Bab 20 Tolong Oddie, Om!

"Bagaimana ini, Ray? Ini semua karena ulahmu!" kata Kirana setelah tahu dirinya keguguran.

Kirana menggigit kecil ujung kukunya. Wanita itu memang sedih, tapi bukan sedih karena kehilangan calon anaknya. Dia malah sedih karena alat untuk mendapatkan perhatian Nathan dan Mama Maureen sudah tidak ada lagi. Sementara itu, Ray hanya bisa mondar-mandir di sebelah ranjang. Memikirkan bagaimana baiknya agar rencananya tidak gagal meskipun bayi itu sudah tidak ada.

"Dengarkan aku, Ki! Kau harus segera sehat. Lalu segera mengandung anak kalian. Apa kau mengerti?" kata Ray.

Ray mengancam Kirana dengan tatapan matanya. Alasan Ray meminta Kirana mengandung anak Nathan, tentu saja karena dia sudah memiliki wanita lain yang Ray anggap lebih cantik dan kaya daripada Kirana. Jika Kirana menganggap anak yang telah gugur itu sebagai alat, maka Ray pun juga sama. Karena dimata Ray, Kirana juga hanyalah sebuah alat.

"Apa kau bodoh. Aku baru saja keguguran. Meskipun aku masih bisa hamil, tapi butuh waktu setidaknya beberapa bulan sampai anak itu ada!" protes Kirana.

"Lalu kita harus bagiamana? Nathan akan curiga kalau perutmu tidak kunjung besar dan tidak melahirkan setelah sembilan bulan," kata Ray.

Dua manusia licik itu saling diam. Memikirkan cara apa harus mereka lakukan untuk memuluskan rencana mereka. Sampai Ray menemukan ide yang dia anggap paling brilian.

"Bukankah Nathan membenci istrinya yang cacat itu? Bagaimana kalau kita membuat seolah dialah yang membuatmu keguguran. Dengan begitu, kita tidak hanya aman. Kita juga memilik kesempatan agar dia semakin benci istrinya. Lalu tugasmu adalah mengambil simpatinya agar dia segera menikahimu," kata Ray.

Kirana mencermati ide Ray. Beberapa saat kemudian sebuah senyuman muncul di sudut bibirnya. Kirana memang sudah tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan Ray setelah tahu dia dimanfaatkan. Tapi ide Ray bagus juga. Jadi Kirana akan memakai cara itu saja. Lalu saat dia sudah menikah dengan Nathan nanti, Kirana akan membalas semua kelakuan Ray hari ini dan membuangnya seperti sampah.

"Benar juga. Aku akan membuat Oddie sialan itu sebagai pelaku yang menyebabkan anakku tidak bisa lahir ke dunia," gumam Kirana.

.

.

.

"Kau mau kemana?" tanya Kakek Moeis ketika melihat anaknya sudah rapi dengan membawa kantong hadiah. Dia adalah Papa Erlangga, ayah Nathan, suami Mama Maureen.

"Aku ingin menemui menantuku, Pa!" jawab Papa Erlangga.

Kakek Moeis manggut-manggut. Papa Erlangga sebenarnya ingin menemui Oddie bersama Kakek Moeis kemarin. Tapi ada hal penting yang harus dia urus. Jadi dengan terpaksa dia harus menunda niatnya untuk menemui Oddie sampai hari ini.

"Pergilah! Aku juga akan menemui Nathan nanti," kata Kakek Moeis.

"Pa, mungkin aku akan pulang terlambat," pamit Papa Erlangga sebelum pergi.

"Kau mau kemana setelah menemui Oddie?" tanya Kakek Moeis.

"Membawa Maureen pulang," jawab Papa Erlangga.

Wajah pria paruh baya itu kusut. Sudah anaknya seperti itu, istrinya pun juga seperti itu. Siapa yang tidak kepikiran. Berapa usia istrinya sekarang. Dia itu sudah hampir setengah abad dan sudah jadi seorang ibu, jika anaknya salah seharusnya dia menegurnya bukannya malah mendukungnya.

"Ini semua salahku yang terlalu memanjakan mereka," batin Papa Erlangga.

Papa Erlangga segera meminta sopir untuk mengantarnya ke restoran Aarav. Selama dalam perjalanan itu, dia tidak hanya duduk diam tapi juga mengurus beberapa hal penting. Salah satunya adalah mentransfer sejumlah uang untuk menyelesaikan proses pembelian rumah yang akan dia atas namakan dengan nama Oddie.

Kakek Moeis mungkin masih bisa bersabar. Sempat bicara dan meminta ijin dulu dengan Oddie. Tapi Papa Erlangga tidak bisa begitu, terlebih saat Leah melapor soal bekas luka di sekujur tubuh Oddie waktu itu. Papa Erlangga sudah ingin melakukan sesuatu sejak hari itu, tapi menahannya karena Oddie lah yang akan menjadi sasaran kemarahan Nathan. Tapi sekarang Papa Erlangga sudah tidak bisa menunggu. Jika masih harus menunggu Oddie yang baik hati itu setuju, bisa-bisa Oddie mati duluan karena terlalu sering disiksa.

Setengah jam kemudian, sampailah Papa Erlangga ke restoran Aarav. Alasan kenapa selalu menemui Oddie ke restoran adalah karena mereka tidak tahu dimana Oddie tinggal. Oddie enggan memberitahu dimana dia tinggal. Sejauh ini meskipun Kakek Moeis dan Papa Erlangga meminta orang untuk membuntuti Oddie, tapi orang milik Nathan selalu berhasil mengalihkan perhatian.

Jujur saja, sebenarnya Nathan adalah calon pemimpin yang sangat menjanjikan di masa depan. Bahkan di gadang-gadang sendiri oleh keluarga besar mereka bahwa bisnis mereka akan semakin jaya di bawah kepemimpinan Nathan di masa depan. Keuletannya, ketegasannya, gaya kepemimpinannya semuanya sempurna.

Satu-satunya kekurangannya adalah memperlakukan Oddie seperti sampah dan memperlakukan selingkuhannya bagaikan ratu.

Papa Erlangga baru menginjakkan kakinya di pelataran. Tapi dia sudah disambut dengan pemandangan yang tidak menyenangkan.

"Maaf, ada apa di dalam?" tanya Papa Erlangga pada salah seorang tamu yang keluar.

"Barusan ada yang jatuh di toilet, Pak! Orangnya di bawa ke rumah sakit sekarang," jawab orang itu.

"Oh, terimakasih informasinya!" kata Papa Erlangga.

Papa Erlangga pun melanjutkan perjalanannya. Tapi suara Rima yang terus menyebut nama Oddie sembari duduk melantai membuat Papa Erlangga tidak tenang. Rima bahkan harus di peluk beberapa rekannya agar tidak menangis lagi. Raut wajah rekan-rekannya juga tidak baik. Papa Erlangga juga mendengar salah satu pegawai menghubungi Aarav agar segera datang ke restoran.

"Ada apa dengan Oddie?" tanya Papa Erlangga saat dia berhasil menyeruak kerumunan.

"Anda siapa?" tanya seorang pelayan pria.

"Aku mertuanya," jawab Papa Erlangga dengan wajah cemas.

Rima langsung mendekati Papa Erlangga. Meskipun Rima berbicara kurang jelas karena menangis, tapi Papa Erlangga paham maksudnya. Bahwa Rima sedang minta tolong agar Papa Erlangga segera menolong Oddie. Karena barusan Nathan menyeret Oddie dengan paksa.

Papa Erlangga segera menghubungi Nathan saat itu juga. Sayangnya nomor Nathan tidak bisa di hubungi. Papa Erlangga lantas memberitahu Kakek Moeis kemudian mengerahkan semua orang yang dia punya untuk mencari Nathan, Kirana, juga Oddie.

"Nathan, kau sudah benar-benar keterlaluan!" geram Papa Erlangga.

.

.

.

Beberapa waktu yang lalu.

Oddie hanya pergi ke kamar mandi saat Nathan dan Kirana datang ke restoran. Meskipun sudah melihat pemandangan seperti itu bertahun-tahun, tapi nyatanya Oddie masih tidak baik-baik saja meskipun sudah terbiasa.

Oddie ingin menenangkan dirinya di dalam kamar mandi. Duduk di atas kloset tanpa melakukan apa-apa sampai memutuskan untuk keluar. Tapi di saat yang sama Kirana juga pergi ke kamar mandi. Mereka hanya bertemu tanpa bersinggungan. Oddie bahkan tidak melihatnya. Tapi tiba-tiba Kirana jatuh dan berteriak minta tolong.

Oddie tidak tahu apa maksudnya. Tapi setelah Nathan datang Kirana mengaku di dorong Oddie dan mengeluh sakit dengan memegangi perutnya. Masalahnya tidak ada CCTV di dalam kamar mandi yang bisa membuktikan Oddie tidak bersalah. CCTV hanya menyorot sampai luar kamar mandi saja, bukan di dalamnya.

Melihat itu, Nathan langsung marah. Meminta seseorang mengangkat Kirana ke mobil sementara dirinya menyeret Oddie dengan paksa. Tujuannya adalah rumah sakit. Dan setelah dokter mengatakan Kirana keguguran, Nathan kembali menyeret Oddie ke rumah tua ini tepatnya di gudang. Lalu apa yang dilakukan Nathan? Tentu saja menghajar Oddie lagi.

"Dean, ampun!" kata Oddie.

Tapi pukulan itu terus mendarat si sekujur tubuhnya.

"Apa kau puas sekarang, ha?" bentak? Nathan dengan menghempaskan ranting kecil yang dia gunakan untuk memukul Oddie.

"Aku tidak melakukan apa-apa!" kata Oddie membela diri.

Tapi Nathan yang sudah dibutakan oleh cintanya pada Kirana sama sekali tidak peduli. Tangan kekar itu bahkan sudah mencekik leher Oddie. Oddie mencoba melawan dengan memukul tangan Nathan, ingin sekali mengatakan 'kau bisa membunuhku dan anakku' tapi cengkraman itu semakin kuat. Jangankan bicara, bernafas pun Oddie sudah kesusahan.

"Die, apa kau tahu. Kau baru saja membunuh anakku," kata Nathan tanpa melonggarkan cekikan di leher Oddie.

Oddie yang dicekik tidak bisa melakukan apapun selain menikmati rasa sakit itu. Barulah saat Oddie mulai lemas karena kehabisan nafas dan pukulannya melemah, saat itulah Nathan melepaskan cengkeraman tangannya.

"Aku sangat membencimu, Die!" kata Nathan dengan membanting pintu gudang dan mengurung Oddie yang terkulai lemas di dalam.

...***...

Terpopuler

Comments

Nur Ain

Nur Ain

benci kenapa simpan lg

2023-01-10

0

Nur Ain

Nur Ain

jantan bodo

2023-01-10

0

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

lma2 gue sbel sm s odie yg oon knp msih az ga kbur az udah mndingn d matiin az tuh peran nya prcuma hidup jg da guna

2023-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!