Sebuah Mansion megah berdiri di tengah kawasan elite. Rumah itu salah satu Mansion terbesar dan luas. Tempat itu ditempati oleh Nyonya Barsha Estrella, ia salah satu selir Mafia yang memegang wewenang kekuasaan di sana. Sekaligus Wanita yang merawat Tuan muda kedua dan Putra Pewaris Mafia, dua putra lelaki yang lahir dari rahim seorang wanita mulia dan bijaksana yang bernama Elizabeth Briyant.
Hanya saja, Elizabeth telah wafat 20 tahun lalu. Ia meninggal setelah menaiki sebuah kapal pesiar saat ingin menjumpai pertemuan antar Mafia bersama suaminya. Selain itu, Elizabeth sangat menyayangi kedua putranya, salah satunya Rayden si putra bungsu. Sang suami sangat terpukul atas meninggalnya Istri tercinta, Pria yang berkuasa itu pun mengerahkan seluruh para Gangsternya untuk mengetahui penyebab meledaknya kapal Pesiar yang menewaskan ratusan jiwa termasuk sang istri Elizabeth.
Setelah mengetahui penyebabnya, ia pun tahu jika kejadian ini adalah kerjasama antar musuh Gangster dan Mafia dari berbagai belahan dunia. Mereka tampak bersama-sama menyelundupkan sebuah Bom waktu.
Tetapi kini sebagian dari mereka telah dibunuh dan yang lainnya berhasil kabur. Motif ledakan itu karena ambisi mereka untuk membunuhnya, Elizabeth, dan Putra pewarisnya yang ikut, kecuali Rayden yang saat itu masih berusia enam tahun ditinggal dalam Mansion.
Itulah mengapa sekarang Rayden merantau ke berbagai tempat untuk mencari tikus-tikus yang memiliki hubungan atas kematian Ibunya dan penderitaan Kakak Kandungnya dulu, di mana sang pewaris mengalami kelumpuhan selama 20 tahun ini dari peristiwa itu. Ia amat menyesal hanya dapat menyelamatkan nyawa putranya itu, dan kini harapan satu-satunya ialah Rayden masuk ke dalam militer dan mengasah diri untuk menghabisi para pembunuh Elizabeth Briyant.
Sekalian juga ia berharap Rayden dapat meminang Daisy Calanza, putri Carlos Pires, mantan kepercayaannya yang telah pensiun beberapa tahun lalu dan kini posisinya diganti oleh Rayden. Akan tetapi, Rayden menunda pernikahan itu selama setahun, alasannya untuk menyelesaikan misinya dulu.
Hingga sekarang, Rayden masih perlu mencari mereka meski Nyonya Barsha sudah berkali-kali melarang, karena hanya Rayden satu-satunya harapan yang bisa mengganti kedudukan Ayahnya suatu hari nanti. Bahkan, Barsha ikut mendesak agar Rayden segera menikahi Daisy dan melahirkan anak putra pewaris berikutnya, sebelum perjodohan itu hancur. Tetapi, Rayden menolak dan kabur, dendamnya lebih besar dari pada ambisi menjadi Ketua Mafia selanjutnya.
Jika seandainya kakaknya dapat menikah, pasti Rayden tidak perlu hidup dalam paksaan dan desakan Wanita itu. Tetapi apa daya, kakaknya yang lumpuh tidak menginginkan seorang istri, ia tidak mau hidupnya menjadi beban bagi wanita yang ia nikahi nanti. Dia pria cukup baik dan lembut, ia hanya hidup dan bergantung pada kursi rodanya.
.
.
Arum membuka sebelah matanya, perlahan celingukan. Ia beranjak duduk ketika rasa mual-mualnya kembali. Gadis berdress putih itu berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Hueeekkk...hueaaakk ....
Berkali-kali menunduk di depan cermin. Arum merasa setengah mabuk. Perutnya seolah mengaduk di dalam sana.
"Ohh, mengapa aku masih mual-mual? Apakah setelah hamil, saya akan selalu merasakan ini terus?" gumam Arum menyentuh perutnya dan kembali mual-mual.
"Aachh... aku jadi tidak bisa berjalan jika begini, bisa-bisa aku jatuh dan keguguran."
Arum bersandar di tembok, ia mencoba menenangkan perasaannya. Saat itu pun, ia mulai sadar setelah melihat sekelilingnya.
"Eh, ini kan bukan toilet milik villa Tuan Ray," lirihnya tambah memperhatikan tembok toilet.
"Tunggu dulu, bukannya aku berada di dalam mobil bersama Tuan Ray? Tapi-tapi kenapa aku bisa ada di sini? Kemana Tuan Ray?"
Arum menyentuh kepalanya lalu mencubit pipinya dengan keras.
"Aws... sakit!" ringis Arum.
"Ini bukan mimpi! Aku masih hidup? Oh my god! Aku harus mencari Tuan Ray!" panik Arum keluar dari toilet. Ia pikir setelah pingsan, ia akan mati tapi nyatanya ia masih dapat bernafas dan mencubit pipinya.
Gadis itu pun membuka pintu kamar, ia pun keluar berlari dan sedikit kepalanya pusing, terasa yang ia pijak sedikit bergoyang.
Begitu terkejut ia melihat orang asing datang ke arahnya. Arum memelan siliva, ia tersenyum padanya, tetapi orang itu berlalu pergi melewatinya tanpa ekspresi.
"Diih, orang itu sombong sekali dan agak mencurigakan, tapi lebih baik aku harus menemukan Tuan Ray!"
Arum cukup takut hanya sendirian di lorong-lorong itu. Tak ada kebisingan dan suara-suara terdengar.
"Sebenarnya aku ini ada di mana? Kenapa cuma aku saja yang berjalan di sini?" gumam Arum celingak-celinguk. Matanya selalu mencari-cari.
Seketika, kedua telinganya mendengar suara yang sangat ramai. Seakan-akan di luar sana ada banyak manusia sedang berkumpul dan benar saja, setelah ia menyusuri suara itu, ia pun baru berpapasan beberapa orang. Pakaiannya sangat elegan dan mereka terlihat anak orang kaya. Arum ingin bertanya, tetapi tatapan mereka seolah takut padanya.
Arum pun berlari ke sebuah pintu terbuka, ia pun membisu di tengah-tengah pintu. Ada banyak orang bersenang-senang di depannya. Anak-anak, remaja dan orang tua saling berjumpa dan bersapa ria.
"Woaaah! Ini sebenarnya ada di mana?" takjubnya membuka mulut lebar-lebar melihat pemandangan di depannya. Langit biru, canda tawa, dan berbagai hal lainnya lagi. Arum berlari di antara mereka, ia lurus menuju ke pembatas besi. Arum kembali terpaku diam melihat di bawah sana ada lumba-lumba yang mengikuti kapal Pesiar itu. Anak gadis Desa itu terpesona dengan keindahan laut di depannya.
"Apa aku sedang bermimpi?"
"Tidak, kau tidak lagi bermimpi, Baby."
Deg! Arum berbalik dan tersenyum lebar. Yang dicari-cari muncul juga di hadapannya.
"Woaah, Tuan Ray! Mengapa kita bisa ada di kapal besar ini?"
"Kapal ini cukup mahal dan aku baru pertama kali menaikinya," tambah Arum kembali melihat lumba-lumba itu. Rayden terdiam sejenak melihat kebahagian gadis itu. Ia pun tersenyum dan memeluk Arum dari belakang.
"Anggap saja kau sedang berlibur bersama aku, Baby."
"Me-memangnya kapal ini mau kemana?" tanya Arum bersemu merona dipeluk terang-terangan di tempat umum itu.
"Ke Negara Inggris, Baby," jawab Rayden mengecup pipi Arum dan kemudian mengecup lehernya membuat gadis itu sedikit menggeliat geli.
"Kau senang hari ini?" tambah Rayden menyandarkan dagunya ke bahu Arum dan memeluk perut gadis itu. Arum sejenak terdiam memikirkan ucapan Rayden.
'Inggris? Bukannya itu terletak di benua Eropa? Apa aku sedang diculik oleh Tuan Ray? Kenapa sejauh itu ia membawa aku?' batin Arum menyentuh dadanya, rasa gelisah menyelimuti hatinya. Ia pernah dengar desus-desus bahwa negara itu memerintah masih menggunakan sistem kekerajaan, tidak seperti di Negaranya.
"Baby, mengapa kau diam?" tanya Rayden memandangi laut luas.
"Itu, aku sangat senang, cuma---"
"Cuma apa?" tanya Rayden membalikkan tubuh Arum hingga ia dapat menatap gadis itu.
"Itu, bisakah kita memancing di sini?"
Rayden terkejut. "Memancing? Untuk apa melakukan itu?"
Arum pun menunduk malu-malu dan kemudian menjawab,
"Aku ingin makan ikan bakar, entah kenapa perutku menginginkan itu, Tuan."
Rayden terkesiap lalu melihat perut Arum.
"Ngidam? Apa dia mulai ngidam sampai ingin makan ikan bakar di pagi ini?" batin Rayden agak terkejut anak di dalam perut Arum sudah minta makan kepadanya. Ia pun mencoba bertanya lagi.
"Terus apa yang kau inginkan lagi?"
Arum menggaruk tengkuk dan menggoyang-goyangkan sebelah kakinya.
"Kalau bisa, aku mau makan mangga, tapi-tapi di sini tidak ada pohon mangga, jadi lebih baik kita mancing saja, bisa kan, Tuan?" jawab Arum memohon dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak lapar, hanya saja perutnya yang menginginkan itu.
Rayden tertawa terbahak-bahak, ia segera menarik tangan Arum.
"Kita mau kemana, Tuan?"
"Turun dari kapal, mancing ikan berdua hanya denganmu, Baby."
Arum menunduk tersipu, benar-benar ucapan Rayden bisa ia pegang, yaitu akan memenuhi keinginannya. Keduanya pun berada di kapal kecil, dan tak jauh dari Kapal pesiar megah itu berlayar. Tak ada salahnya Rayden menaiki kapal pesiar itu ketimbang pesawat terbang. Ia cukup terhibur melihat Arum tertawa bahagia pagi ini. Sesekali gadis itu muntah akibat mabuk laut. Tetapi karena dipeluk sambil mancing oleh Tuan Rayden, membuat mual-mual Arum pun bisa dikontrol juga. Orang-orang di atas kapal sesekali menyoraki ke arah mereka yang bermesra-mesraan di bawah sana.
.......
.......
...Maaf Novel Ini Sedang Tahap Revisi, Dari latar kerajaan berubah menjadi Mafia, jadi maaf apabila part berikutnya masih belum berubah🙏...
.......
.......
...😘...
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
adekku
sulit jg ya wat revisi nya kyak skripsi aja thor .....selamat berjuang
2022-12-04
3