NovelToon NovelToon

Mengandung Anak Untuk Tuan Rayden

1. Diburu Preman

Terdengar gelagak tawa pecah di dalam satu kamar hotel. Terlihat seorang gadis muda berdiri di tengah-tengah kelompok preman dan satu pria tua duduk di sofa. Tepat di depannya ada setumpuk uang senilai 100 juta.

Gadis itu berkeringat dingin mendengar tawa pria tua itu, tapi dia harus berani datang untuk meminjam uang pada Bos Rentenir gila yang selalu mencari cara untuk menikahinya.

"Jadi kau datang kemari cuma ingin meminjam uang?" ujar Bos Rentenir dengan seringai tipis melihat kemolekan tubuh bahenol gadis itu.

"A-aku sangat membutuhkan uang itu untuk melanjutkan pengobatan adikku, Om," jawabnya jelas.

Bos itu pun meninggalkan kursinya, melangkah maju.

"Boleh saja, asalkan kau-" Dengan nakal, Bos Rentenir menyentuh dagu Arum. Gadis itu berdiri ketakutan saat tangan kasar itu pindah ke bahunya kemudian dielus lembut membuat bulu kuduknya berdiri.

"Asalkan apa, Om?" tanya Arum mundur selangkah.

Bos itu sontak memegang lengan Arum, mendekatinya lebih dekat.

"Asal kau mau jadi istri ke empat ku, manis."

Arum tercengang diberi syarat itu, dia menepis keras tangan Bos Rentenir kemudian mengepal tinju.

"Maaf Om, aku datang meminjam uang bukan jadi istri ke empat mu!" tegas Arum menolak.

Bos Rentenir marah ditolak, dia memberi kode pada premannya untuk menangkap Arum agar dapat menikah siri dengannya. Bos Rentenir sudah lama ingin menikahi Arum, penasaran bagaimana rasa mencicipi gadis perawan itu.

Namun Arum dengan gesit menghindar tapi kedua tangannya berhasil dicekal.

"Achhh... jangan menyentuhku, Om!" Arum meronta, tidak suka kelakuan paksa mereka.

"Nona manis, tidak ada yang akan mendengarkan mu. Kamar ini akan jadi saksi percintaan kita," ucap Bos Rentenir mencengkram rahang Arum.

"Cuih, aku tidak mau dengan kakek tua sepertimu!" ludah Arum segera menggigit tangan Bos Rentenir kemudian kabur.

"Bajinggan! Tangkap dia, beri pelajaran setimpal sudah meludahi wajahku!" murka Bos Rentenir memerintah. Preman itu tanpa berpikir lagi segera mengejar Arum.

Detak jantung Arum berpacu kencang di lorong yang hanya dipancarkan cahaya redup dari lampu kecil. Keringatnya bercucuran turun membasahi keningnya, dia berlari penuh menyusuri lorong-lorong hotel yang ada di hadapannya. Arum Marchelya nama gadis itu yang tengah dikejar oleh kelompok Preman.

Kedua kakinya sudah lelah, tapi tujuh Preman yang mengejarnya semakin dekat membuatnya bingung dan takut kemana lagi dia harus meloloskan diri. Jika sampai berhasil tertangkap, maka Arum akan digilir bergantian oleh mereka dan mungkin saja akan dibunuh secara brutal.

Ke-kemana lagi aku harus pergi?

Arum berhenti, dia semakin ketakutan melihat ada dua sisi jalan di hadapannya yang nampak gelap gulita dan mencekam. Apabila salah memilih jalan, maka kematian yang akan menimpanya.

"Kamelia... apa yang harus aku lakukan?"

"Tak seharusnya aku menemui Rentenir itu untuk meminjam uang,"

"Tapi jika aku tak mendapatkan uang, Kamelia pasti tidak akan tertolong,"

"Aku tidak mau kehilangannya."

Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Arum memilih jalan kiri lalu kembali berlari ketika suara tujuh Preman berotot besar dan tinggi meneriakinya.

"Hai ja lang brengseek, berhenti kau!"

Mereka dengan lantang berteriak, hingga Arum terkaget-kaget mendengarnya. Nafas Arum sudah tidak terkontrol berlari sana sini dan akhirnya jatuh ke lantai saat kedua kakinya tidak sengaja tersandung. Seketika tujuh Preman itu terbahak-bahak di belakang Arum sehingga tubuhnya bertambah menggigil ketakutan.

"Astaga, apa hari ini aku akan sungguh mati?"

Aaaaaaaa...

Arum menjerit kesakitan saat rambutnya ditarik paksa oleh mereka. Tawa mereka pecah dan menjadi-jadi sudah berhasil menangkap gadis incaran yang cantik jelita itu. Senyum mereka melengkung lebar dan sangat menakutkan, seakan tidak sabar untuk menggilir tubuh sexy Arum secara bergantian malam ini.

"Hai, bermainlah dengan kami."

Mereka melirik nakal tubuh Arum, dari ujung kaki, betis, paha, perut, dada, hingga ujung kepala membuat Arum merinding luar biasa. Arum pun memberontak ingin lepas dari cengkraman mereka.

"Cuih, aku lebih baik melompat dari gedung ini daripada melayani bi rahi kalian semua!" lawan Arum meludahi salah satu tujuh Preman.

Plaaak!!!

Arum jatuh tersungkur ke lantai setelah menerima tamparan keras itu. Pipinya pun memerah sebelah.

"Kurang ajar, kau gadis sialan! Kemari, akan kami gilir kau sampai mampuus."

Mereka menyeret Arum, bahkan mereka tidak peduli jeritan gadis itu. Arum mulai lemas, hingga tak sanggup lagi melawan. Lantas bagaimana jika dia berhasil digilir? Mungkin hanya sekali melayani Preman itu, Arum sudah kehilangan nyawanya.

"Hikss… lepaskan aku, Om."

Jalan satu-satunya harapan, dia harus pura-pura menangis. Tetapi mereka malah semakin kasar menyeret Arum ke salah satu kamar hotel yang telah disediakan untuk permainan brutal mereka.

Pandangan Arum mulai menghitam, bahkan tidak lagi mengenali siapa yang menyeretnya. Apa tidak ada seseorang di hotel ini? Tentu tidak ada kecuali mereka, karena hotel kumuh ini sangat jarang ditempati, hanya sebagian pela..cur dan LG--BT yang menggunakan hotel ini untuk memuaskan bira hi mereka.

"Berdiri! Ayo cepat berdiri!" pinta salah satu Preman.

Arum mendongak dengan tatapan kosong. Tangan kanannya sudah mengepal dari tadi.

"Hei, jangan pura-pura tuli, berdiri!" bentak yang lainnya. Tetapi Arum diam, tenaganya sudah hampir habis untuk menuruti mereka.

"Cih, bede bah! Masuklah ke sana!" geram mereka menghempaskan tubuh Arum ke ranjang dengan biadab.

"To...tolong biarkan aku bebas, Om. Aku harus ke rumah sakit melihat adikku, tolong lepaskan aku," lirih Arum perlahan mundur hingga mentok ke belakang. Dari ujung kaki dan kepalanya, gadis itu menggigil hebat melihat tujuh preman itu mulai membuka baju ingin bersama-sama memperko sanya.

Satu preman tua dan mesum naik perlahan ke ranjang ingin mencicipi pelayanan gadis perawan itu. Namun Arum pun yang ketakutan segera melayangkan tendangan sekuat tenaga ke arah wajah preman itu.

"Achhh.... menyingkirkan setan! Sudah aku bilang, biarkan aku bebas!"

Duaaak!

Enam preman melompat kaget melihat temannya ditendang dengan kurang ajar. Arum mengambil kesempatan saat mereka sedang lengah.

"Hei, jangan kabur kau gadis ja lang!" Mereka murka dan lagi-lagi meloloskan Arum. Namun tidak sangka, satu preman berhasil mencekal satu tangannya kemudian mendorong kasar tubuh Arum ke tembok. Alhasil, gadis itu jatuh tidak berdaya menerima hantaman keras itu. Seluruh tulang di dalam tubuhnya serasa terpatah-patah.

'Sialan, mereka sangat kuat!' decak Arum dalam hati.

Mereka tertawa puas melihat Arum tumbang juga di depan mereka. Tapi Arum kembali berdiri dan sedikit sempoyongan. Ia pun diam-diam dan dengan ancang-ancang mencakar habis-habisan wajah preman yang mencengkram lengan kirinya sekarang.

Aaaaaaa….

Arum semakin mencakar bergantian dan brutal wajah mereka, ia memberontak hebat dan kembali kabur. Namun kali ini, ia tak bisa berlari lagi. Arum sempoyongan berjalan, dan tiba-tiba saja seseorang dari arah samping menariknya masuk ke dalam salah satu kamar kosong yang gelap. Orang itu mengunci pintu dan menutup kasar mulut Arum.

..........

.........

..........

.........

...Terima kasih kalian berkenan mampir ke cerita adikku, semoga kalian terhibur💕tinggalkan like coment and vote....

..."Maaf apabila bahasanya belum rapih"...

...Mampir sini juga ya😊...

2. Melahirkan Satu Anak

Arum membola baru sadar masuk ke dalam kamar bersama seorang pria misterius yang tidak dikenal sama sekali.

"Sialan, di mana perginya gadis itu?"

"Sepertinya dia ke arah sana!"

"Cepat, kejar dia sebelum keluar dari hotel ini."

Kemarahan mereka perlahan menghilang di luar sana. Kini Arum sedikit lega dan sekarang tak tahu bagaimana lepas dari pria yang memakai masker hitam yang telah menyelamatkan nyawanya sementara ini.

"Sekarang mereka sudah pergi, kau telah aman."

Pria itu melepaskan tangannya dari mulut Arum dan menyalakan saklar di belakang Arum. Pandangan Arum pun mulai perlahan jelas, dia langsung jatuh bersimpuh dan memohon padanya, membuat pria misterius itu terkejut.

"Tuan, tolong aku. Mereka semua ingin memper kosa dan membunuh ku, padahal aku datang meminjam uang 100 juta pada Bos mereka, tapi aku malah ingin digilir oleh mereka. Tolong, Tuan selamatkan aku, selamatkan adikku. Mohon pinjamkan uang 100 juta anda, Tuan."

Arum pun menangis, air matanya berlinang di hadapan pria itu. Tangisnya pecah dan jelas terasa hatinya teriris cukup sakit. Jika saja Bank tidak jauh dari rumahnya, dia tidak akan repot-repot meminjam uang ke Rentenir itu.

"Untuk apa uang sebanyak itu?" Pria itu bertanya.

Arum mendongak dan memohon pilu.

"Aku ingin selamatkan adikku yang sedang kritis, Tuan."

"Berdirilah," ucap Pria itu.

"Tuan, jangan mengusirku. Aku akan melakukan semua keinginan Tuan jika anda mau meminjamkan uang pada ku. Aku bersedia jadi pembantu seumur hidup, Tuan."

"Berdirilah!" titah pria itu serius.

Arum mengepal tangan mengira akan ditolak lagi, tetapi setelah Arum bertatap muka dengan pria itu, tiba-tiba pria itu terpana melihat paras Arum yang cantik jelita, terutama matanya yang indah, serta kulit putih bagaikan bayi.

"Siapa namamu?"

"A-arum, Tuan."

Arum menunduk, sedikit takut dengan tatapan tajam mata biru milik pria itu.

"It's okay, aku akan membantumu, bahkan akan memberimu 100 juta,"

Arum yang menunduk sontak menatapnya, dia amat terkejut.

"Sungguh, Tuan?"

Pria itu membuka masker dan topinya, sontak Arum terkesima melihat pria dewasa itu rupanya adalah pria tampan yang menyamar. Pria itu pun mendekati perlahan wajah Arum, membuat gadis itu gemetar ketakutan.

"Ya, tapi dengan satu syarat."

Arum mundur dua langkah dan kembali bertanya.

"Apa itu, Tuan?"

Pria itu menunjuk perut Arum lalu menyentuh dagu gadis itu.

"Lahirkan anak untuk ku, beby."

Arum menepis tangan pria tinggi itu.

"Maaf Tuan, aku bukan pela cur."

Pria itu mengepal tinju lalu menyambar bibir Arum tanpa izin. Ciuman pertama gadis itu lenyap hari ini.

Kyaaaaa….

"Apa yang kau lakukan!?"

Pria itu tersenyum smirk kemudian mencengkeram rahang Arum dan menatap matanya dalam-dalam.

"Aku telah menyelamatkan hidupmu, dan bersedia ingin membantu adikmu, kau hanya perlu melahirkan satu anak. Setelah kau melahirkan, maka kau bebas pergi kemana saja. Tenang beby, aku akan memberimu cek 1 milyar hanya cuma-cuma."

Arum menelan ludah, pria yang di depannya ternyata lebih bernaf su, bahkan Arum tak tahu mengapa pria gila ini malah ingin anak darinya, padahal bisa kan minta ke wanita yang lebih dewasa darinya? Tetapi karena demi adiknya, Arum terpaksa menyanggupi syarat itu. Dia harus rela jadi budak naf su pria itu.

"Baiklah, aku bersedia Tuan."

Aaaaaa….

Arum menjerit, ditarik dan dihempaskan ke atas ranjang.

"Tuan, apa yang kau ingin lakukan?"

"Lepaskan aku, Tuan."

Arum belum siap untuk disentuh. Dia kembali menangis, takut dengan permainan pria dewasa itu. Dan benar saja, pria itu langsung menyobek baju Arum hingga gadis itu terguncang, di mana tubuh polosnya berhasil ditindih.

"Mari kita lihat seberapa nakal kau memuaskan

aku." Kata pria itu mencu mbu buas bibir merah Arum.

Permainan silat lidah dimulai membuat Arum hanya pasrah pria itu menikmati tubuhnya. Air matanya berlinang dikala tangan kasar pria itu mere mas buah dadanya, dan satunya mere mas tangan Arum.

Desa han terus keluar dari mulut Arum dan pria itu, hingga berhasil memecah keheningan malam di hotel itu. Pria itu membuka semua pakaiannya hingga tubuhnya pun ikut polos seperti Arum. Arum pun merintih sakit dikala phyton milik pria itu berhasil masuk dan merobeknya. Arum meremas selimut dan membalas mencu mbu pria itu saking tak tahan.

Perasaannya kacau hingga menjambak rambut pria itu, antara sakit dan nikmat. Tapi dia tidak dapat berbohong jika pria itu begitu lihai mengisi racun di dalam rahim Arum. Bahkan hampir membuat Arum menggila.

Ahh… oohhh.... stop-stop …. Tuan...

Arum meraung kesakitan merasakan pelepasan pertamanya, pria itu tidak peduli, dia membuang semua benihnya ke dalam rahim gadis cantik itu.

"Ahhh, kau sangat nikmat, beby." Desah Pria itu mencabut phytonnya dan melepaskan Arum sehingga terkulai lemas. Pandangan Arum menghitam lalu pingsan di atas ranjang panas itu. Sedangkan pria itu masih mendaki tubuh Arum dan memberinya tanda kepemilikan.

"Mulai sekarang kau milikku, beby."

Pria itu mencu mbu kembali bibir Arum, benar-benar naffsunya sangat tinggi untuk dipuaskan. Arum yang sudah pingsan saja masih dimainkan. Setelah benar-benar puas, pria itu baru menyelimuti tubuh polos Arum kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya dan memakai pakaian lain, pria itu terkejut melihat bercak darah perawan milik Arum di atas selimut. Dia pun tersenyum jahat lalu keluar meninggalkan Arum sendirian.

..."Kita akan bertemu kembali, beby."...

.......

.......

3. Kau Ingin Menikah?

Cahaya mentari di pagi hari masuk ke celah-celah jendela hotel. Perlahan kedua mata Arum terbuka setelah samar-samar mendengar dentingan jam yang telah menunjukkan pukul 07.12 pagi. Arum spontan membuka  lebar-lebar matanya dan beranjak duduk.

Aaaaaaaahhh….

Arum histeris di dalam kamar hotel melihat kedua melonnya begitu banyak tanda cu pang merah. Arum semakin syok menatap seluruh tubuhnya yang tidak memakai apa-apa, bahkan mahkotanya terlihat habis dibelah.

"Ini aku sudah diapakan?"

Arum terlonjat ada bercak merah di selimut putih itu, bahkan bau keringat menyeruak ke dalam hidungnya. Arum pun menyentuh kepalanya yang berdenyut, mencoba perlahan ingat apa yang terjadi semalam.

"Apa-apa aku sungguh telah diperkaos?

Arum mengambil selimut itu untuk menutupi tubuh polosnya, dia pun bangkit dari ranjang. Namun Arum terjatuh ke lantai, saat intinya mengeluarkan rasa sakit.

Arum pun mengingat dirinya yang bodoh telah bercinta satu malam dengan pria asing. Dia memukul kepalanya lalu sesekali dadanya.

Arum berdiri sambil menahan perih di bagian kedua selang kangannya. Dia masuk ke dalam kamar mandi, menangis kembali di bawah guyuran air shower.

"A-aku tidak suci lagi, kenapa kau terlalu bodoh! Kenapa kau mudah terbuai dengan ucapan pria semalam! Kini kau telah dibodohi, dia telah meninggalkanmu. Kau bodoh, Arum!"

Gadis itu jatuh dan terisak makin keras kemudian membilas selimut bercak merah itu sendiri dan merasa putus asa dengan hidupnya. Setelah mandi, Arum kembali syok melihat semua kamar berantakan dengan sobekan dress, BH dan CD-nya ada di mana-mana. Terutama baju dan celana milik pria yang kemarin masih ada.

"Apa kemarin percintaan kami begitu brutal?"

Arum dengan masih tubuh polosnya buru-buru mengambil celana pria itu dan mencari kartu identitasnya, namun sayang sekali tidak ada jejak pria itu tertinggal.

"Ahhh, aku ditipu!" kesal Arum frustasi, dia pun berlari ke arah lemari untuk mencari pakaian baru. Untung saja ada 1 dress hitam.

"Yah, dress-nya kecil banget nih, kalau aku keluar, para lelaki mesum akan melirik paha dan-"

Arum berhenti mengeluh ketika dua matanya fokus ke dua buah dadanya. Arum mengigit bibir bawahnya, dia tampak menikmatinya.

"Dadaku jadi kendor, kalau begini orang-orang pasti akan melirik dan berpikir jelek tentang ku. Sepertinya aku perlu syall untuk menutupinya."

Arum mengambil satu syall yang tergantung di dekat pintu, dia menggunakan syall itu sebagai tudung kepala. Setelah bersiap, dia membuka sedikit pintu hotel lalu mengintip ke luar. Seperti biasa, hotel itu sepi.

"Bagus, sepertinya masih belum ada orang yang keluar dari hotel ini, aku harus buru-buru meninggalkan hotel ini."

Arum menerobos keluar meninggalkan kamar hotel yang berantakan.

Dua jam berlalu, Arum tiba juga di sebuah rumah sakit. Ia berjalan sedikit pincang akibat miliknya masih perih gara-gara ulah dari ular phyton pria itu. Arum sedikit merona jika mengingat dirinya yang polos ikut menikmati percintaan semalam. Apalagi ular pria itu samat gede.

"Tidak-tidak, aku tidak boleh berpikir kotor lagi. Sekarang Kamelia yang perlu dipikirkan, aku harus cepat mengetahui bagaimana nasib adikku  itu."

Arum pun masuk ke dalam rumah sakit, sambil menutup sedikit wajah cantiknya agar tak ada yang mengenalinya. Ia pun tanpa waktu lama telah sampai ke ruangan Kamelia. Dokter tampak telah lama menunggunya.

"Arum,"

"Dok, bagaimana kondisi adikku?" Arum berdiri di sebelah gadis kecil yang terbaring di sebelahnya.

"Apa adikku masih bisa berobat di sini, Dok?" Arum kembali bertanya. Adiknya terlihat lemah dan membuatnya tak bisa menahan air matanya.

"Masih bisa,"

"Benarkah, Dok?" tanya Arum seakan tidak percaya tiba-tiba pengobatan adiknya masih bisa berlanjut.

"Tentu, seseorang telah membayar biaya pengobatan adikmu selama lima bulan, jadi kau masih ada waktu untuk bekerja dan menabung untuk biaya kelanjutannya setelah masa pengobatan lima bulannya berakhir."

Arum terisak lalu menutup wajahnya. Pria itu tidak menipunya, kini dia harus mengandung dan melahirkan anak untuk pria itu.

"Arum, mengapa kau menangis? Harusnya kau senang," kata Dokter wanita itu heran.

"Aku sangat senang, Dok."

"Tapi kau baik-baik saja, kan?" tanya Dokter itu lagi.

"Aku baik-baik saja, Dok. Aku cukup baik hari ini."

Arum tersenyum ke Dokter, walau terlihat manis tapi aslinya Arum harus menerima kepahitan di masa depan nanti.

"Ya sudah, aku keluar dulu," pamit Dokter berbalik pergi. Tiba-tiba Arum menahan cepat lengan Dokter.

"Ada apa menahan ku, Arum?"

"Do-dok, itu apakah melahirkan rasanya sakit?" tanya Arum deg-degan.

"Eh, kau ingin menikah?"

Arum terkejut lalu menunduk.

"Tidak Dok, itu teman aku yang tanya," ucap Arum gemetar, takut akan jawaban Dokter.

"Sakitnya melahirkan melebihi sakitnya mengandung, tapi jika kau jaga baik-baik tubuhmu, kau tidak perlu takut. Katakan pada temanmu, tidak usah khawatir,"

"Baik, Dokter."

Dokter pun pergi meninggalkan Arum yang menggigil ketakutan membayangkan proses hamil maupun melahirkan.

Setelah menemani adiknya, Arum mengecup kening adiknya yang belum kunjung sadar itu. Gadis itu keluar untuk pulang ke rumah, dia berniat mengganti dress mininya itu. Namun rupanya, saat membuka pintu rumah, Arum terkejut pintu tidak terkunci.

"Apa semalam aku lupa menguncinya?"

Arum pun masuk dan mengabaikan firasat buruknya. Dia masuk ke kamar, dan begitu terkejutnya pria yang bercinta dengan semalam ada di atas ranjangnya sedang duduk memandang nakal tubuhnya. Sontak Arum berbalik ingin pergi, namun lelaki itu dengan cepat menahan dan menghimpit tubuhnya ke tembok. Raut wajah Arum mulai tegang, ditambah seluruh tubuhnya bergetar setelah pria itu mengunci tangannya ke atas.

"Aku telah lama menunggu mu, beby." Dengan lembut, pria itu lagi dan lagi mencu mbunya.

...........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!