Bismillahirohmanirohim.
"Ibu, bapak aku berangkat kerja dulu, Assalamualaikum" pamit Iqbal pada kedua orang tuanya.
Seperti biasa setelah selesai sarapan bersama kedua orang tuanya Iqbal akan langsung berangkat bekerja.
"Waalaikumsalam hati-hati dijalan Bal" peringat Ria.
Heri pun menjawab salam anaknya setelah selesai minum air putih didalam gelas. "Waalaikumsalam Bal, benar kata ibumu hati-hati dijalan" sambung Heri.
Iqbal tersenyum pada kedua orang tuanya. "Iya bu, pak Iqbal akan ingat selalu pesan kalian" ucapnya sambil mencium ibu dan bapaknya secara bergantian.
"Iqbal berangkat nanti telat pula" pamitnya lagi, Iqbal berjalan keluar rumah setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya.
Suasana pagi di daerah tempat Iqbal tinggal sudah sangat ramai, para penghuni bumi mulai melakukan aktivitas mereka masing-masing, biasanya setiap pagi dikelilingi kompleks rumah Iqbal akan ada penjual bubur ayam.
Hampir setiap pagi tukang bubur ayam itu lewat depan rumahnya. Biasanya Iqbal akan memakan bubur ayam jika perutnya sedang tak bisa menerima nasi banyak-banyak.
"Pagi bang Yanto" sapanya pada tukang jual bubur ayam yang kebetulan mangkal di depan rumah orang tua Iqbal.
"Pagi Iqbal, wih udah rapi aja nih, mau berangkat kerja ya?" tanya bang Yanto, sambil membuatkan bubur ayam, karena ada yang memesan.
"Iya bang, Iqbal duluan ya bang, Assalamualaikum" ucapnya ramah.
Ya begitulah keseharian Iqbal, dia akan selalu menyapa orang yang dia kenal, Iqbal itu termasuk idola para emak-emak di komplek rumahnya. Banyak emak-emak yang ingin menjadikan Iqbal menantu, tapi Iqbal nya saja belum pengen menikah, jadi keburu anak-anak mak-mak itu, sudah menemukan jodoh masing-masing.
Biasanya setiap pagi Iqbal akan mendapatkan sarapan yang tak mengenakan dari emak-emak yang terlalu fanatik mengidolakan, contohnya saja seperti kemarin pagi saat dia akan pergi kekantor.
Tukang sayur memberhentikan gerobaknya tempat di depan rumah orang tua Iqbal. Iqbal tau apa yang akan terjadi setelahnya. "Ehh, cah kasep arep mangkat kerjo po?" tanya seorang ibu-ibu yang sedang memilih sayuran pada Iqbal, karena kebetulan dia melihat Iqbaal baru keluar rumah. Iqbal hanya mengangguk untuk merespon, tak lupa dia juga tersenyum pada para ibu-ibu itu.
"Bal kapan rabi? Umur makin nambah loh" timpal seorang ibu-ibu lagi.
"Benar Bal kapan kamu nikah, teman-teman kamu sudah punya anak satu loh" Iqbal hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, selalu seperti itu jika dia bertemu dengan ibu-ibu kompleks rumahnya.
Tak lama Iqbal sudah sampai di kantor tempatnya bekerja. "Pagi Bal" sapa teman sekantor Iqbal.
"Pagi" sapa nya kembali dengan ramah. Setelah itu Iqbal langsung masuk ke ruang kerjanya.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu ruang kerja Iqbal diketuk. "Masuk" suruh Iqbal tanpa mengalihkan pandangannya dari depan komputer.
Seorang wanita dengan pakaian yang cukup sopan menghampiri meja kerja Iqbal. "Maaf pak Iqbal mengganggu waktu anda, presiden menyuruh saya untuk memanggil anda ke ruangannya"
Iqbal yang tadi sangat fokus pada layar komputernya segera mengangkat kepalanya. "Presiden memanggil saya?" Iqbal memastikan apakah dia tidak salah dengar.
"Benar manajer Iqbal" jawab perempuan itu. "Anda sudah ditunggu di ruang presiden"
"Terima kasih infonya, aku segera kesana" Iqbal tak tau kenapa dia bisa dipanggil oleh presiden diperussahanya langsung, Iqbal takut dia membuat kesalahannya.
"Semoga bukan hal buruk yang terjadi" ucapnya sambil bangkit dari kursi kerja.
Dengan langkah gontai Iqbal langsung menuju ruang presiden, dia tak ingin membuat atasnya itu menunggu.
Tok!
"Masuk" hanya sekali ketukan pintu yang Iqbal lakukan dia langsung dipersilahkan masuk, berarti benar jika dirinya sudah ditunggu oleh presiden perusahaan.
"Silahkan duduk manajer Iqbal" ucap seorang laki-laki paruh baya yang mempersilahkan Iqbal duduk di kursi yang sudah ada.
"Terima kasih pak" jawabannya dengan sopan.
"Hmmm, langsung saja ada hal penting yang ingin saya katakan pada anda manajer Iqbal" ucap presiden perusahan tempat Iqbal bekerja.
Iqbal tak menjawab dia menunggu presiden nya melanjutkan kata-katanya yang belum selesai. "Saya lihat kamu adalah satu diantara banyak manajer yang bekerja di perusahaan saya dengan sangat baik, saya suka kinerja anda manajer Iqbal"
"Maka dari itu saya berniat menaikan jabatan anda, bukan lagi sebagai manajer, melainkan sebagai direktur di perusahaan ini"
Deg!
Apakah dirinya tak salah dengar dengan apa yang dikatakan presiden nya barusan, dia benar akan diangkat menjadi direktur? begitulah pikir Iqbal.
"Anda serius bos?" tanya Iqbal memastikan dia tak percaya.
"Benar manajer Iqbal, saya tak pernah main-main dengan ucapan saya, setelah ini kita akan mengadakan rapat secara tertutup, untuk mengumumkan jabatan baru anda, saya tau semua seperti apa kerja seluruh karyawan di kantor saya"
Iqba dan presiden perusahaannya sudah selesai berbincang, keduanya segera mendatangi ruang rapat tertutup.
Rapat tersebut berjalan dengan lancar selama kurang lebih 1 jam. Setelah selesai rapat mereka kembali ke ruang kerja masing-masing begitu juga dengan Iqbal.
"Huhh, terima kasih Ya Allah, Alhamdulillah" Iqbal merasa sangat bersyukur, tapi dia juga tau jika menjadi seorang direktur pekerjanya akan lebih berat dari seorang manajer.
Sebenarnya tadi Iqbal sempat tak ingin menerima jabatan yang baru diberikan padanya, karena menurut Iqbal ada orang lain yang lebih pantas daripada dirinya, sayang keputusan sang presiden tak bisa diganggu gugat lagi.
Akhirnya setelah hampir seharian bekerja, waktu pulang pun tiba, Iqbal sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dia tak pernah menunda-nunda pekerjaan, Iqbal langsung pulang kerumah.
Sampai dirumah seperti biasa setelah membersihkan diri dan sholat ashar, Iqbal akan berkumpul dengan ibu dan bapaknya di ruang keluarga.
"Bal dua minggu lagi acara pernikahanmu, semuanya sudah bapak dan ibumu siapkan, apakah kamu tak ingin melihat calon istrimu terlebih dahulu" tawar Heri pada anaknya.
"Dua minggu lagi bapak?" tanya Iqbal memastikan.
"Benar Bal, dua minggu lagi jadi bagaimana mau melihat wajah calon istrimu dulu atau tidak" sahut Ria sambil memeletkan dua gelas kopi di meja, dia baru saja kembali dari dapur.
"Tak usah bu, bapak tak apa, Iqbal sudah yakin dengan pilihan ibu dan bapak, oh iya bu, bapak Iqbal ada kabar baik, Iqbal naik jabatan jadi direktur di tempat Iqbal bekerja" ucapnya Iqbal selalu senang jika melihat kedua orang tuanya senang.
"Alhamdulillah nak itu rezeki kamu, yang penting apapun jabatanmu jangan pernah sombong dan jangan pernah sekalipun tinggalkan sang maha pemberi rezeki" nasihat Ria.
"Iya bu" Iqbal menjawab sambil menyeruput kopi buatan ibunya.
"Zaman sekarang ini banyak sekali orang yang mencari rezeki, tapi mereka melupakan sang pemberi rezeki itu sendiri, jadi jangan sampai kita begitu. Nah walaupun kita tak seperti mereka, tak boleh juga kita merasa sudah paling benar daripada mereka, kalau bisa ya kita nasehati mereka baki-baki"
"Apa yang dikatakan bapakmu benar Bal, selalu ingat pesan bapak dan ibu ya, begitu juga setelah kamu menikah nanti"
"InsyaAllah bu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Akhwat private Vate
typo dikit KK gak ngaruh buat ku,aku paham juga kok😁🙏
2025-02-03
0
Embun pagi
typo kak baik-baik
2022-12-02
0