Gadis bercadar jodoh untuk Ahmad Iqbal
Bismillahirohmanirohim.
Senja membuat sore semakin bagus, indah nan berarti, langit sore yang terlihat indah membuat siapa saja ingin terus memandangnya, dan mengabadikan momen langit indah itu.
Seorang laki-laki berjalan dengan gontai masuk kedalam rumah orang tuanya, seperti biasa dia baru saja pulang dari bekerja. Setiap pukul 4 sore dia selalu berusaha agar sampai rumah.
Karena dia ingin sholat berjamaah di masjid yang terdapat di dekat rumahnya, tapi sepertinya sore ini tak mengizinkan laki-laki itu untuk sholat jamaah di masjid, karena 15 menit yang lalu iqamah sudah berkumandang di perumahan mereka. sementara dirinya masih di perjalanan masuk ke dalam area perumahan.
Laki-laki itu sangat giat dalam hal bekerja, dia selalu ingin membuat kedua orang tuanya bahagia, sayangnya dia lupa jika kebahagiaan orang tua bukan hanya dari materi saja.
Ada kebahagian lain yang orang tua inginkan. "Iqbal" sura bapaknya yang terdengar di kuping laki-laki itu, membuat dirinya menghentikan langkahnya.
"Iya bapak" sahut laki-laki yang bernama Iqbal itu. Dia menoleh ke arah bapaknya.
"Setelah membersihkan diri dan sholat ashar datanglah ke ruang keluarga, ada yang ingin ibu dan bapakmu bicarakan, ini hal serius Iqbal"
"Baik bapak" Iqbal sama sekali tak membantah dia selalu menuruti ucapan orang taunya, selagi semua itu masih logis dalam pikirna Iqbal.
"Bapak dan ibu tunggu di sana" bapak Iqbal meninggalkan Iqbal yang masih terpaku di tempat.
Setelah bapaknya pergi Iqbal langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. "Huhh, apa kali ini yang akan dibicarakan ibu dan bapak" pikir Iqbal saat tengah mengenakan bajunya.
Setelah terlihat rapi Iqbal segera menunaikan sholat asharnya 4 raka'at, tak lupa dia juga mengucapkan zikir-zikir setelah sholat, memuji sang Ilahi Rabbi.
Setelah itu barulah Iqbal menemui kedua orang tuanya, karena dia sudah ditunggu disana. Di ruang keluarga yang tidak terlalu luas itu
Derap langkah Iqbal yang tak terdengar membuat kedua orang tuanya tak tau jika Iqbal sudah berada di ruang keluarga.
"Ibu" Ria tersenyum pada Iqbal saat anaknya itu memanggilnya dengan suara lembut.
"Duduk dulu Bal" suruh sang ibu.
Iqbal tak banyak berkomentar dia langsung mengambil tempat duduk tepat di hadapan kedua orang tuanya.
Setelah Iqbal duduk terlihat Heri yang mulai membuka mulutnya untuk berbicara. "Berapa umurmu sekarang Bal?" Iqbal tak langsung menjawab dia menaikkan sebelah alisnya, Iqbal yakin ada hal lain yang ingin orang tuanya katakan.
Melihat Iqbal tak langsung menjawab membuat Ria kembali bersuara. "Umurmu sudah cukup matang bukan Bal untuk menjalin rumah tangga? Sampai kapan kamu akan sendiri terus? Ibu dan bapakmu sudah tua, kami ingin melihat kamu menikah nak, apakah kamu sudah ada perempuan yang ingin kamu pinang?"
Iqbal tak tau dia harus menjawab apa, yang dia lakukan hanya bisa diam. "Tak adakah kamu perempuan yang kamu sukai Bal?" tanya Heri meluruskan ucapan istrinya, tapi Heri hanya mendapat jawaban gelengan kepala saja dari Iqbal. Tentu saja Heri dan Ria tau jika putra tunggal mereka itu tak memiliki kekasih atau seseorang yang dia sukai.
"Aku belum memikirkan untuk menikah bu, pa" ucapnya lesu. "Aku juga tak memiliki seorang yang ingin aku nikahi" akhirnya Iqbal bersuara juga.
Heri mengambil cangkir yang ada di atas meja, setelah memastikan jika cangkir itu ada isinya, dia segera meminumnya tiga teguk. Lalu Heri kembali meletakkan cangkir tersebut ke tempat semula.
Dia tatap lekat-lekat putranya yang sudah pantas untuk menikah itu, tapi belum juga memiliki pendamping hidup sampai sekarang.
"Jika kamu tak memikirkan dirimu untuk menikah, setidaknya pikirkanlah ibu dan bapakmu ini Bal, umur kami berdua semakin hari semakin bertambah, Kami tak akan terus berada disampingmu, tak lama kami akan tiada, siapa lagi yang kami harapkan kalau bukan kamu. Anak bapak dan ibu ini hanyalah kamu Bal" tutur Heri dengan penuh kelembutan, dia ingin anak satu-satunya itu mengerti keingin dirinya dan sang istri.
"Benar apa yang dikatakan bapakmu Bal, ibu yakin kamu sudah siap untuk berumah tangga, kamu juga sudah mapan, jika kamu tak bisa mendapatkan perempuan yang dapat menikah denganmu biarkan bapak dan ibu mencari kamu calon istri" tawar sang ibu.
Iqbal berpikir sejenak ada benarnya juga apa yang ibunya katakan, dia tak akan sempat untuk mencari pasangan hidup jika dia terus bekerja dan bekerja. Karena Iqbal yakin jika pilihan ibu dan bapaknya adalah pilihan terbaik, Iqbal menyerahkan semuanya pada kedua orangtuanya.
"Baiklah Bu, apa yang ibu katakan mungkin benar, biar ibu dan bapak saja yang mencarikan calon istri Iqbal, Iqbal yakin pilihan kalian adalah yang terbaik" akhirnya Iqbal pasrah juga.
"Kamu tak akan menyesalkan Bal?, sudah menyerahkan masalah pasanganmu pada kami, jika kamu tak siap, kamu bisa mencari pasangan sendiri" ujar Heri, dia harus memastikan agar anaknya tak menyesal nantinya, telah menyerahkan semuanya pada mereka.
"Tidak bapak! Iqbal yakin pilihan ibu dan bapak yang terbaik"
"Alhamdulillah kalau begitu, ibu dan bapak senang mendengarnya" pasangan suami istri itu tersenyum pada anak mereka. Setelahnya mereka berdua saling melempar senyum.
"Semoga ini jalan yang terbaik Ya Rabb" batin Iqbal.
Ibu dan bapak Iqbal tak pernah memaksa untuk anaknya segera menikah, tapi semakin lama dibiarkan, kedua orang tua Iqbal tak pernah melihat anaknya itu dekat dengan perempuan manapun, bahkan bapak Iqbal tau dari teman sekantor Iqbal jika anaknya itu terus fokus bekerja, tak pernah sekalipun dia melirik perempuan di kantornya, padahal dari cerita yang Heri dapat, jika banyak perempuan yang menyukai anak nya itu, tapi sang anak tak pernah menggubris mereka, dia hanya fokus bekerja.
Setelah itu satu anak dan kedua orang tuanya berbincang-bincang ringan, Ria maupun Heri menghela nafas lega, karena Iqbal tak lagi terus mengulur waktu untuk menikah.
Tak lama kemudian suara adzan magrib berkumandang. Heri segera mengajak anaknya untuk pergi ke masjid. "Ayo Bal sholat jama'ah dimasjid" ajak Heri.
Keduanya bangkit dari kursi. " Kita ke masjid dulu bu Assalamualaikum" ucap Heri dan Iqbal dengan kompak. Keduanya berjalan menuju keluar rumah, Ria mengantar mereka sampai depan pintu rumah.
"Waalaikumsalam" jawab Ria sambil tersenyum pada kedua penyemangat hidupnya itu.
"Sebentar lagi aku tak akan sholat di rumah sendiri, akan ada menantuku yang menamai aku nantinya, membayangkannya saja aku sudah tak sabar untuk Iqbal segera menikah" ucap Ria senang, dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
aku mampir thor... ini alur ceritanya lain dari yg lain.. bikin penasaran
2024-05-31
0