Sebulan berlalu, Arum semakin dekat dengan Wira. Sosok pria itu sangat baik dan humoris pada Arum. Berkali-kali Wira memberinya tumpangan gratis dan mentraktirnya makanan. Bahkan memberi perhatian lebih untuknya, seperti yang sekarang Wira berikan, ia sesekali membelai rambut Arum dan mengelus-elus pipi Arum.
Terlihat keduanya pagi ini berdiri di depan pabrik. Teman-teman Wira pun sesekali heboh dan menyoraki mereka.
"Cieee makin lengket saja nih kalian, sudah jadian ya kau sama Arum?" tanya salah satu temannya sambil merangkul sebelah bahu Wira.
"Apaan sih, kita cuma temenan doang," kilah Wira memukul sedikit perut temannya itu.
"Yaelah, masa temenan pakai elus-elus pipi segala. Romantis banget tuh kalau cuma temenan, oh jangan-jangan kalian berdua lagi pacaran sembunyi-sembunyi ya?" sahut yang lainnya.
"Hayo loh ngaku, jangan ngeles terus," canda mereka sambil mengetok gemas kepala Wira.
"Kalian ini apa-apaan sih, aku dan Arum beda jauh umurnya, seperti ponakan dan omnya tau, kalian sudah deh jangan berisik pagi-pagi begini," risih Wira menepis tangan temannya.
"Huuu payah, masa soal umur saja kau jadikan alasan, pasti Arum tidak keberatan punya suami om-om sepertimu, dia pasti tidak nyesel memilih lelaki tampan," ucap mereka memandangi Arum yang menunduk dari tadi.
"Kalian berisik, pergi kerja sana!" usir Wira.
"Huuu... kau tidak asik, Wir!" Teman-teman Wira pun pergi masuk ke dalam pabrik meninggalkan Wira dan Arum.
"Maaf ya atas ucapan teman-teman ku, kau tidak apa-apa kan, Arum?" tanya Wira menyentuh bahu Arum.
Arum menatapnya dan tersenyum.
"Tidak apa-apa, Mas,"
"Kalau begitu aku duluan masuk ya," pamit Wira tidak lupa tersenyum pada Arum.
Arum hanya memberi anggukan lalu menunduk dan menyentuh kepalanya yang berdenyut.
"Ah ini saya terlalu banyak pikiran mungkin," gumam Arum menggelengkan kepala dan kemudian masuk memulai tugasnya.
Saat memakai baju kerjanya, tiba-tiba penglihatan Arum menjadi buram. Hampir terjatuh, ia merasa kepalanya pusing dan semua di depannya berputar-putar bagaikan gasing.
"Hei kau kenapa, Arum?" panik teman kerjanya memapah Arum.
"Aku agak pusing," jawab Arum mencoba memperbaiki berdirinya.
Teman Arum menghembus nafas ringan melihat Arum sedang memaksakan diri.
"Harusnya kalau kau tidak enak badan, istirahat saja di rumah, ambil cuti beberapa hari." Walau sudah dinasehati, Arum malah menggelengkan kepala.
"Ini cuma pusing sebentar saja, nanti juga pusing ku hilang," ucap Arum tersenyum.
Temannya pun membiarkan Arum bekerja. 'Dia rajin sekali dan pekerja keras, tidak mudah goyah walau sedang sakit' batin temannya ikut bekerja.
Selang beberapa jam, Arum dan temannya pun dapat istirahat.
"Nih, makan roti dulu buat ngeganjel perut, nanti setelah Bibi nyiapin makan siang, kita langsung ke sana," ucap temannya menyodorkan sepotong roti.
"Terima kasih," balas Arum mengambilnya. Saat roti itu ingin digigit, tiba-tiba saja Arum terlihat aneh. Temannya pun bingung dan sedikit cemas, padahal gigitan pertama Arum terlihat baik-baik saja, tetapi gigitan kedua gadis itu terdiam.
"Kau pusing lagi, Arum?" tanya temannya.
Arum meletakkan rotinya ke piring dan kemudian berdiri. Perasaannya tidak enak sekali, seolah-olah ada yang mengganjal. Gadis itu berlari keluar meninggalkan temannya.
"Arum!" panggil Wira masuk ke ruangan mereka.
"Eh kenapa kau hanya sendirian? Di mana Arum?" tanya Wira pada teman Arum.
"Tadi keluar, Mas. Sepertinya Arum lagi sakit perut jadi lari ke toilet," jawab temannya menunjuk keluar.
"Sakit? Dia dari tadi sakit atau barusan?" kaget Wira menyentuh kedua bahu teman Arum.
"Sebenarnya tadi pagi dia sudah pusing, dan sekarang dia mungkin lagi sakit maag!" jelasnya pada Wira.
"Yaudah, kau duluan makan siang, biar saya nyusul Arum." Wira pun mengejar Arum, sedangkan temannya keluar untuk makan siang.
Setibanya di toilet, Wira membuka satu persatu pintu toilet sambil memanggil Arum, tetapi suara besarnya itu masih tidak disahut juga.
"Arum, kau ada di mana?!"
Kreeeek!
"Aruuum!" Wira berhasil menemukan Arum yang duduk bersandar di dinding toilet, tampak gadis itu ingin pingsan. Wira pun bergegas masuk dan menyadarkan Arum.
"Kau kenapa bisa begini, Arum? Perutmu sakit banget ya?" panik Wira menyapu helai rambut yang menutupi sebelah wajah cantik Arum. Wira makin shock, gadis itu mulai pucat dan tidak bisa menjawabnya.
"Ini sudah parah, kau harus dibawa ke rumah sakit." Wira mengangkat tubuh Arum kemudian secepatnya keluar. Sebagian karyawan yang baru saja habis makan siang langsung terlonjat kaget melihat Wira membawa Arum.
"Apa yang sudah terjadi padanya, Wira?" tanya teman Wira yang juga ada di sana.
"Bro, kau ntar lapor ke Bos ... saya izin hari ini, Arum lagi sakit maag, dia harus dirawat beberapa hari ini di rumah sakit," jawab Wira melewati karyawan lainnya.
"Astaga, dia pasti sudah menahannya dari tadi," sahut teman Arum baru saja keluar dan melihat Arum terlihat setengah sadar.
Seketika mereka histeris, Arum tak sadarkan diri.
"Yaudah, kau hati-hati Wira! Sepertinya di luar bakal hujan, kau jangan ngebut ya!" teriak temannya takut jalan yang mereka lalui akan licin dan benar saja, hujan mengguyur lebat jalanan sekarang. Wira pun makin panik dan khawatir dengan Arum yang bersandar di belakangnya.
"Sial, rumah sakit masih jauh, kalau begini aku bisa ikutan sakit juga. Ah, benar saja, aku harus membawanya ke rumah sebentar!"
Wira membelok ke kiri menuju ke arah rumahnya dan menerjang hujan di depannya. Tangannya sebelah sesekali menahan tubuh Arum yang ingin jatuh.
Hanya beberapa menit saja, Wira telah sampai ke rumahnya. Ia cepat-cepat membawa Arum ke dalam rumahnya.
Tap tap tap
Wira meletakkan tubuh Arum ke atas ranjangnya. Dua matanya langsung terpana memandangi tubuh Arum yang sexy. Pakaian basah Arum melekat kencang tubuh Arum sehingga memperlihatkan buah dada yang menonjol indah ke atas dan bagian mahkota Arum yang empuk.
Jantung Wira berdetak kencang dan mulai bergairah ingin menyentuh dada Arum. Dengan perlahan, Wira naik ke ranjang dan mendekatkan wajahnya ke Arum. Hembusan nafas Arum terasa menggelitik nafsunya. Bibir merah Arum yang ranum mulai menjadi sasarannya. Mulutnya mulai mendekati bibir Arum dan sebelah tangan Wira telah mendarat ke dada gadis cantik itu.
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Watik Yd
hamidun ya Arum,jgn ksih harapan ke Wira dong arum kasian dia
2023-01-03
0
Sumawita
Arumi hamil
2022-12-03
1
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-12-03
0