The Blood

The Blood

Prolog

Seorang wanita tengah duduk bersimpuh di depan sang raja. Wanita tua itu akan segera dihukum mati karena terbukti bekerja sama dengan manusia untuk memusnahkan kaumnya.

“Apa alasanmu melakukan semua ini?” tanya sang raja kepada wanita yang saat ini masih setia menundukkan kepalanya. Bukan karena ia menyesal, namun karena ia tidak ingin memandang wajah seseorang yang sudah menghancurkan hidupnya, dan merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya dan sang suami. “Soh-Hyun ssi, sampai kapan kau akan terus bertindak sesukamu? Apa kau lupa bahwa apa yang kau lakukan ini bisa saja membuat musnah kaum kita?” tanya sang raja.

“Aku tidak peduli! Aku akan melakukan apa pun asal aku dan suamiku mendapatkan apa yang harusnya kamu dapatkan. Bahkan jika aku harus membunuh seluruh kaumku sekalipun, aku tidak peduli.”

“Sho-hyun!” teriak Jae Wook saat mendengar ucapan Sho-hyun yang menjabat sebagai istri dari sang kakak.

Sho-hyun tertawa dengan sangat keras mendengar pria yang sudah merebut haknya dan sang suami, membentaknya.

Kim Tae Ri, ratu dari seluruh klan vampir yang sangat diagungkan mengatakan akan memaafkannya dan membiarkan dirinya hidup bahagia bersama keluarganya jika ia mau meminta maaf kepada seluruh rakyat dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Namun niat baik Tae Rin tidak disambut baik oleh Sho-hyun, karena nyatanya wanita itu justru mengutuk Tae Rin.

“Eonnie, aku mohon pikiran baik-baik apa yang aku katakan. Karena ini sungguh demi kebaikanmu dan keluargamu, aku tidak ingin memisahkan anak-anak dari Ibunya, dan aku juga tidak ingin hubungan baik antar anak-anak kita harus berakhir hanya karena masalah ini. Aku akan meminta kepada Raja untuk menyelesaikan masalah ini, aku janji.”

“Cih, dasar wanita ular. Kau pikir aku akan percaya dengan semua kebaikan palsu yang tunjukkan padaku, jangan harap.”

“Jaga tutur katamu, Sho-hyun!” teriak sang raja yang tidak terima istri tercintanya dihina dengan begitu kejam.

“Sho-hyun, kau tau betul alasan kenapa aku tidak bisa menggantikan posisi ayah. Dan kita sudah setuju dengan keputusan itu, lalu kenapa kau tiba-tiba begini?” tanya Kim Woo Bin kepada sang istri.

“Dulu aku begitu bodoh dan naif, makanya aku menerima semuanya tanpa berpikir jauh ke belakang. Tapi tidak untuk saat ini, karena aku akan tetap memperjuangkan apa yang harusnya kita dapatkan meski aku harus mati.”

***

“Hajima!” teriak seorang anak laki-laki kecil saat mendengar ibunda tercintanya akan diadili oleh raja karena kesalahan yang tidak ia ketahui. Yang ia tahu, ibunya adalah orang yang baik dan sangat menyayangi keluarganya. “Jangan hukum Ibuku,” pinta anak tersebut sembari memeluk sang ibu yang sudah berdiri di pengeksekusian bersama beberapa prajurit.

Jimin menatap sang ibunda yang sudah siap dieksekusi. Kedua tangannya diikat, kepala yang sudah tertunduk dan ditutup oleh sebuah kain. Anak kecil itu menangis dan terus memanggil nama sang ibunda yang tak sadarkan diri.

“Ibu, bangun!” teriak Jimin sembari mengguncang tubuh ibunya. “Ini Jimin, Bu.”

Terdengar lenguhan dari wanita tersebut dan hal itu membuat air mata Jimin kecil mengalir semakin deras. “Jimin, anak Ibu yang paling Ibu sayangi. Jaga diri baik-baik ya, Nak. Jangan suka bertengkar dengan para hyungmu, dan jadilah anak yang baik. Semoga kelak Jimin bisa jadi pemimpin klan vampir terbaik menggantikan posisi raja yang sekarang.”

“Ibu, jangan pergi.” Jimin menangis sembari memeluk sang Ibu, agar algojo tidak bisa melakukan tugasnya.

“Jimin, ayo Sayang.”

“Nggak Ayah! Jimin mau sama Ibu.” Jimin kecil meronta di gendongan sang ayah. Anak kecil itu ingin tetap bersama sang ibu agar algojo tidak bisa menyakiti ibunya.

“Tapi Ibu pantas mendapatkannya, Nak. Ibu sudah membahayakan kaum kita dengan memberitahukan keberadaan kita kepada manusia.”

“Tidak! Ibu tidak akan melakukan hal itu.”

Jimin kecil terus meronta. Memanggil nama wanita yang sangat ia sayangi, yang sebentar lagi akan bertemu dengan mautnya.

“Jimin,” panggil sang ratu.

“Mama, Jimin mohon jangan hukum Ibu. Ibu orang baik,” mohon Jimin saat sang ratu ingin membawanya pergi dari tempat eksekusi. “Mama, Ibu Jimin orang baik. Ibu tidak akan melakukan hal sekejam itu pada kamu kita.”

“Sayang, dengarkan Mama. Ibu Sho-hyun sudah memberitahu keberadaan kita kepada manusia, dan Ibu Sho-hyun sudah seharusnya menerima hukuman untuk semuanya.” Sang ratu mencoba memberi pengertian Jimin kecil yang terus meronta dan berteriak memanggil sang ibu. “Maafkan Mama, Sayang. Tapi Mama dan kami semua yang ada di sini tidak bisa menolak perintah Raja,” terang seorang wanita yang dipanggil Mama oleh Jimin.

“Tapi Ibu orang baik.”

Jimin kecil menghapus air matanya dan berlari ke arah raja yang sedang duduk di atas singgasana miliknya. Anak kecil itu ingin mendatangi raja dengan tujuan membebaskan sang ibu dari hukuman mati. Anak itu akan melakukan semua perintah raja, asal raja mau melepaskan ibunya.

Jimin kecil menangis tersedu saat raja melakukan hal yang sama, yaitu menolak keinginannya untuk melepaskan sang ibu. Raja memegangi Jimin yang ingin berlari memeluk ibunya, dan hal itu sukses membuat Jimin meraung.

“Lepasin, Jimin!” teriak Jimin. Namun raja tidak juga melepaskan Jimin, raja malah semakin erat memeluknya. “Tidak! Jangan!” teriak Jimin saat algojo mengayunkan pedang besarnya tepat ke leher ibu Jimin.

Jimin kecil kehilangan kesadarannya bersamaan dengan terputusnya kepala Sho-hyun dari tubuhnya.

***

Sejak kejadian itu Jimin kecil yang dulu selalu ceria menjadi pendiam. Jimin bahkan diam-diam menaruh dendam pada raja dan bersumpah akan menghabisi seluruh anggota keluarga raja sebagai balasan atas kematian ibunya.

Bagi Jimin, kerajaan sudah memperlakukan ibunya dengan sangat tidak adil. Ibunya orang baik, dan tidak mungkin ibunya melakukan sesuatu yang bisa membahayakan kaum mereka.

“Jimin, ayo kita main.” Seorang gadis canti dengan rambut panjangnya menghampiri Jimin yang tengah duduk seorang diri di bawah pohon rindang. “Bukankah hari ini kau sudah janji akan mengajakku ke tengah hutan. Kau bilang di sana ada danau dengan pemandangannya yang sangat indah,”ucap gadis kecil itu dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.

“Pergi kau!” teriak Jimin sambil mendorong tubuh gadis mungil yang selama ini selalu menemani harinya.

“Tapi, Jim....”

“Karena keluargamu, aku kehilangan ibuku! Aku benci kalian semua!” seru Jimin. Pemuda kecil dengan pipi bulat itu pergi meninggalkan si gadis yang tengah menatapnya dengan mata berkaca.

Dengan air mata yang mengalir deras gadis itu berjalan menemui para kakaknya dengan harapan mereka bisa membantu gadis itu mengurangi rasa sakit karena ulah Jimin. Namun, bukannya sebuah sambutan senyum seperti biasa, para kakaknya malah mendorongnya menjauh dan mengatakan hal yang sama dengan yang Jimin katakan.

“Namjoon Oppa....”

“Jangan panggil aku dengan sebutan menjijikkan itu!” seru Namjoon yang membuat gadis itu terlonjak.

Gadis itu berlari menemui sang ibu untuk menceritakannya semua kejadian yang ia alami.

“Kenapa Jimin dan para Oppa tidak mau lagi melihatku, Eomma? Namjoon Oppa bahkan mendorongku hingga terjatuh,” keluh gadis itu sembari menunjukkan telapak tangannya yang terluka.

“Tae-yaa, kamu anak yang kuat jadi bersabarlah. Eomma yakin suatu saat nanti mereka akan kembali bersikap baik padamu, seperti biasa.”

Tae-yaa kecil hanya mengangguk. Gadis mungil itu memeluk tubuh sang ibu yang sangat ia sayangi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!