorang istri," timpal Mala seraya mengusap lembut rambut Zahra.

Zahra semakin di buat gelisah dan semakin bersedih. Dia merasa akan berpisah dengan orang-orang yang ia sayangi.

"Sekarang karena kamu akan menikah, kamu harus lebih dewasa lagi dalam bertindak. Jangan sering bermanja-manja sama kita lagi karena mungkin nanti kamu hanya akan bermanja-manja sama suami kamu," sambung Anton dengan mata berkaca-kaca.

Zahra mendongak, "Kenapa tidak boleh lagi, Ayah? Apa aku bukan anak kalian lagi?" Hati Zahra seakan merasakan kekhawatiran yang mendalam. Entah kenapa perkataan ayahnya mampu membuat Zahra khawatir.

"Sampai kapanpun kamu tetap menjadi anak ayah, Zahra. Tapi kamu juga tidak boleh terlalu sering bermanja pada Ayah lagi. Kamu harus menjadi wanita mandiri agar kamu bisa menjadi ibu rumah tangga yang mandiri. Dan sekarang kamu akan menjadi tempat bersandar dan menjadi rumah untuk suami dan anak-anakmu kelak. jadi kamu harus menjadi wanita yang kuat dan jangan cengeng," jelas Anton menambahkan alasannya kenapa tidak memperbolehkan lagi Zahra bermanja.

"Zahra, dengan menikah bukan berarti masalah kamu akan selesai begitu saja. justru dengan menikah, akan ada cobaan dan ujian yang baru datang menghampiri. Mulai dari ekonomi, perselisihan antara suami istri. jadi kamu harus bisa kuat dan mampu menghadapi cobaan rumah tangga. Nikah itu bukan hanya sebentar tapi untuk selamanya. Dan nikah merupakan ibadah terpanjang selamanya. Jadilah Istri dan ibu yang buat anak dan suamimu kelak," ujar Mala memberikan nasehat tulus kepada Zahra.

Meski Mala hanya ibu tiri, tapi kasih sayangnya banyak ibu kandung dan tak pernah diragukan jika Mala begitu menyayangi Zahra.

"Ayah, Ibu, maafkan Zahra jika Zahra memiliki banyak dosa kepada kalian. Maaf belum bisa membalas semua yang kalian lakukan untuk Zahra. Tapi Zahra janji akan berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga Zahra nanti. dan doakan anakku ini agar aku mampu menghadapi segala macam ujian yang datang menghampiri kehidupan." ucapan Zahra begitu lirih seraya menatap silih berganti kedua orang tua yang selalu ada di sampingnya.

"Maafkan Zahra memiliki dosa besar kepada kalian."

"Ayah dan Ibu memaafkanmu tapi tidak dengan kesalahan yang mungkin fatal. Yaitu melakukan zina sebelum menikah, ayah tidak suka itu."

Deg...

Zahra langsung terdiam seribu bahasa. "Bagaimana kalau Ayah tahu jika aku sudah berbuat zina?" gumam Zahra dalam hati.

******

Ilyas tengah mengemudi sendiri di jalan dalam keadaan melamun. Dia masih penasaran sama orang yang sudah menghancurkan Zahra dalam sekejap mata.

"Siapa orang yang berani melakukan hal bejat itu pada Zahra? Apa kesalahannya sampai Zahra harus mengalami hal menyakitkan begini? Dia wanita baik-baik tapi kenapa ada orang yang tega memperkosanya." Ilyas terus bertanya-tanya akan hal itu. Dia di buat penasaran dan marah pada orang itu. Seandainya dia tahu siapa pria yang sudah memperlakukan Zahra begini, mungkin dia akan menghampiri dan membunuhnya.

"Siapa yang harus ku hubungi untuk di mintai bantuan buat mengungkapkan siapa pria yang sudah menyentuh Zahra ku.

Hingga lamunannya teralihkan oleh ponsel berdering yang ada di depannya. "Abian." Lalu Ilyas pun mengangkat telponnya.

"Ilyas, sorry gue gak bisa datang acara pernikahan lo nanti. Ibu gue sakitnya kambuh dan saat ini kita sedang berada di luar negeri untuk berobat. Dan tolong bilang kepada Tante, gue gak bisa hadir." Orang di sebrang telpon begitu merasa bersalah karena mungkin saja tidak akan bisa hadir di pernikahan saudaranya.

"Tante monik kambuh lagi? Ok, sekarang Lo fokus saja sama kesembuhan nyokap lo dan tidak orang memikirkan pernikahan gue. Mama juga pasti mengerti kalau kalian tidak akan datang." Ilyas kaget mengetahui tantenya kembali kambuh. Dan itu membuat Ilyas merasa iba pada keadaan ibunya Abian setelah kehilangan suaminya.

Orang yang menelpon Ilyas merupakan saudara sepupunya. Ibunya Ilyas dan ayahnya Abian adik kakak dan keduanya merupakan kakak beradik. Namun, ayahnya Abian sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat.

Saking serius bertukar suara dengan Abian, mobilnya hampir saja menabrak seseorang yang yang tengah berdiri tiba-tiba di tengah jalan.

Ckiiit...

"Astaga...!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!