Arum membuka pintu, begitu terkejut yang datang bukan cuma Bos Rentenir. Ada lima bawahannya yang ikut. Seperti biasa, tatapan Bos Rentenir selalu memberinya lirikan mesum.
"Maaf, mengapa Om datang kemari? Aku kan tidak punya hutang pada kalian," ucap Arum berdiri di depan mereka, belum memberi izin untuk masuk.
Bos Renter tersenyum dan merayu Arum. "Gadis manis, aku ke sini ingin bicara sesuatu padamu," ucapnya mengedipkan mata ke Arum.
"Maaf, aku sudah pernah menolak usulan bapak, aku tidak minat jadi istri ke empat," tutur Arum terus terang tahu alasan mereka datang.
"Jangan begitulah Arum, aku ini hanya ingin datang mengunjungimu, aku rindu ingin melihatmu," rayunya ingin menarik tubuh Arum, tetapi gadis itu dengan gesit menghindar, membuat Bos Rentenir jengkel.
"Tapi aku tidak merindukan anda maupun mengenal dekat tua bangka seperti kalian semua!" cecar Arum menunjuk mereka. Rayden yang mengintip dari balik pintu tersenyum tipis melihat gadisnya tegas dan mencela mereka.
'Pilihan ku memang tidak salah, tha't good!' batin Rayden lalu melakukan sesuatu entah apa yang dia pegang.
"Arum! Aku ke sini punya niat baik, kau harusnya memikirkan sekali lagi ajakan ku, jika kau menikah dengan ku, hidupmu akan kutanggungkan!" ujar Bos Rentenir kini berhasil mencengkeram lengan Arum. Rayden yang melihatnya berang di dalam kamar, darahnya mendidih tidak rela Arum disentuh.
Plaaak! Arum menggampar tangan itu hingga lepas. Lima Preman yang melihatnya shock dengan keberanian Arum pada Bosnya.
"Gadis sialan! Beraninya kau melukai Bos kami!" kelakar Preman itu.
"Tahan! Jangan kau bentak dia!" balas Bos Rentenir memarahi anak buahnya.
"Sekali lagi aku menolak, anda semua silahkan angkat kaki dari sini!"
Braaak! Arum menutup keras pintu rumahnya. Bos Rentenir geram diabaikan lagi. Padahal ia sudah jauh-jauh hanya ingin melihat Arum.
"Lihat! Ini gara-gara kau, aku jadi diabaikan!" marah Bos Rentenir.
"Ma-maaf, Bos. Dia keterlaluan sekali pada anda, kami jadi tidak bisa diam melihatnya," tunduk Preman itu mengaku salah.
"Bos, masuk saja, mumpung di rumah ini cuma ada gadis itu. Bos bisa melakukan apa saja padanya, biarkan kami yang berjaga-jaga di sini," usul Preman lain. Bos pun menyeringai, ide yang sangat bagus.
Arum dibalik pintu rumah segera berlari ke kamar, ia terkejut setelah masuk, tiba-tiba Rayden menariknya dan menutup pintu kamar.
"Tuan, me-mereka ingin melecehkan ku, lebih baik kita pergi dari sini, mereka ada banyak di luar sana," cemas Arum meminta Rayden pergi.
"Masuklah ke kamar mandi," ucap Rayden menunjuk.
"Tuan, mau ngapain suruh aku masuk ke sana?" tanya Arum menelan ludah.
"Biarkan aku sendiri yang mengurusnya," jawab Rayden memperlihatkan pistolnya. Arum melongo dan membisu. 'Oh my god! Ternyata Tuan Ray punya dua pistol' batin Arum terkejut karena bukan cuma phyton Rayden saja yang ada, tetapi pistol tembakan sungguhan ada juga pada pria itu. 🤣🤣[Otak Arum Dah ngeres Mak]
"Tidak Tuan, jangan menembak mereka, kau jangan membunuh mereka," mohon Arum tidak mau itu terjadi. Tapi karena Bos Rentenir telah mendobrak pintu, Rayden pun memberikan pistol itu ke Arum.
"Kalau begitu, kau yang ambil pistol ini,"
"Tunggu, kenapa kasih ke aku?" Tangan Arum bergetar memegang pistol itu. Baru kali ini dia pegang senjata sungguhan itu, sebelumnya cuma phyton Rayden yang sering dia pegang. 🤭Wkwk
"Bukannya kau yang minta jangan membunuh mereka? Jadi aku berikan itu padamu untuk berjaga-jaga," ucap Rayden tampak siap-siap ingin melawan mereka.
"Kenapa kau memelukku?" tambah Rayden kaget.
"Hikss... Tuan Ray jangan sampai mati," isak Arum ketakutan. Ia tidak mau pria itu mati di rumahnya, apalagi tidak mau nanti anaknya lahir sia-sia.
"Heh, jangan meremehkan ku, mereka secuil debu bagi ku. Sekarang masuklah ke dalam!"
"Ta-tapi---"
"Just take a bath now!"
"Hiks...baik." Arum sebenarnya tidak mau tapi apa boleh buat ia sudah mau pipis di celananya sendiri. Setelah Arum masuk, kini Rayden siap mengeluarkan semua tenaganya untuk berkelahi.
Braaak! Arum! Rentenir itu menendang pintu kamar, seketika itupun seseorang memberinya satu pukul di wajah.
Duaaak!
"Aaachhh..!" Rentenir itu memekik kesakitan dihantam oleh Rayden. Pria tua berumur 40 tahun itu terkejut ada orang lain di kamar Arum.
"Brengseek! Siapa kau, ha! Beraninya kau ada di sini!"
Duaaak! Aaaachh! Arum terguncang mendengar jeritan di kamar itu, apalagi lima Preman di luar rumah langsung melompat kaget melihat Rentenir itu terlempar dari dalam kamar.
"Boosss!" teriak mereka panik melihat pria tua itu babak belur dan tersungkur di lantai. Ia tak sadarkan diri. Sontak, kedua mata mereka melongo setelah Rayden keluar dan tersenyum miris.
"Cih, hanya segitu kehebatan orang yang ditakutkan gadis ku? Hahaha... kalian sangat memalukan," tawa Rayden menghina.
"Kepaaaraat! Kau cari mati ya sama kita!" kelakar mereka menunjuk Rayden.
"Cari mati? Hahaha ... mungkin kalian yang akan mati di sini," tawa Rayden melipat tangannya di dada dan menyombangkan diri. "Kalian tidak ada apa-apanya bagi ku."
"Arggghhh! Ayo kita habisi dia!" Mereka menyerang duluan, dan dengan ancang-ancang mereka membabi buta. Arum kembali terkaget-kaget mendengar banyak pukulan dan jeritan di luar sana. Ia menutup mata dan mulutnya, dan bergetar ketakutan.
Duakkkk! Duaaakk!
Pertarungan di ruang tamu semakin sengit, satu persatu mereka ambruk dengan keahlian Rayden dalam menyerang dan menghindar. Berkali-kali hentakan dan tendangan ia berikan pada mereka, membuat dua di antaranya ambruk menghantam jendela dan meja kaca hingga tak sadarkan diri. Kini tinggal tiga Preman yang masih bertahan.
"Arghhhhh, kau bajingaaan!" pekiknya mengambil kursi dan ingin menghantam ke arah Rayden, dan satu Preman mengeluarkan pisau untuk menikam Rayden dari arah lain.
Rayden pun hampir lengah dan hampir ditusuk. Kini ia sudah cukup bermain-main dengan mereka dan kini dengan amarah, ia melayangankan satu tendengan ke wajah mereka, perut, kaki, tangan, semuanya ia jangkau dengan mudah.
Ketiganya kewalahan, dan akhirnya bersamaan menyerang ke arah yang sama dengan pisau masing-masing di tangan mereka. Berharap Rayden tidak akan berkutik lagi, namun harapan mereka sebaliknya, mereka saling menusuk ketika Rayden menghindar dengan gesit. Gerakannya hampir tidak terbaca sama sekali.
Jleeb! Jleee! Jleeb!
Ketiganya ambruk dengan bersimbah darah. Rayden ngos-ngosan, ini sedikit sulit untuk membereskan tikus-tikus menjengkelkan, tidak seperti ketujuh Preman lalu yang mati bersamaan.
Ruang tamu sangat berantakan, seolah-olah telah dibom nuklir. Membuat Bos Rentenir yang baru sadar langsung melompat terkejut melihat anak buahnya mati mengenaskan.
"Kau! Bedebbah! Beraninya kau membunuh semua anak buah ku!" Murkanya langsung mengeluarkan pistol ingin menembak jantung Rayden, namun lagi-lagi Rayden dengan gerakan tak dapat terbaca oleh mata, ia langsung menyiku perut Bos Rentenir dan kemudian--
Doaaar!!!
Arum memekik ketakutan di dalam kamar mandi mendengar tembakan keras di luar sana, jantungnya memompa tak beraturan sehingga nafas mulai tersengal-sengal. Arum bangkit lalu menerobos keluar, ia tidak mau diam saja dan membiarkan Rayden mati.
Braaak!
"Tuaaan!" Arum terkejut Rayden berdiri di antara banyak mayat.
"Aaaaaaaaaaaccchhhh!" teriak Arum histeris dan bergetar hebat melihat tangan Rayden memegang pistol milik Bos Rentenir.
"Baby, mengapa kau keluar?" tanya Rayden tersenyum manis.
"Aah kenapa-kenapa kau membunuh mereka!" pekik Arum mundur ketakutan.
"Oh, no. Aku tidak membunuh mereka, tapi mereka lah yang mati sendiri."
"Tidak-tidak, ini aku pasti sedang bermimpi." Arum shock di rumahnya banyak mayat. Rayden segera memegang erat tangan Arum, tetapi gadis itu memberontak ketakutan.
"Tenanglah, Baby."
Chupp uhhh....
Arum melongo bibirnya dicium oleh Rayden. 'Apa ini? Apa ini caranya dia menenangkanku? Oh lembut sekali, kenapa dia selalu membuat aku nyaman begini' batin Arum tahu tindakan Rayden agar ia berhenti ketakutan. Arum pun mendorong Rayden ketika sekilas beberapa orang berjalan ke arah rumahnya. Rayden yang melihatnya juga terkejut, ia segera membawa Arum kabur dari rumah itu dari belakang.
Dan benar saja, orang itu adalah Bu RT bersama tetangga ingin mengunjungi Arum untuk melihat Kamelia di rumah sakit. Mereka langsung mematung dan seketika berteriak histeris.
"Ach, mayat!"
Tak lama kemudian, rumah Arum pun didatangkan polisi. Semua orang mencari Arum yang hilang dan sontak saja, polisi menyatakan bahwa seseorang telah menculik Arum. Rayden pun menjadi buronan polisi, meski mereka belum tahu wajah dan identitas Rayden. Bu RT pun mulai ketakutan karena masalah di Desanya akhirnya datang akibat Arum.
"Ya Tuhan, siapa yang telah menculik anak itu?"
.......
.......
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Rumah Aman
aduii ini memang gilak..lanjut thor 🤣
2025-02-19
0
Devi Handayani
lanjoott thor😍😍😍
2023-01-23
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2022-12-03
0