Cahaya mentari di pagi hari masuk ke celah-celah jendela hotel. Perlahan kedua mata Arum terbuka setelah samar-samar mendengar dentingan jam yang telah menunjukkan pukul 07.12 pagi. Arum spontan membuka lebar-lebar matanya dan beranjak duduk.
Aaaaaaaahhh….
Arum histeris di dalam kamar hotel melihat kedua melonnya begitu banyak tanda cu pang merah. Arum semakin syok menatap seluruh tubuhnya yang tidak memakai apa-apa, bahkan mahkotanya terlihat habis dibelah.
"Ini aku sudah diapakan?"
Arum terlonjat ada bercak merah di selimut putih itu, bahkan bau keringat menyeruak ke dalam hidungnya. Arum pun menyentuh kepalanya yang berdenyut, mencoba perlahan ingat apa yang terjadi semalam.
"Apa-apa aku sungguh telah diperkaos?
Arum mengambil selimut itu untuk menutupi tubuh polosnya, dia pun bangkit dari ranjang. Namun Arum terjatuh ke lantai, saat intinya mengeluarkan rasa sakit.
Arum pun mengingat dirinya yang bodoh telah bercinta satu malam dengan pria asing. Dia memukul kepalanya lalu sesekali dadanya.
Arum berdiri sambil menahan perih di bagian kedua selang kangannya. Dia masuk ke dalam kamar mandi, menangis kembali di bawah guyuran air shower.
"A-aku tidak suci lagi, kenapa kau terlalu bodoh! Kenapa kau mudah terbuai dengan ucapan pria semalam! Kini kau telah dibodohi, dia telah meninggalkanmu. Kau bodoh, Arum!"
Gadis itu jatuh dan terisak makin keras kemudian membilas selimut bercak merah itu sendiri dan merasa putus asa dengan hidupnya. Setelah mandi, Arum kembali syok melihat semua kamar berantakan dengan sobekan dress, BH dan CD-nya ada di mana-mana. Terutama baju dan celana milik pria yang kemarin masih ada.
"Apa kemarin percintaan kami begitu brutal?"
Arum dengan masih tubuh polosnya buru-buru mengambil celana pria itu dan mencari kartu identitasnya, namun sayang sekali tidak ada jejak pria itu tertinggal.
"Ahhh, aku ditipu!" kesal Arum frustasi, dia pun berlari ke arah lemari untuk mencari pakaian baru. Untung saja ada 1 dress hitam.
"Yah, dress-nya kecil banget nih, kalau aku keluar, para lelaki mesum akan melirik paha dan-"
Arum berhenti mengeluh ketika dua matanya fokus ke dua buah dadanya. Arum mengigit bibir bawahnya, dia tampak menikmatinya.
"Dadaku jadi kendor, kalau begini orang-orang pasti akan melirik dan berpikir jelek tentang ku. Sepertinya aku perlu syall untuk menutupinya."
Arum mengambil satu syall yang tergantung di dekat pintu, dia menggunakan syall itu sebagai tudung kepala. Setelah bersiap, dia membuka sedikit pintu hotel lalu mengintip ke luar. Seperti biasa, hotel itu sepi.
"Bagus, sepertinya masih belum ada orang yang keluar dari hotel ini, aku harus buru-buru meninggalkan hotel ini."
Arum menerobos keluar meninggalkan kamar hotel yang berantakan.
Dua jam berlalu, Arum tiba juga di sebuah rumah sakit. Ia berjalan sedikit pincang akibat miliknya masih perih gara-gara ulah dari ular phyton pria itu. Arum sedikit merona jika mengingat dirinya yang polos ikut menikmati percintaan semalam. Apalagi ular pria itu samat gede.
"Tidak-tidak, aku tidak boleh berpikir kotor lagi. Sekarang Kamelia yang perlu dipikirkan, aku harus cepat mengetahui bagaimana nasib adikku itu."
Arum pun masuk ke dalam rumah sakit, sambil menutup sedikit wajah cantiknya agar tak ada yang mengenalinya. Ia pun tanpa waktu lama telah sampai ke ruangan Kamelia. Dokter tampak telah lama menunggunya.
"Arum,"
"Dok, bagaimana kondisi adikku?" Arum berdiri di sebelah gadis kecil yang terbaring di sebelahnya.
"Apa adikku masih bisa berobat di sini, Dok?" Arum kembali bertanya. Adiknya terlihat lemah dan membuatnya tak bisa menahan air matanya.
"Masih bisa,"
"Benarkah, Dok?" tanya Arum seakan tidak percaya tiba-tiba pengobatan adiknya masih bisa berlanjut.
"Tentu, seseorang telah membayar biaya pengobatan adikmu selama lima bulan, jadi kau masih ada waktu untuk bekerja dan menabung untuk biaya kelanjutannya setelah masa pengobatan lima bulannya berakhir."
Arum terisak lalu menutup wajahnya. Pria itu tidak menipunya, kini dia harus mengandung dan melahirkan anak untuk pria itu.
"Arum, mengapa kau menangis? Harusnya kau senang," kata Dokter wanita itu heran.
"Aku sangat senang, Dok."
"Tapi kau baik-baik saja, kan?" tanya Dokter itu lagi.
"Aku baik-baik saja, Dok. Aku cukup baik hari ini."
Arum tersenyum ke Dokter, walau terlihat manis tapi aslinya Arum harus menerima kepahitan di masa depan nanti.
"Ya sudah, aku keluar dulu," pamit Dokter berbalik pergi. Tiba-tiba Arum menahan cepat lengan Dokter.
"Ada apa menahan ku, Arum?"
"Do-dok, itu apakah melahirkan rasanya sakit?" tanya Arum deg-degan.
"Eh, kau ingin menikah?"
Arum terkejut lalu menunduk.
"Tidak Dok, itu teman aku yang tanya," ucap Arum gemetar, takut akan jawaban Dokter.
"Sakitnya melahirkan melebihi sakitnya mengandung, tapi jika kau jaga baik-baik tubuhmu, kau tidak perlu takut. Katakan pada temanmu, tidak usah khawatir,"
"Baik, Dokter."
Dokter pun pergi meninggalkan Arum yang menggigil ketakutan membayangkan proses hamil maupun melahirkan.
Setelah menemani adiknya, Arum mengecup kening adiknya yang belum kunjung sadar itu. Gadis itu keluar untuk pulang ke rumah, dia berniat mengganti dress mininya itu. Namun rupanya, saat membuka pintu rumah, Arum terkejut pintu tidak terkunci.
"Apa semalam aku lupa menguncinya?"
Arum pun masuk dan mengabaikan firasat buruknya. Dia masuk ke kamar, dan begitu terkejutnya pria yang bercinta dengan semalam ada di atas ranjangnya sedang duduk memandang nakal tubuhnya. Sontak Arum berbalik ingin pergi, namun lelaki itu dengan cepat menahan dan menghimpit tubuhnya ke tembok. Raut wajah Arum mulai tegang, ditambah seluruh tubuhnya bergetar setelah pria itu mengunci tangannya ke atas.
"Aku telah lama menunggu mu, beby." Dengan lembut, pria itu lagi dan lagi mencu mbunya.
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
gf karinaa
beby nama temen ku 😃
2022-12-31
1
Kartikayani Kirono Prapti
aq suka cerita kyak gini.. fresssss
2022-12-31
0
Pipit Sopiah
apa selemah itu Arum
2022-12-29
0