Pria yang sedang tidur di sebelah Arum itu, ia perlahan membuka matanya. Jari-jarinya pun tergerak menyapu helai rambut yang menutupi wajah Arum. Terlihat gadis itu sangat pulas terlelap di sampingnya.
"Dia cantik sekali tidur seperti ini."
Rayden pun beranjak duduk dan sedikit terkejut tangan kanannya masih digenggam Arum. Pria itu pun menarik tangan gadisnya kemudian mengecup lembut kulit yang terasa seperti bayi itu. Lembut, halus, putih dan sangat mulus. Selanjutnya meletakkan tangan Arum di atas perut gadis itu.
Setelah puas memandangi wajah ayu Arum, ia pun turun dari ranjang. Kedua kakinya melangkah keluar menuju ruang dapur. Ia mengamati rumah sederhana Arum.
Rayden membuka kaosnya merasa gerah, ia pun bertellanjang dada pagi ini. Entah mau apa lagi pria bermata biru langit itu berjalan ke arah pintu belakang rumah sambil menghubungi seseorang. Gerak-geriknya masih misterius.
"Hoaaam...." Arum yang berada di ranjang menguap panjang, sangat menikmati tidurnya pagi ini.
"Eh, aku hanya sendirian di sini? Kemana Tuan Ray berada? Apa mungkin sudah pergi lagi?" gumam Arum sedih karena lagi-lagi ia merasa ditinggal begitu saja.
'Padahal aku ingin sekali mengobrol, ada banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padanya, soal asal usulnya, alasan dia kenapa mau anakku, terus pekerjaan dia apa, dan aku ingin tanya tentang kematian tujuh Preman waktu itu'
Arum menunduk kecewa. Seperti barang baru yang hanya diperlukan sesaat, lalu di buang setelah jadi bekas. Arum merenung, dia merasa sangat rendah.
"It's okay, Arum! Kau jangan terlalu pikirkan anak yang akan kau berikan padanya, kau harus terima anak itu ditukar dengan uang 100 juta! Ini demi Kamelia!"
Arum menepuk dadanya, harus ikhlas hidupnya rusak demi masa depan adiknya, hanya anak itu yang dia miliki sekarang.
Arum pun berdiri menuju ke kamar mandi, menggosok gigi dan menatap pantulan tubuhnya yang dipenuhi dengan kecupan Rayden. Arum menyentuh beberapa dan terdiam. Menunduk dan matanya berlinang tanpa sadar. Tangan sebelah menepuk dadanya yang mulai kembali aneh.
"Hikss... apa takdir baik tidak bisa aku dapatkan?" isak Arum berhenti gosok gigi.
"Mungkin aku bisa saja hidup lebih baik jika membuang Kamelia, tapi bagaimana pun anak itu punya hubungan darah dengan ku, mana mungkin aku tega membunuhnya, hikss. Aku memang bodoh, tapi tidak sejahat itu."
Arum mengusap kasar air matanya, ia pun memandang kembali pantulan dirinya dan berbicara seolah-olah sedang curhat pada dirinya sendiri.
"Terserah apa yang akan dikatakan orang lain, mau mereka bilang pelaccur, mau sampah, bodoh, idiot, rendahan, murahan, aku tidak peduli."
"Yang penting adikku bisa bernafas dan masih ada harapan melihat dunia ini."
Arrghhhh! Arum menjambak rambutnya. Dia makin frustasi berbicara sendirian di dalam kamar mandi. Gadis itu masuk ke bathtub dan duduk menekuk lutut, kemudian menunduk, ia merenung kembali.
Tangis kecilnya itu dapat jelas didengar sampai ke luar kamar, dan justru tangisnya membuat Rayden yang sedang bersandar di balik pintu kamar mandi merasa ada keraguan di hatinya yang tidak dapat dijelaskan.
Arum seketika kaget setelah membuka pintu dan mendapati Rayden yang duduk bertongkat lutut di kursi, terlihat arrogant memandang tubuh Arum yang dibalut hanya selimut tipis. Arum meremas selimutnya, ia berpikir, 'Apa dia--' Arum mengira Rayden ingin dipuaskan lagi.
Gadis itu berjalan saat jari telunjuk Rayden memintanya untuk mendekat. 'Apa tugas saya hanya memuaskan dia?' batin Arum mendekat.
Tidak ada obrolan setelah Arum berdiri di depannya, membuat gadis itu deg-degan sendiri. 'Ke-kenapa dia diam saja? Kenapa tidak langsung mencoba tubuh ku? Apa mungkin harus aku duluan yang menggodanya?' pikir Arum jadi grogi.
Karena Rayden hanya memandanginya, ia pun maju lalu naik ke pangkuan Rayden. Terlihat pria itu agak terkejut dengan tindakan Arum yang menurunkan selimutnya hingga tubuhnya kembali polos. Ini sama seperti kupu-kupu malam yang sedang merayu mangsanya. Step by step Arum meraba six pack Rayden. Tangan itu dengan lihai memberi sensasi tersendiri, tapi dari sentuhan itu, Rayden tahu Arum sedang memaksa dirinya untuk memulai. Ditambah lagi, tangan gadis itu bergetar.
Tap! Arum tersentak, tangannya dipegang sehingga menghentikan aksinya itu.
"Ada apa, Tuan? Apa aku telah melukai mu?" tanya Arum sedikit takut dipandang dengan tajam.
Rayden menaikkan selimut itu dan menutup tubuh polos Arum, kemudian hanya mencium bibir gadis ABGnya. Ciuman yang terasa lebih lembut dari sebelumnya.
"Hari ini kita akan ke rumah sakit," ucap Rayden dan benar saja Arum terkesiap.
"Rumah sakit? Untuk apa kita ke sana?" tanya Arum masih duduk di pangkuan Rayden.
"Kau akan mengetahuinya setelah kita sampai ke sana," jawab Rayden menarik pinggul Arum, membuat gadis itu mendessah kecil tidak sengaja mengenai phyton Rayden.
"Uuhh ... kau benar-benar candu bagi ku, Baby! Hanya gesekan itu kau berhasil membuatnya bangun, tapi sekarang aku harus menahannya," tambah Rayden agak kecewa sambil membelai rambut Arum. Pipi Arum sedikit memerah mendengarnya, ini sangat menggelikan!
"Ka-kalau begitu, aku pakai baju dulu, Tuan Ray silahkan mandi sekarang," ucap Arum sudah tidak enak duduk di pangkuan pria dewasa itu.
"All right, Baby." Rayden kembali mengecup bibir Arum kemudian membiarkan Arum turun dari pangkuannya. Gadis itu berlari ke arah lemari dan mencari pakaian, sedangkan Rayden masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah pakai baju, Arum tidak lupa menyiapkan baju untuk Rayden. Lagi-lagi perasaaan aneh timbul di lubuk hatinya. 'Ah, apa aku sedikit berlebihan menyiapkan semua ini untuknya? Ini seperti aku sedang perhatian dengan--' Arum merona mengira Rayden seperti sosok suami baginya.
"Hahaha, apa sih yang aku pikirkan ini! Aku kan belum menikah, apalagi Tuan Ray cuma menginginkan anak, bukan untuk menikah. Kenapa sih aku membayanginya." Arum geleng-geleng kepala dan menertawai dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja, pintu rumah Arum diketuk. Tawa Arum seketika berubah menjadi panik.
"Astaga, siapa itu?" kaget Arum bergegas keluar dan dengan hati-hati mengintip lewat jendela. Kedua matanya membulat hebat setelah melihat itu adalah--
"Arum, ini aku Wira. Kau ada di dalam?"
'Duh, bagaimana ini? Wira sudah datang, tapi Tuan Rayden kan ada di sini juga, apa yang harus saya lakukan?'
Arum tambah panik dan melirik ke kamarnya, di mana Rayden sedang mandi di sana.
............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Devi Handayani
nahh loohh😔😔😔
2023-01-22
0
Rani Saraswaty
Wiih omahe onok bak e gede eee
2023-01-13
0
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-12-03
0