Rumah baru

BIsmillahirohmanirohim.

Keesokan harinya Iqbal dan Azizah sudah bersiap untuk pindah rumah, Azizah sudah membereskan barangnya yang akan dibawa.

Sementara saat Azizah akan membereskan barang Iqbal, ternyata barang Iqbal sudah tersusun rapi semua di dalam koper, Azizah tak tau siapa yang sudah membereskan semua barang suaminya, padahal Azizah ingin membereskan nya.

Iqbal yang sudah terbiasa mandiri, melakukan semua pekerjaannya sendiri membuat Iqbal tak membutuhkan bantuan siapapun, biasanya jika Iqbal sibuk ibunya akan turut membantu walau hanya sekedar saja. 

Adanya Azizah tak merubah apapun bagi Iqbal, lagipula Iqbal belum bisa menerima Azziah, yang sudah menjadi istrinya.

Kini Azizah dan Iqbal sudah bersiap untuk pindah rumah, tak banyak barang bawaan yang mereka bawa, hanya ada 3 koper.

Satu koper milik Azizah yang memang belum dibuka sama sekali.

Heri dan Ria mengantar anak dan menantu mereka hanya sampai depan rumah saja.

Ria mengelus punggung Azizah dan Iqbal secara bergantian. "Hati-hati dijalan, kalau sudah sampai berikabar ibu sama bapak, Bal" pesan Ria.

Iqbal berbalik kesamping jadi menghadap ibunya. "Iya bu, lagi pula Iqbal dan Azizah hanya pindah rumah yang tak jauh dari sini" tutur kata lembut Iqbal pada ibunya mampu membantu Azizah sedikit lega.

Setidaknya walau Iqbal sedikit dingin jika berkomunikasi dengan dirinya, pada mertuanya baik-baik saja. 

Azizah sangat yakin jika suaminya itu orang baik.

Apalagi melihat interaksi Iqbal dengan ibunya yang amat sangat dekat, membuat Azizah semakin yakin, jika Iqbal dapat menyayanginya suatu saat nanti, sekarang ini Azizah hanya perlu berjuang, agar suaminya tak lagi bersikap dingin dengannya.

"Ingat Bal, disana jaga Azizah dengan baik" pesan Heri yang ikut membuka suara, Iqbal mengangguk untuk merespon bapaknya.

Azizah dan Iqbal menyalim Heri dan Ria secara berganti. "Kami pamit bu bapak, Assalamualaikum" ujar Iqbal setelah mencium tangan dan pipi ibunya.

Hal yang sama dilakukan Azizah, bukan karena meniru Iqbal, hanya saja Azizah sudah terbiasa untuk mencium Ria. "Assalamualaikum bu, bapak" ucap Azizah pula.

"Waalaikumsalam" sahut Heri dan Ria secara kompak.

Keduanya melepaskan Iqba dan Azizah dengan lapang dada, kali ini tanpa dibuat-buat Iqbal membantu Azizah memasukan kopernya kedalaman bagasi mobil. Setelah selesai barulah keduanya masuk kedalaman mobil secara bersamaan.

Tak ada sepatah katapun yang keluaran dari mulut mereka berdua. Azizah yang takut untuk memulai pembicaraan, karena Iqbal selalu bersikap dingin jika hanya ada mereka berdua.

Seperti saat semalam, ketika Azizah akan tidur, dia bingung karena tak melihat suaminya berada di dalam kamar, Azizah juga ingin tidur di kasur tapi merasa tak layak.

Akhirnya dia duduk di sofa yang memang sudah ada dikamar Iqbal, Azizah memang sengaja menunggu Iqbal, dia baru ingat jika sang suami sedang bekerja.

Sekitar 1 jam Azizah menunggu Iqbal kembali dari ruang kerjanya, sambil menunggu Iqbal, Azizah melakukan kegiatan bermanfaat.

Ketika Azizah sedang melantunkan ayat suci Al-quran, terdengar pintu kamar terbuka, Azizah cepat menaruh Al-quran nya setelah selesai, dia tau siapa yang masuk ke kamar pasti suaminya.

"Mas" panggil Azizah dengan suara lembut, saat Iqbal sudah masuk kedalam kamar.

Sayangnya Iqbal tak merespon ucapan Azizah. Dia menatap Azizah dengan dingin dan malas. "Aku akan tidur di ruang kerja, kamu tidurlah disini" ucap Iqbal dengan suara dinginya.

Setelah mengatakan itu pada Azizah, Iqbal berlalu mengambil bantal, lalu kembali keluar dari kamar.

Tanpa Iqbal sadari ucapan nya melukai perasaan Azizah. Azizah sadar diri jika dia dan Iqbal baru saling mengenal, tapi Azizah tak menyangka jika Iqbal akan bersikap dingin padanya.

Azizah tak sadar jika air matanya yang jatuh sudah membasahi niqabnya. Dengan cepat. Azizah mengelap air matanya,  seakan tersadar Azizah langsung beristighfar dan meyakinkan dirinya, pasti Iqbal suaminya akan menerima dirinya.

Jadilah malam pengantin itu, keduanya pisah kamar bukan lagi pisah ranjang, seharusnya malam itu, malam yang paling indah untuk mereka berdua, tapi Iqbal yang belum siap menerima Azizah. Membuat malam pengantin tersebut habar bagi Iqbal. Dan malam yang menyakitkan bagi Azizah.

Masih 10 menit lagi untuk Iqbal dan Azizah bisa sampai dirumah baru itu, sedari tadi tak ada obrolan yang keluar dari keduanya, Azizah yang terlalu takut untuk membuka pembicaraan, sedangkan Iqbal memang malas untuk berbasa-basi.

Sampai akhirnya Azizah mendengar Iqbal membuang nafas kecil saat mobilnya memasuki gang  yang hanya muat untuk dua kendaraan.

"Semua barang-barang di sana sudah lengkap, aku juga kemarin sudah menyuruh orang untuk membersihkan rumah itu" ucap Iqbal dengan dingin

Azizah hanya mampu menelan ludahnya saat mendengar suara dingin Iqbal. "Iy-a m-a-s" ucapnya terbata.

Setelah itu tak ada percakapan sama sekali yang keluar dari mulut Azizah maupun Iqbal, sampai akhirnya Iqbal memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah tingkat yang sederhana.

Saat melihat bagian depan rumah itu saja Azizah sudah menyukainya, karena desainnya yang tak terlalu mewah, tapi menakjubkan. Mungkin bagi Iqbal rumah itu tak terlalu mewah, tapi tidak bagi Azizah rumah tersebut sangat mewah.

"Aku sudah memikirkan ini sebelumnya, kamu tau apa tujuanku memilih pisah rumah dengan ibu dan bapak?" tanya Iqbal dingin pada Azizah, Azizah menggeleng karena memang dia tak tau apa-apa.

"Kita pisah kamar, di rumah itu ada 4 kamar, dua kamar dibawah dan dua lagi di atas, kamu terserah mau tidur dikamar mana saja, kamarku ada di lantai atas" sambung Iqbal saat hanya mendapatkan respon dari gerakan saja oleh Azizah.

Deg!  hati Azizah sangat sakit, dia baru tau jika tujuan suaminya minta pisah rumah, hanya karena tak ingin jika mertuanya tau sang suami belum bisa menerima dirinya.

Rasanya air mata Azizah sudah akan turun membasahi pipinya, sebisa mungkin Azizah menahan air matanya agar tidak tumpah saat itu juga.

"Ayo turun!" ajak Iqbal pada Azizah masih dengan suara dinginya. Iqbal tak tau jika saat ini istrinya itu sedang berusaha menahan tangisnya.

Lagi-lagi Azizah hanya mengangguk untuk merespon Iqbal, hal itu membuat Iqbal berdecak. "Kamu punya mulutkan jawab! Apakah karena niqab kamu itu, kamu tak bisa bicara" ujar Iqbal tak membentak namu suara dinginya mampu menusuk ke ruang hati Azizah

Deg! Yang tadi saja hatinya masih belum sembuh atas perlakuan sang suami, Iqbal kembali membuat hati Azizah terasa perih. Azizah tak tau apakah dia akan bertahan dengan sikap suaminya yang seperti itu.

Iqbal selalu bicara dengan nada dingin jika hanya ada mereka berdua. 

"Tidak mas, aku hanya sedikit tak sehat" ucap Azizah dia terpaksa berbohong, entah sadar atau tidak, saat Azizah mengatakan dirinya sakit dengan reflek Iqbal memegang kening Azizah.

Deg! Kali ini jantung Azizah hampir copot saat suaminya menyentuh keningnya begitu saja. Azizah sedikit tersenyum dia tau suaminya itu memiliki hati yang lembut.

"Ayo masuk bawa kopermu" ucap Iqbal kembali dingin saat dia sadar, karena memegang kening Azizah.

Azizah tersenyum dibalik niqab nya saat berjalan dibelakang Iqbal, mengingat hal baru saja terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!