Cinta Suamiku Bukan Untukku
"Ampun, Dean!" ulang Oddie dengan suara yang lebih keras.
Suara itu akhirnya keluar dari mulut Oddie setelah sekian lama menutup rapat mulutnya. Sakitnya pukulan keras dari Dean Nathan sudah tidak bisa dia tahan lagi. Untung suami yang dia panggil dengan sebutan Dean itu menghentikan cambuknya.
Oddie yang malang terlihat sangat menyedihkan sekarang. Rambutnya tergerai seperti gelandangan. Keningnya berdarah akibat benturan keras setelah didorong oleh selingkuhan suaminya. Bajunya yang usang koyak disana sini setelah menerima belasan cambukan dari Dean Nathan. Pria itu marah hanya karena kesalahan kecil yang tak sengaja Oddie dilakukan. Baju itu bukan hanya koyak, tapi juga terdapat beberapa tetes darah segar yang beradal dari sudut bibir Oddie.
Nathan menyampirkan ikat pinggangnya. Lalu mengayunkan kaki beberapa langkah untuk mendekati Oddie yang masih meringkuk di sudut ruangan. Oddie secara refleks menutup mata dan mengangkat kedua tangannya untuk melindungi diri karena takut Dean Nathan akan memukulnya lagi.
Tangan itu bergetar hebat. Begitupun nafasnya yang memburu. Oddie berkeringat terlalu banyak setelah mendapatkan siksaan bertubi-tubi dari suaminya. Sesekali dia meringis menahan perih ketika keringatnya sendiri merembes mengenai luka bekas cambukan itu.
"Sakit, Dean!" keluh Oddie lagi.
Dean Nathan melihat istrinya dengan tatapan jijik. Tangannya yang kekar mencengkeram pipi Oddie dengan kasar sehingga Oddie membuka matanya dan melihat betapa beringas suaminya. Sepertinya luka baru maupun lama di tubuh Oddie itu tidak cukup untuk membuat Nathan sedikit iba kepada Oddie.
"Lain kali kalau kau ceroboh lagi aku tidak akan segan lagi untuk menyiksamu lebih dari ini. Apa kau mengerti?" tanya Dean Nathan dengan suara pelan tapi sangat jelas terdengar di telinga Oddie.
"Aku mengerti, Dean!" jawab Oddie ketakutan.
Nathan melepaskan cengkeraman tangannya. Lalu bangkit dan memakai kembali ikat pinggangnya yang baru saja dia gunakan sebagai senjata untuk menghajar Oddie.
"Kau bisa pergi sekarang!" usir Nathan setelah memuaskan amarahnya.
"Sayang, kau sangat kejam," ujar Kirana.
Pelakor kesayangan Dean Nathan itu akhirnya berbicara setelah puas melihat adegan seorang suami yang menyiksa istrinya tanpa belas kasihan.
"Itu pantas untuknya!" jawab Nathan sembari memberikan ciuman mesra bahkan mulai melucuti pakaian Kirana di depan Oddie yang saat ini hanya bisa menggigit bibir dan meremas ujung bajunya.
Dean Nathan melirik Oddie sekilas. Sangat puas melihat istrinya yang tidak berdaya dan tidak memiliki keberanian untuk melawan. "Jangan salahkan aku berbuat kejam. Salahkan orangtuamu yang berani menipu dan memanfaatkan kebaikan keluargaku. Salahkan dirimu sendiri juga karena terlahir menjadi anak pasangan koruptor seperti orangtuamu," batin Nathan.
"Apa kau tuli? Bukankah aku sudah bilang kau boleh pergi! Apa kau ingin ku pukul lagi?" bentak Nathan.
Oddie segera bangkit dengan tubuh gemetaran. Berjalan pelan untuk keluar sebelum Dean Nathan semakin marah. Oddie tidak patah hati, dia hanya malu karena harus melihat pemandangan seperti ini lagi. Lagipula, apa Oddie diijinkan untuk patah hati? Seharusnya tidak kan? Karena Oddie dan Nathan menikah bukan atas nama cinta.
"Tunggu!" tahan Kirana.
Oddie yang sudah berada di ambang pintu berhenti. Menoleh untuk mengetahui alasan apa yang membuat Kirana menahannya. Oddie belum sempat bertanya atau menyahut. Tapi dia sudah melihat Kirana menyiramkan sesuatu ke wajahnya.
Oddie sempat membuang muka dan menutup mata. Lalu sebagai gantinya menggunakan tangannya untuk melindungi diri. Tapi tetap saja benda cair yang ternyata air keras itu mengenai salah satu mata dan sebagian wajahnya.
"Ah!" teriak Oddie.
Gadis itu tersungkur ke lantai. Mengerang kesakitan dan tidak berhenti mengaduh saat perih luar biasa menyerang anggota tubuhnya yang tersiram air keras.
"Sakit sekali!" keluh Oddie lengkap dengan tangisan.
Tapi ratapan itu tetap tidak membuat Nathan maupun Kirana merasa iba. Nathan bahkan berdecak kesal dan menyeret Oddie untuk keluar dari kamarnya. Membiarkannya begitu saja meskipun kulitnya mulai melepuh disana sini.
"Siapapun, tolong aku!" kata Oddie.
Oddie mencoba membuka matanya. Tapi cahaya itu terlalu silau sekarang. Oddie bahkan tidak bisa membuka matanya dengan benar.
"Bi Lastri, Pak Maman, tolong Oddie!" kata Oddie dengan menambah volume suaranya.
Oddie bangkit lagi, mencari-cari pegangan untuk menuruni anak tangga. Tujuannya adalah lantai satu untuk meminta tolong kepada Lastri atau Maman yang berprofesi sebagai pembantu dan tukang kebun di rumah Dean Nathan.
"Non Oddie berhenti! Tunggu Bi Lastri naik!" teriak Lastri panik.
"Non, hati-hati! Jangan melangkah sembarangan!" teriak Maman tak kalah panik saat melihat Oddie sudah berdiri di ujung anak tangga.
"Bi Lastri, Pak Maman, tolong Oddie!" kata Oddie lagi.
Dua orang berusia paruh baya itu segera lari. Tapi nahas, Oddie sudah terlebih dulu menuruni anak tangga dengan posisi yang salah sebelum Lastri dan Maman datang. Kaki Oddie terkilir sehingga menyebabkan Oddie kehilangan keseimbangan dan berguling-guling ke bawah.
"Non Oddie!" teriak Lastri dan Maman bersamaan saat melihat Oddie terguling di anak-anak tangga.
"Non Oddie?" teriak Maman.
Lastri segera meletakkan kepala Oddie di pangkuannya berkat bantuan Maman. Bibir Oddie sangat kering, wajahnya sangat merah saking panasnya. Matanya juga sudah mulai tertutup sempurna diiringi dengan tangannya yang terkulai begitu saja dibarengi dengan hilangnya kesadaran Oddie.
"Las, kau tunggulah sebentar! Aku akan mencari taksi!" ujar Maman.
"Cepat, Man!" sahut Lastri setuju.
Maman segera berlari keluar untuj mencari taksi. Akhirnya dua orang itu memberanikan diri membawa Oddie ke rumah sakit tanpa seijin Nathan. Biar saja jika Nathan memecat Maman, biar saja jika Kirana akan memukul Lastri. Mereka sudah tidak peduli lagi karena yang mereka inginkan saat ini hanyalah menolong Oddie.
.
.
.
"Bagaimana, Pak Dokter?" tanya Lastri dan Maman setelah dokter keluar dari ruang penanganan.
Dokter itu geleng-geleng kepala. Siapapun bisa melihat bahwa dokter ini prihatin dengan kondisi Oddie. "Maaf, kalau boleh tahu apa yang terjadi dengan Nona Oddie. Kenapa ada luka seperti itu di sekujur tubuhnya. Apa dia mengalami KDRT?" tanya dokter.
Maman dan Lastri saling berpandangan sebelum mengangguk bersamaan. Mereka sudah memutuskan untuk menjawab iya supaya ada kesempatan untuk Oddie bebas.
"Pak Dokter, sebenarnya,-"
"Tidak ada KDRT. Dia hanya mengalami kecelakaan kerja!" potong Nathan.
Entah sejak kapan Nathan datang. Tapi yang jelas pria itu sudah berdiri di belakang Lastri dan Maman dan memberikan tatapan berisi ancaman untuk keduanya. Maman dan Lastri mundur teratur, memberi jalan kepada Nathan untuk mendekati Dokter yang menangani Oddie barusan.
"Maaf, apa hubungan Anda dengan Nona Oddie?" tanya Dokter.
"Dia salah satu asisten rumah tangga milikku," jawab Nathan.
Setelah berbincang sebentar. Dokter itu akhirnya membawa Nathan ke ruangannya untuk membahas luka yang diterima Oddie termasuk bagaimana keadaan Oddie sekarang.
"Jadi bagaimana, Dokter?" tanya Nathan.
"Maaf, dengan sangat menyesal saya harus mengatakan ini. Kedepannya Nona Oddie tidak akan bisa berjalan dengan normal dan mata kirinya yang terkena air keras akan mengalami penurunan fungsi. Selain itu, memar-memar di tubuhnya cukup parah. Dia harus dirawat setidaknya beberapa hari untuk memulihkan kondisinya," jawab Dokter.
"Apa maksudnya Oddie lumpuh?" tanya Nathan memastikan.
"Tidak. Bukan lumpuh, Nona Oddie masih bisa berjalan tapi tidak normal seperti sedia kala," jawab Dokter.
"Dia pincang?" tanya Nathan.
"Benar, Pak!" jawab Dokter.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
kembang kopi
ep 1 sudah menengangkan.
jhat banget dean
2023-02-17
0
Lee
Mampir kaka..
semangat ya...💪💪
2023-01-05
0
MIKU CHANNEL
Manusia seperti apa kau Dean, sungguh Bi*d*b kau Dean, terbuat dr apa hatinu Dean, kau lbh pantas dipanggil monster 😡😡😡😡😡
2023-01-02
0