Belum bisa menerima

Bismillahirohmanirohim.

Malam harinya setelah acara selesai, seperti biasa setelah shalat isya Iqbal akan berkumpul bersama orang tuanya di ruang keluarga. Biasanya mereka memang akan berkumpul di ruang keluarga sesudah ashar dan sesudah isya.

Kali ini ada yang berbeda dari biasanya, karena ada Azizah yang ikut berkumpul bersama mereka. Ria tersenyum merekah saat melihat Azizah ada diantara mereka.

"Sudah lama sekali ibu ingin melihat ada perempuan lain selain ibu yang duduk di antara kedua laki-laki berbeda generasi ini" ujar Ria.

Ria yang duduk disebelah menantunya mengelus lengan Azizah dengan sangat lembut. Azizah menoleh pada ibu mertuanya sambil dia tersenyum dibalik cadar yang dia kenakan.

Ria tahu jika Azizah tersenyum padanya, dia dapat melihat dari kedua bola mata Azizah yang bersinar. "Kamu cantik nak apalagi kalau terus tersenyum begitu" puji Ria pada Azizah yang membuat Iqbal mengerutkan dahi heran, dari mana ibu nya tau jika Azizah tersenyum, bahkan wajah saja tak terlihat pikir Iqbal.

"Terima kasih bu" 

Azizah terus menatap ibu dan bapak mertuanya secara bergantian, tak tau kenapa Azizah takut untuk menatap Iqbal, apalagi setiap kali Azizah tak sengaja melihat Iqbal. Iqbal sedang melihatnya dengan tatapan malas.

Iqbal belum melihat seperti apa wajah Azizah yang tertutup cadar itu, Iqbal belum sempat melihat wajah istrinya. Karena setelah selesai acara akad sampai sekarang Iqbal baru bisa beristirahat.

Tadi saja saat sudah ganti baju dan menggunakan kamar Iqbal, yang otomatis akan menjadi kamar Azizah juga. Azizah dan Iqbala belum pernah masuk di kamar bersama.

Azizah yang baru saja mendapatkan tamu bulan, tepat saat ijab selesai, beruntung tadi Azizah menyadari jika dia mendapatkan tamu bulanan. Jadi Azizah sempat membersihkannya terlebih dahulu.

"Kalian berdua kalau bisa cepat kasih ibu dan bapak momongan" ucap Heri begitu saja, tanpa mengenal situasi jika anak dan menantunya belum saling mengenal.

Azizah sangat tau persis seperti apa tugas seorang istri, tapi dia tidak mau jika nanti suaminya menyentuh dirinya dengan tak ridho.

Melihat Azizah maupun Iqbal diam saja Heri kembali membuka suaranya. "Kenapa kalian berdua diam? Apakah kalian tak ingin memberikan bapak cucu?" sontak hal itu membuat Azizah kalut, ingin menjawab Insya Allah, tapi dia tak mau suaminya mengerikan yang tidak-tidak.

Melihat Azizah diam saja akhirnya Iqbal yang angkat bicara untuk menjawab ucapan bapaknya. "Insya Allah bapak" sahutnya walaupun ragu.

Azizah langsung melirik sang suami dengan senyum yang mengembang, tepat saat itu juga Iqbal melihat Azizah, dengan cepat Azizah mengalihkan pandanganya.  

"Alhamdulillah" kompak Ria dan Heri bersama.

"Semoga cepat dapat momongan ya nak" 

"Aamiin" sahut Azizah begitu saja, saat Ria berkata padanya.

Kali ini gantian Iqbal yang menatap Azizah sebentar tak tau dia harus berekspresi apa, tanpa Iqbal sadari dirinya sedikit tersenyum, saat Azizah mengamini ucapan sang ibu yang mengandung doa didalamnya. 

Setelah itu seperti biasa mereka akan mengobrol tentang banyak hal, Iqbal dapat melihat Azizah seperti sudah biasa mengobrol dengan ibu dan bapaknya, Azizah sangat terlihat nyaman disitu.

Hal itu membuat Iqbal menjadi penasaran dimana ibu dan bapaknya mengenal Azizah, dan sejak kapan mereka mengenal perempuan yang sudah menjadi istrinya ini.

Sambil mengobrol diam-diam Iqabl sesekali melirik Azizah, sehingga dia tak sengaja terpesona dengan bulu mata lentik milik Azizah, mata itu terpancar begitu indah, Iqbal cepat sadar dia tak mau tertangkap basah sedang memperhatikan Azizah.

"Aku sudah memiliki rumah sendiri, daripada rumah itu menggaur lebih baik aku tempati bersama Azizah, lagi pula jika terus disini aku tak bisa bergerak bebas, sedangkan kalau aku pisah rumah dengan ibu dan bapak, aku bisa bebas apa saja dan begitu juga dengan Azizah, aku belum siap satu ranjang dengannya"

"Aku juga tak tau apakah aku sudah menerima dirinya atau belum, melihat dia yang menjadi istriku mengenakan cadar, aku belum siap, nanti jika orang-orang tau apalagi teman sekantor jika aku memiliki istri seperti Azizah mau ditaruh dimana mukaku ini" bati Iqbal masih belum menerima Azizah sepenuhnya.

"Bapak, ibu" ucapnya ragu.

"Kenapa Bal ada yang ingin kamu sampaikan dengan bapak dan ibu? Atau mungkin juga dengan Azizah istrimu" tak tau Heri menebak atau apa, yang jelas apa yang dikatakan Heri benar ada hal penting yang ingin Iqbal bahas.

"Iqbal sudah memikirkan sebelumnya tentang hal ini ibu, bapak, Iqbal dan Azizah akan tinggal sendiri dirumah yang sudah lama Iqbal beli, rumah itu ada di perumahan Mentari" 

Iqbal memberanikan diri untuk mengutarakan keinginan dirinya, agar bisa pisah rumah dengan ibu dan bapaknya.

Ria dan Heri saling memandang satu sama lain. 

"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu nak?" tanya Ria memastikan, dia selalu tersenyum lembut pada Iqbal.

"Iqbal sudah yakin bu, tapi Iqbal tidak tau dengan Azizah apakah dia setuju atau tidak, karena sebelumnya Iqbal memang belum berdiskusi dengannya" terang Iqbal.

Kini Ria dan Heri menatap Azizah untuk meminta persetujuan. Begitu juga dengan Iqbal. Iqbal berharap Azizah mengerti apa yang dia mau.

"Azizah ikut apa kata mas Iqbal saja bu, bapak" sahutnya.

Disitu Iqbal menghela nafas lega, kala Azizah menyetujui keinginannya. Iqbal kira tadi Azizah akan mempersulit dirinya.

Iqbal yang sudah mengutarakan keinginannya, teringat jika dia masih memiliki pekerjaan yang belum diselesaikan.

"Aku ke ruang kerja dulu bu, bapak ada pekerjaan yang harus Iqbal selesaikan malam ini" Iqbal berkata sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu tidak salah Iqbal? malam pengantin masih memiliki pekerjaan, apakah kamu tak dibeli libur untuk menikah oleh pihak kantor?" tanya Ria tak habis pikir dengan anaknya itu.

"Bukan seperti itu bu, Iqbal memang memiliki libur, tapi tetap saja Iqbal harus mengecek dokumen-dokumen yang dikirim pada Iqbal" jelasnya Iqbal tak mau ibunya dan bapaknya salah paham.

"Ibu dan bapak mengerti, kamu selesaikan dulu amanah yang kamu pegang, tapi jangan kamu lupakan istrimu dan istirahat"

"Ya bapak, Iqbal tinggal dulu kalau begitu" saat Iqbal hendak melangkah, Azizah membuka suara, mendengar Azizah yang bicara Iqbal kembali mengurungkan langkahnya.

"Mas biar aku buatkan kopi" tawar Azizah, yang  menunggu persetujuan dari Iqbal.

"Benar Iqbal biar Azizah buatkan kamu minum nak" sahut Ria saat melihat Iqbal tak langsung menjawab tawaran Azizah.

Iqbal memaksakan untuk tersenyum setulus mungkin dia tidak ingin menyakiti  perasaan ibu dan bapaknya, karena belum bisa menerima keberadaan Azizah sebagai istrinya.

Iqbal mengangguk sambil berkata. "Aku tak mau kopi, teh saja" ucapnya yang membuat senyum Azizah mengembang dibalik cadarnya.

"Baik mas" sahut Azizah dengan semangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!