Setelah rumah Rayden itu hangus tanpa sisa, beberapa Gangster yang datang ingin mengepungnya menjadi murka. Pasalnya mereka telah berhasil melacak keberadaan buronan mereka yang tidak lain adalah Rayden yang beberapa hari lalu telah berhasil menghabisi ketua mereka setelah penyelundupan Narrkoba dan senjata api ilegal. Serta hal lainnya lagi.
Karena tidak ada jejak tertinggal, mereka kembali ke markas dan melaporkan pada ketua baru mereka. Mana mungkin mereka memaafkan Rayden yang telah membumi hanguskan gudang Narrkoba dan senjata mereka yang telah jauh-jauh membelinya di pertemuan para pembisnis gelap, terutama belum terima kematian Bos mereka.
Doaaar! Doaar! Dua tembakan melubangi dada seorang pria berjas hitam, ia jatuh mati mengenaskan dan bersimpah darah. Seseorang berdiri di dekatnya dan menginjak dada mayat itu. Ia kesal pada anak buahnya yang lagi-lagi gagal menangkap pelaku pembunuhan Bos lamanya.
"Kalian semua tidak becus! Hanya satu orang saja kalian tidak bisa menangkapnya! Apa kalian semua ingin bernasib sama dengannya, ha?" bentaknya menodongkan pistol ke arah anak buahnya yang lain.
"Maa-maaf Bos, orang ini terlalu sulit, ia menghancurkan rumahnya sendiri dan berhasil kabur lagi. Kami minta maaf telah gagal melacaknya lagi," ucap mereka menggigil di tempat.
"Cih! Kalian mengecewakan sekali! Saya telah memberi kalian kebebasan, harta, dan kenikmatan di dunia ini, tapi apa ini cara kerja kalian?"
"Ma-maaf Bos, kami akan berusaha kembali." Mereka jatuh bersimpuh di depan pria itu. Mereka ketakutan akan jatuh miskin bila sampai mereka berhenti bekerja padanya.
"Cih, saya maafkan kalian, tapi jika malam ini kalian tidak menemukan mereka, kalian semua akan menjadi santapan buaya!"
"Ka-kami-kami akan segera menemukannya, Bos!" Mereka bersujud memohon kesempatan. Selain itu, mereka takut dengan reptil raksasa yang buas itu.
"Sana pergi dari hadapan saya!" titahnya mengusir mereka. Mereka bangkit berdiri dan dengan cepat berlari keluar untuk mencari Rayden lagi.
Pria itu pun duduk di sofa empuknya lalu memopang dagu.
"Dia bukan sembarangan orang, dia memiliki banyak koneksi hingga tidak mudah menangkapnya. Saya yakin, dia telah lama berada di negara ini hanya untuk memporak-porandakan para Gangster." Pria itu ternyata belum pernah melihat wajah asli Rayden.
.
.
Arum tengah duduk di dekat Jendela dan hanya memakai selimut sore ini. Seperti biasa, ia baru saja selesai melayani Rayden. Walau begitu, Arum sedikit lega pada Rayden yang tidak terlalu memaksanya. Hanya beberapa menit saja, percintaan mereka selesai dengan cepat.
Arum memandang keluar sambil memeluk buku Novel, ia tampak lebih serius mengamati Rayden bersama Dokter Pria di luar sana dari pada membaca buku itu. Terlihat pakaian Dokter dibakar oleh Rayden. Mungkin, agar Dokter itu tidak dikejar oleh musuhnya juga.
Sesekali Dokter menunjuk ke arahnya, membuat rasa penasaran Arum makin tinggi, ia ingin tahu apa isi obrolan mereka. Cepat-cepat Arum berdiri memakai baju dan celananya setelah Rayden ingin masuk ke Villa itu. Villa milik Rayden yang sudah lama tidak ditempati.
"Tuan,"
Rayden yang sedang di dalam dapur ingin minum, ia menoleh saat Arum keluar dari kamar.
"Ada apa kau keluar, Baby?"
"Itu, apa yang akan Tuan lakukan selanjutnya?" tanya Arum duduk di atas meja dan memperlihatkan dua pahanya yang mulus. Rayden meneguk air minum lalu setelah itu menghampirinya. Kedua tangannya ia letakkan di dua sisi Arum lalu memajukan tubuhnya mendekati wajah gadis itu.
"Kau ingin tahu?"
"Iya, Tuan. Kalau anda tidak ada keperluan, bisakah kita menjenguk adikku dulu?" mohon Arum menunduk, tidak tahan ditatap oleh Rayden.
"Tidak bisa," tolak Rayden langsung.
"Kenapa, Tuan?" tanya Arum.
"Kau sedang mengandung anak, mereka di luar sana sedang mencari ku, jika mereka menemukan ku bersamamu, maka keselamatan hidup adikmu juga akan dalam bahaya," jawab Rayden yang juga khawatir dengan anak di dalam perut Arum.
Arum berpikir sejenak, apa yang dikatakan Rayden memang ada benarnya. Sibuk berpikir, membuatnya tak sadar jika Rayden sedang membuatkan sesuatu untuknya.
Gadis itu pun turun dan berdiri di dekat Rayden.
"Apa yang Tuan lakukan?" Sambil melirik tangan Rayden yang asik mengaduk cairan berwarna putih itu.
"Susu," jawab Rayden singkat.
"Untuk Tuan sendiri ya?" tanya Arum lagi.
Rayden berhenti mengaduk, lalu menoleh ke Arum, kedua matanya pun melirik dua bola susu Arum.
"Hahaha, aku tidak perlu meminum susu ini," jawab Rayden tertawa.
"Terus kenapa bikin susu putih?" tanya Arum garuk-garuk tengkuk.
Rayden menyodorkan susu itu padanya.
"Minumlah, ini bukan susu putih biasa, ini susu bagus untuk kandunganmu," jawab Rayden sambil mengelus perut Arum yang ditutupi tank top hitam. Arum terdiam sebentar, rasa ini, kelembutan ini, membuatnya jadi gelisah. 'Rupanya ini untuk anak yang aku kandung sekarang, tapi apa dia tidak kecewa punya anak di luar nikah nanti?' batin Arum.
"Hei, Baby. Apa yang kau pikirkan sampai-sampai tidak meminum susu itu? Kau tidak suka aku buatkan itu?" tanya Rayden membuyarkan pikiran Arum.
"Tidak ada kok, Tuan," jawab Arum ingin meminumnya tapi Rayden menahannya dan menatap iris kedua manik Arum. Gadis itu mundur sedikit agak takut dengan tatapan mengerikan Rayden.
"Kau pasti sedang memikirkan pria itu, kan?" tanya Rayden kesal. Suaranya yang tadi lembut mulai sangar.
"Tidak, aku tidak memikirkan dia," jawab Arum secepatnya geleng-geleng kepala.
"Jika begitu, siapa yang kau pikirkan?" desak Rayden langsung mengangkat Arum ke atas meja membuat gadis itu menjerit hingga susu di dalam gelas sedikit tumpah. Terutama dua bola susunya ikut goyang.
"Aku memikirkan Tuan," jawab Arum terbata-bata. Sontak saja, ekspresi Rayden yang marah pun berubah terkejut.
"Aku? Apa yang kau pikirkan tentang ku?"
Arum mendesis, agak takut menjawabnya.
"Jawab, Baby!" Sekali lagi Rayden mendesaknya.
"Itu, apa Tuan tidak malu punya anak dari perempuan yang tidak anda nikahi? Seandainya orang tua Tuan tahu aku hamil, mungkin mereka tidak akan menerima anak ini," ucap Arum mengelus-elus perutnya.
Chuupp Uhhh...
Rayden menautkan bibirnya ke Arum, merasa Arum sangat menggemaskan hingga memikirkan sampai ke situ. Pipi Arum sedikit merah merona. Ia tidak sangka dengan reaksi Rayden.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments