"Pleass, jangan mendekat! Jangan mendekat kemari!" Arum memekik ketakutan saat Rayden yang hanya memakai jubah mandi itu perlahan naik ke ranjang.
"Baby, kau jahat sekali. Aku telah memberimu uang 100 juta untuk membiayai adikmu, dan sekarang kau tidak mau menurut?" ucapnya dengan suara kesal mendekati Arum.
"Di dalam kesepakatan kita, aku hanya perlu melahirkan satu anak! Aku tidaklah jahat, andalah yang jahat, Tuan!"
Rayden terkejut melihat keberanian Arum yang membentaknya dan ini membuat amarahnya mendidih di pagi ini. Seketika itupun, kaki kanan panjang gadis itu ia raih dan tarik dengan paksa. Arum memekik kesakitan.
'Accchhh....' Arum berhasil direntangkan bebas di atas ranjang itu dan dengan cepat kedua tangannya ditarik ke atas kepala. Sehingga, Arum tidak dapat bergerak sama sekali. Ia menelan ludah setelah dua tangannya diikat oleh ikat pinggang Rayden. Detak jantung Arum terpompa kembali, ketika tangan pria itu masuk ke dalam bajunya dan mengelus-elus perutnya dengan lembut, membuat Arum menggeliat geli.
"Tu-tuan, pleaass jangan menyentuh ku lagi," mohon Arum tidak ingin lagi memuaaskan hawa naffsu Rayden.
"Kau melarang ku, sedangkan kau begitu senang disentuh oleh pria lain. Apa kau menyukai pria itu dari pada uang 100 juta yang aku berikan padamu?" kesal Rayden masih tidak terima dengan kedekatan Wira dan Arum.
"Tidak, aku tidak pernah berpikir seperti itu!" bantah Arum. Mulai khawatir karena Rayden mengalihkannya ke Wira.
"Baby, aku sangat kecewa padamu!"
'Aaachhh...' Celananya dilorotkan ke bawah, membuat Arum trauma dengan karyawan yang ingin melecehkannya. Rayden tersenyum tipis melihat CD berwarna pink itu menutupi sarang cintanya. Pria itu pun perlahan mendekati telinga Arum dan satu tangannya mengelus-elus nakal bukit kecil di bawah sana.
"Baby, apa kau tahu, aku sangat tidak suka apabila ada barangku disentuh dan kau harus tahu, tidak ada yang bisa lepas dari ku, satu demi satu akan aku singkirkan," bisik Rayden menggigit telinga Arum.
"Ja-jadi Tuanlah yang telah mencelakai ke tujuh Preman itu?" Arum shock mendengarnya.
"Ya Baby, aku yang sudah memutuskan kabel rem mobilnya, apa kau tidak melihat aku ada di sana juga?" jawab Rayden mengeemut bibir Arum.
'Apa, jadi saat itu Tuan Ray ada di sana? Jika begitu, dari awal Tuan Ray sudah mengawasi ku dan Mas Wira?' batin Arum tidak bisa bicara akibat Rayden dengan liar mengeemut bibirnya.
Rayden perlahan turun ke leher Arum dan berkata : "Tidak akan lama lagi pria itu akan menyusul mereka, Baby."
Deg!
"Tidak, jangan lukai dia, dia dan aku hanya berteman, dia orang baik, jangan anda celakai dia, Tuan." Arum memohon, air matanya sudah menumpuk di pelupuk matanya, hanya saja ia belum menumpahkan itu.
"Hikss ... mohon hentikan semua ini, aku telah hamil, harusnya Tuan tidak lagi menyentuh saya," lirih Arum merasa jijik dengan aksi Rayden. Pria itu tidak peduli dengan rintihan permohonan Arum, ia lebih asik dengan kelakuannya.
"Anda pernah berkata, aku hanya akan memuaskan mu apabila berhasil hamil, itu artinya Tuan jangan paksa aku untuk melayani mu lagi," tambah Arum sedikit terbuncang saat CDnya dibuka perlahan.
Rayden terdiam kemudian tertawa terbahak-bahak, ingatan Arum sangat kuat, bisa-bisanya dia masih ingat ucapannya sebulan lalu. Baginya, Arum sangat lucu.
"Hahaahaha... memang aku pernah berkata begitu, tapi aku tidak pernah berkata untuk menyuruhmu berhenti melayani ku, Baby."
"Tuan Ray, anda curang! Anda mengambil banyak keuntungan, sedangkan aku mendapat kerugian," decak Arum mulai kesal, sehingga air matanya menghilang.
"Oh rugi? Jadi sekarang kau menyesal?" tanya Rayden menyukai tatapan amarah Arum.
"Cih, menyesal pun tidak ada gunanya sekarang, hidupku telah dirusak oleh mu," cicit Arum memalingkan wajahnya tidak mau menatap Rayden.
"Jika begitu, kau menurutlah, Baby. Aku akan memberimu apa yang kau inginkan kecuali jangan membantah!" ujar Rayden.
Arum masih terdiam, ia mulai stress dengan semua beban pikiran di kepalanya.
"Baby, beraninya kau diam, jawablah!" desak Rayden mencengkeram rahang gadis itu. Arum pun dengan paksa setuju.
"It's okay, aku akan menurut tapi dengan satu syarat," ucap Arum merangkul Rayden hingga pria itu jatuh menghimpit tubuhnya.
"Syarat apa yang kau minta?" tanya Rayden agak terkejut. Arum mengecup bibir Rayden, memohon bak seperti anak kecil menggemaskan.
"Asalkan Tuan mau menjamin keselamatan adikku dan tidak membunuh orang," jawab Arum demi keselamatan Wira. Lagi pula juga ia tidak boleh membiarkan Rayden membunuh orang, ini tidak baik bagi anak yang ia kandung nanti.
Rayden mengepal tangan, ia tahu maksudnya ini.
"Kau meminta agar aku tidak membunuh pria itu, kan? Segitunya kau menyukai orang itu?" kesal Rayden cemburu, ia beranjak duduk di sebelah Arum. Arum menggelengkan kepala lalu duduk dan memeluknya dari belakang. Menyandarkan kepalanya.
"Aku hanya menyukai anda, Tuan."
Dag-dig-dug, serrr! Rayden terlonjat kaget. Kata-kata Arum hampir membuatnya merona, ia pun berbalik pada gadis itu.
"Apa yang kau sukai dari ku, Baby?"
Arum yang ditanya pun diam, ia juga bingung kenapa bicara begitu. Ia pun melihat tubuh kekar Rayden lalu merona habis-habisan. Ia punya jawaban namun ini terdengar menjijikkan.
"Kenapa diam?" tanya Rayden mengangkat dagu Arum. Arum pun menunduk dan memainkan dua jarinya.
"Itu-itu aku menyukai---"
"Kau menyukai tubuh ku?" tebak Rayden mendorongnya jatuh kembali dan menindih gadis nakalnya.
Dengan wajah merona, Arum meraba dada Rayden dan berbisik lembut.
"Aku menyukai tubuh dan goyangan hot anda, Tuan."
Rayden tertawa mendengarnya, entah kenapa dia makin ingin memikat Arum yang sudah menjawab jujur.
"Ck, aku akan menuruti syarat itu," ucap Rayden mengecup bibir Arum. "Bahkan aku akan mencari sumsung tulang belakang untuk adikmu, beby." Arum terkesiap mendengarnya.
"Sungguh?"
"Yess Baby, asalkan kau tidak mendekati pria itu lagi,"
"Baik, baik! Aku tidak akan dekat-dekat dengan siapa pun." Arum mengangguk nurut bagaikan anak kucing. Rayden menepuk-nepuk kepala gadisnya, beranjak berdiri memakai baju. Arum pun akhirnya dapat menghela nafas lega. Namun, tiba-tiba saja seseorang kembali mengetuk pintu rumahnya. Rayden yang hampir selesai pakai celana sedikit terkejut orang itu berteriak dengan lantang.
"Arum! Arum! Buka pintunya!"
"Pak Rentenir?" kaget Arum menatap Rayden. Ia langsung menuju ke Rayden, nampak gadis itu ketakutan.
"Tuan, itu Bos Rentenir yang dulu ingin membunuh ku, apa yang harus kita lakukan?" tanya Arum.
"Keluarlah dan buka pintu untuknya,"
"Ta-tapi, dia akan mencekik ku," ucap Arum gemetar.
"Kau jangan takut, ada aku di sini, Baby," kecup Rayden tidak takut.
"Ba-baiklah, aku ke sana dulu." Arum pun memperbaiki dandanannya dan meninggalkan kamar. Sedangkan Rayden menyeringai dengan menakutkan.
.......
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Devi Handayani
kayak rayden bos mafia yaa thor🤨🤨🤨
2023-01-23
0
Pipit Sopiah
bukannya tangannya di ikat,tp knp bisa meluk ya
2022-12-29
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-12-03
1