Mengandung Anak Untuk Tuan Rayden
Terdengar gelagak tawa pecah di dalam satu kamar hotel. Terlihat seorang gadis muda berdiri di tengah-tengah kelompok preman dan satu pria tua duduk di sofa. Tepat di depannya ada setumpuk uang senilai 100 juta.
Gadis itu berkeringat dingin mendengar tawa pria tua itu, tapi dia harus berani datang untuk meminjam uang pada Bos Rentenir gila yang selalu mencari cara untuk menikahinya.
"Jadi kau datang kemari cuma ingin meminjam uang?" ujar Bos Rentenir dengan seringai tipis melihat kemolekan tubuh bahenol gadis itu.
"A-aku sangat membutuhkan uang itu untuk melanjutkan pengobatan adikku, Om," jawabnya jelas.
Bos itu pun meninggalkan kursinya, melangkah maju.
"Boleh saja, asalkan kau-" Dengan nakal, Bos Rentenir menyentuh dagu Arum. Gadis itu berdiri ketakutan saat tangan kasar itu pindah ke bahunya kemudian dielus lembut membuat bulu kuduknya berdiri.
"Asalkan apa, Om?" tanya Arum mundur selangkah.
Bos itu sontak memegang lengan Arum, mendekatinya lebih dekat.
"Asal kau mau jadi istri ke empat ku, manis."
Arum tercengang diberi syarat itu, dia menepis keras tangan Bos Rentenir kemudian mengepal tinju.
"Maaf Om, aku datang meminjam uang bukan jadi istri ke empat mu!" tegas Arum menolak.
Bos Rentenir marah ditolak, dia memberi kode pada premannya untuk menangkap Arum agar dapat menikah siri dengannya. Bos Rentenir sudah lama ingin menikahi Arum, penasaran bagaimana rasa mencicipi gadis perawan itu.
Namun Arum dengan gesit menghindar tapi kedua tangannya berhasil dicekal.
"Achhh... jangan menyentuhku, Om!" Arum meronta, tidak suka kelakuan paksa mereka.
"Nona manis, tidak ada yang akan mendengarkan mu. Kamar ini akan jadi saksi percintaan kita," ucap Bos Rentenir mencengkram rahang Arum.
"Cuih, aku tidak mau dengan kakek tua sepertimu!" ludah Arum segera menggigit tangan Bos Rentenir kemudian kabur.
"Bajinggan! Tangkap dia, beri pelajaran setimpal sudah meludahi wajahku!" murka Bos Rentenir memerintah. Preman itu tanpa berpikir lagi segera mengejar Arum.
Detak jantung Arum berpacu kencang di lorong yang hanya dipancarkan cahaya redup dari lampu kecil. Keringatnya bercucuran turun membasahi keningnya, dia berlari penuh menyusuri lorong-lorong hotel yang ada di hadapannya. Arum Marchelya nama gadis itu yang tengah dikejar oleh kelompok Preman.
Kedua kakinya sudah lelah, tapi tujuh Preman yang mengejarnya semakin dekat membuatnya bingung dan takut kemana lagi dia harus meloloskan diri. Jika sampai berhasil tertangkap, maka Arum akan digilir bergantian oleh mereka dan mungkin saja akan dibunuh secara brutal.
Ke-kemana lagi aku harus pergi?
Arum berhenti, dia semakin ketakutan melihat ada dua sisi jalan di hadapannya yang nampak gelap gulita dan mencekam. Apabila salah memilih jalan, maka kematian yang akan menimpanya.
"Kamelia... apa yang harus aku lakukan?"
"Tak seharusnya aku menemui Rentenir itu untuk meminjam uang,"
"Tapi jika aku tak mendapatkan uang, Kamelia pasti tidak akan tertolong,"
"Aku tidak mau kehilangannya."
Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Arum memilih jalan kiri lalu kembali berlari ketika suara tujuh Preman berotot besar dan tinggi meneriakinya.
"Hai ja lang brengseek, berhenti kau!"
Mereka dengan lantang berteriak, hingga Arum terkaget-kaget mendengarnya. Nafas Arum sudah tidak terkontrol berlari sana sini dan akhirnya jatuh ke lantai saat kedua kakinya tidak sengaja tersandung. Seketika tujuh Preman itu terbahak-bahak di belakang Arum sehingga tubuhnya bertambah menggigil ketakutan.
"Astaga, apa hari ini aku akan sungguh mati?"
Aaaaaaaa...
Arum menjerit kesakitan saat rambutnya ditarik paksa oleh mereka. Tawa mereka pecah dan menjadi-jadi sudah berhasil menangkap gadis incaran yang cantik jelita itu. Senyum mereka melengkung lebar dan sangat menakutkan, seakan tidak sabar untuk menggilir tubuh sexy Arum secara bergantian malam ini.
"Hai, bermainlah dengan kami."
Mereka melirik nakal tubuh Arum, dari ujung kaki, betis, paha, perut, dada, hingga ujung kepala membuat Arum merinding luar biasa. Arum pun memberontak ingin lepas dari cengkraman mereka.
"Cuih, aku lebih baik melompat dari gedung ini daripada melayani bi rahi kalian semua!" lawan Arum meludahi salah satu tujuh Preman.
Plaaak!!!
Arum jatuh tersungkur ke lantai setelah menerima tamparan keras itu. Pipinya pun memerah sebelah.
"Kurang ajar, kau gadis sialan! Kemari, akan kami gilir kau sampai mampuus."
Mereka menyeret Arum, bahkan mereka tidak peduli jeritan gadis itu. Arum mulai lemas, hingga tak sanggup lagi melawan. Lantas bagaimana jika dia berhasil digilir? Mungkin hanya sekali melayani Preman itu, Arum sudah kehilangan nyawanya.
"Hikss… lepaskan aku, Om."
Jalan satu-satunya harapan, dia harus pura-pura menangis. Tetapi mereka malah semakin kasar menyeret Arum ke salah satu kamar hotel yang telah disediakan untuk permainan brutal mereka.
Pandangan Arum mulai menghitam, bahkan tidak lagi mengenali siapa yang menyeretnya. Apa tidak ada seseorang di hotel ini? Tentu tidak ada kecuali mereka, karena hotel kumuh ini sangat jarang ditempati, hanya sebagian pela..cur dan LG--BT yang menggunakan hotel ini untuk memuaskan bira hi mereka.
"Berdiri! Ayo cepat berdiri!" pinta salah satu Preman.
Arum mendongak dengan tatapan kosong. Tangan kanannya sudah mengepal dari tadi.
"Hei, jangan pura-pura tuli, berdiri!" bentak yang lainnya. Tetapi Arum diam, tenaganya sudah hampir habis untuk menuruti mereka.
"Cih, bede bah! Masuklah ke sana!" geram mereka menghempaskan tubuh Arum ke ranjang dengan biadab.
"To...tolong biarkan aku bebas, Om. Aku harus ke rumah sakit melihat adikku, tolong lepaskan aku," lirih Arum perlahan mundur hingga mentok ke belakang. Dari ujung kaki dan kepalanya, gadis itu menggigil hebat melihat tujuh preman itu mulai membuka baju ingin bersama-sama memperko sanya.
Satu preman tua dan mesum naik perlahan ke ranjang ingin mencicipi pelayanan gadis perawan itu. Namun Arum pun yang ketakutan segera melayangkan tendangan sekuat tenaga ke arah wajah preman itu.
"Achhh.... menyingkirkan setan! Sudah aku bilang, biarkan aku bebas!"
Duaaak!
Enam preman melompat kaget melihat temannya ditendang dengan kurang ajar. Arum mengambil kesempatan saat mereka sedang lengah.
"Hei, jangan kabur kau gadis ja lang!" Mereka murka dan lagi-lagi meloloskan Arum. Namun tidak sangka, satu preman berhasil mencekal satu tangannya kemudian mendorong kasar tubuh Arum ke tembok. Alhasil, gadis itu jatuh tidak berdaya menerima hantaman keras itu. Seluruh tulang di dalam tubuhnya serasa terpatah-patah.
'Sialan, mereka sangat kuat!' decak Arum dalam hati.
Mereka tertawa puas melihat Arum tumbang juga di depan mereka. Tapi Arum kembali berdiri dan sedikit sempoyongan. Ia pun diam-diam dan dengan ancang-ancang mencakar habis-habisan wajah preman yang mencengkram lengan kirinya sekarang.
Aaaaaaa….
Arum semakin mencakar bergantian dan brutal wajah mereka, ia memberontak hebat dan kembali kabur. Namun kali ini, ia tak bisa berlari lagi. Arum sempoyongan berjalan, dan tiba-tiba saja seseorang dari arah samping menariknya masuk ke dalam salah satu kamar kosong yang gelap. Orang itu mengunci pintu dan menutup kasar mulut Arum.
..........
.........
..........
.........
...Terima kasih kalian berkenan mampir ke cerita adikku, semoga kalian terhibur💕tinggalkan like coment and vote....
..."Maaf apabila bahasanya belum rapih"...
...Mampir sini juga ya😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sri Utami
aQ mampir KK..😊
2023-01-09
0
Muawanah
aku mampir nieh kak 😊
baru bc lgsg senam jantung 😁😁😁🤭
2023-01-06
1
Pipit Sopiah
aku mampir di ceritamu thor
2022-12-24
0