Bagian (14)

Hyuna dan Jimin berada di pantai yang memang tidak jauh dari rumah keduanya. Hanya butuh waktu sekitar dua sampai tiga jam saja untuk sampai ke sana.

Pemandangan laut yang indah, serta pepohonan rindang nyatanya mampu membuat pikiran kembali segar. Hyuna segera melesat ke arah laut dan tertawa bahagia saat tubuhnya terkena terpaan air laut.

“Seneng banget, Na.”

“Iya, Ji. Sejak kecil gue paling suka diajak ke pantai, apalagi pantai yang masih jarang di jamah orang lain. Gue paling suka,” ucap Hyuna sembari kembali menceburkan dirinya ke pantai.

Hyuna duduk seperti anak kecil dan mulai bermain-main dengan air laut. Gadis itu tertawa keras saat air laut mengenai wajahnya.

Jimin hanya duduk di tepi pantai. Pemuda itu belum mau masuk ke dalam laut karena tubuhnya masih butuh penyesuaian. Jimin tersenyum melihat Hyuna yang tertawa bahagia, namun senyumnya seketika hilang saat ia melihat adegan yang sama persis dengan apa yang dia lihat beberapa tahun yang lalu.

Seorang anak kecil tengah tertawa bahagia ketika terkena air laut, tangannya yang melambai ke arah Jimin seolah mengajaknya masuk ke dalam laut bersama, serta celotehnya yang nggak mungkin bisa Jimin lupakan.

“Tae-yaa,” ucap Jimin tanpa sadar.

Jimin segera menggelengkan kepalanya agar ia bisa melupakan apa yang baru saja ia pikirkan.

“Jim, lu kenapa?” tanya Hyuna saat melihat sahabatnya berdiam diri di pinggir pantai.

“Gue keinget sama Tae-yaa,” ucap Jimin. Hyuna segera menghampiri Jimin dan memeluk tubuh pemuda itu, seolah tengah memberikan kenyamanan. Hyuna tau, dan sangat tau apa yang dirasakan Jimin saat ini. Karena, itu pulalah yang gadis itu rasakan beberapa tahun yang lalu.

“Jim, coba maafkan dia. Dia nggak ada hubungannya dengan masalah orang tua lu dan para orang dari kerajaan,” jelas Hyuna. Namun dengan tegas Jimin menolak, bahkan pemuda itu mengatakan akan membalaskan semua sakit hati yang dideritanya sejak kepergian sang ibu kepada Tae-yaa.

Jimin memeluk tubuh sahabatnya dengan erat, supaya bisa merasakan kenyamanan dan melupakan sosok Tae-yaa yang akhir-akhir ini kembali mengganggu hidupnya.

“Sampai kapan lu mau nyimpan dendam itu, Jim?” tanya Hyuna.

“Sampai gue melihat dengan mata kepala gue sendiri, gadis itu meregang nyawa. Di saat Raja dan Ratu menangis pilu karena kepergian anak semata wayangnya, saat itu gue bisa memaafkan mereka.”

“Gue harap lu nggak nyesel dengan keputusan lu, Jim.”

Jimin mendongak. Matanya menatap lurus ke arah mata Hyuna yang sudah berkaca-kaca. Tangan Jimin terukur untuk menghapus air mata di wajah sahabatnya.

“Jangan nangis, Na.” Hyuna mengangguk sebagai jawaban. “Lu mau kan Na, bersumpah kalau elu nggak akan pernah ninggalin gue?” tanya Jimin.

“Bagaimana gue bisa berjanji saat elu sendiri baru mengucap sumpah yang begitu menyakitkan, Jim.”

Hyuna hanya memeluk tubuh sahabatnya, ia tidak menjawab permintaan Jimin karena ia tidak bisa dan tidak akan mungkin bisa menepatinya.

“Jim, gue nggak bisa berjanji untuk selamanya ada di samping lu. Tapi gue bersumpah, akan melakukan apa pun yang lu mau dan terus berada di samping lu sampai waktu gue pergi tiba.”

Mendengar ucapan Hyuna entah mengapa hati Jimin sakit. Dibanding dengan Jimin, Hyuna memang lebih dekat dengan yang lain namun ikatan hati keduanya tidak bisa diragukan lagi.

“Udah yuk, main air.” Hyuna mengusap air matanya yang mengalir dan menuntun sahabatnya berjalan ke arah air.

Baik Jimin maupun Hyuna terlihat sangat bahagia. Keduanya bisa sejenak melupakan apa yang baru saja terjadi di antara mereka.

Keduanya terus bermain air hingga hari hampir gelap. Setelah lelah mereka duduk di tepian pantai sembari menunggu matahari terbenam.

“Thank’s ya, Jim. Berkat elu gue jadi bisa sejenak melupakan masalah gue,” ucap Hyuna.

“Gue juga, Na. Berkat elu, gue bisa sedikit lebih tenang.”

Menikmati sore dengan ditemani matahari terbenam bersama orang yang kita sayang menjadi hal yang paling indah dan mungkin menjadi harapan banyak orang di luaran sana.

Jimin dan Hyuna tengah fokus memandang langit senja, tiba-tiba dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul dan melempar Jimin ke laut. Hyuna yang terkejut langsung menoleh dan mendapati seorang vampir yang tengah mengamuk. Mata yang memerah serta gigi taring yang terlihat sangat tajam. Ditambah kuku-kukunya yang mulai memanjang dan hitam.

Tanpa pikir panjang Hyuna langsung menendang vampir tersebut dan membuatnya tersungkur. Namun sayang, bukannya mereda vampir itu malah semakin mengamuk dan mendorong tubuh Hyuna.

“Hyuna!” teriak Jimin.

Jimin segera melesat ke arah vampir itu dan membantingnya ke laut.

“Jimin hati-hati!” seru Hyuna. Gadis itu menepi, karena tidak ingin menganggu perkelahian Jimin dengan vampir yang tengah mengamuk itu. Namun, mata gadis itu membola saat melihat bulan yang perlahan mulai muncul.

“Sialan, bulan merah.”

Bersamaan dengan itu seorang vampir datang menghampiri Hyuna yang tengah berdiri tak jauh dari Jimin.

“Long time no see, Baby.”

Hyuna menoleh. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Jaehyun sudah berdiri di belakangnya.

“Jaehyun, lu....”

Jaehyun menjilat leher Hyuna, membuat gadis itu merasa risih.

“Di taring dan kuku vampir itu terdapat racun yang bisa langsung membunuh Jimin. Bayangkan, bagaimana jika Jimin terkena sayatan dari kuku vampir itu?”

Hyuna hanya diam. Gadis itu bimbang dan tidak tau harus berbuat apa. Menolong Jimin dan rahasianya terbongkar, atau membiarkan Jimin mati dengan rahasianya yang tetap aman.

“Ayo, Baby. Putuskan, mana yang akan kau pilih?” tanya Jaehyun.

“Jaehyun, hentikan kegilaan lu dan opsesi lu. Kita udah berakhir!” seru Hyuna. Gadis itu benar-benar tidak menyangka Jaehyun akan bertindak sehina itu hanya untuk mendapatkannya kembali.

“Kalau begitu, biar Jimin yang mati.”

Belum sempat Jaehyun memerintahkan vampir suruhannya untuk membunuh Jimin, Hyuna lebih dulu berlari ke arah pemuda itu dan mendorong Jimin menjauh. Alhasil dirinyalah yang terkena cakaran dari kuku beracun milik salah satu anak buah Jaehyun.

“Hyuna!” teriak Jimin saat melihat Hyuna terbaring dengan wajah pucat.

Jimin menoleh ke arah sekitar namun tidak mendapati siapapun di sana, padahal tadi ia yakin ada seseorang yang sempat berbicara dengan Hyuna sebelum akhirnya gadis itu mendorong tubuh Jimin hingga terjatuh.

“Na, gue mohon lu bertahan.” Jimin menggendong tubuh Hyuna yang mengalami kejang, karena racun dari vampir tadi. Dengan air mata yang mengalir deras pemuda itu terus merapalkan doa agar Hyuna tetap baik-baik saja.

Dalam hati Jimin berjanji akan selalu menjaga Hyuna sampai mati, jika Tuhan mau berbaik hati padanya dengan menyelamatkan gadis kesayangannya.

“Jim, maaf.” Hanya satu kalimat itu yang terdengar di telinga Jimin sebelum akhirnya gadis itu kehilangan kesadarannya.

Jimin meninggalkan mobilnya dan memilih menggendong tubuh Hyuna, dan membawanya melesat agar mereka bisa segera sampai di rumah dan Hyuna segera mendapatkan pertolongan dari Seokjin.

***

“Hyung!” teriak Jimin ketika keduanya sudah sampai di rumah Jimin.

“Ada... Hyuna!” semua terkejut melihat keadaan Hyuna yang sudah tak sadarkan diri dengan luka hitam di bagian lengannya.

“Tolong Hyuna, Hyung.” Jimin menangis memohon kepada saudara tertuanya agar mau menyelamatkan gadis kesayangannya.

Seokjin segera meminta Jimin untuk membawa Hyuna ke dalam kamar pemuda itu, agar ia bisa segera merawatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!