Hari pernikahan

Bismillahirohmanirohim.

Menjadi seorang direktur benar-benar sangat menguras waktu yang Iqbal punya, satu hari lagi dia akan menikah Iqbal masih saja berkukut dengan pekerjaannya, yang semakin hari semakin banyak.

Tadinya Iqbal berubah pikiran dia ingin melihat lebih dulu calon istrinya, karena sibuknya Iqbal mengurus pekerjaannya sampai dia tak sempat melihat wajah calon istrinya, walaupun hanya untuk sekali saja sebelum menikah.

Menjelang hari H bahkan, Iqbal baru bisa akan melihat seperti apa perempuan yang akan menjadi teman hidupnya itu.  

"Huhhh" Iqbal menghembuskan nafas berat, berulang kali dia terus beristighfar agar hatinya bisa lapang menerima semua yang akan terjadi pada dirinya. "Bismillahirohmanirohim" ucap Iqbal pelan.

Kakinya melangkah masuk ke dalam masjid bersama orang tuanya, Iqbal akan dinikahkan di masjid.

"Itu calon istri kamu Bal" bisik sang ibu pada Iqbal, memberi tahu yang mana calon istrinya.

Iqbal tak langsung menanggapi ucapan ibunya, dia masih mencari yang mana calon istrinya yang dimaksud oleh ibu. "Apakah perempuan bercadar itu calon istriku?" Iqbal bertanya pada dirinya sendiri.

Seketika itu juga perasaan Iqbal menjadi kalut, dia memang menyerahkan urusan pasangan hidup pada kedua orang tuanya, tapi tak pernah sekalipun Iqbal berpikir dia akan menikah seorang wanita bercadar.

Iqbal mengira Ibu dan bapaknya akan menjodohkan dirinya dengan wanita biasa tak seperti sekarang yang Iqbal melihat, namun dia salah mengira, ada perasaan menyesal dalam hati Iqbal saat dia menolak untuk melihat wajah calon istrinya terlebih dahulu.

"Apakah seperti ini takdirku?" ucapnya entah pada siapa, Iqbal sudah duduk di depan penghulu yang akan menikahkan Iqbal dengan perempuan yang bahkan belum dia ketahui namanya.   

"Apakah saudara Iqbal sudah siap untuk mengucapkan ijab qobul?" tanya seorang bapak-bapak yang Iqbal yakin, bapak-bapak tersebut penghulu.

Iqbal tak langsung menjawab dia diam sejenak, sampai beberapa menit kemudian barulah Iqbal menangguk mantap tanda sudah siap, sebelum ijab kabul dimulai terlihat seorang menyodorkan kertas pada Iqbal.

"Itu nama calon istrimu" bisik Heri pada anaknya.

Iqbal terkekeh pelan, lucu bukan bahkan dia baru akan tau nama calon istrinya dari selembar kertas. "Nafisah Nur Azizah" gumun Iqbal.

"Nama yang lumayan bagus" batinnya, walaupun memuji nama calon istrinya, akan tetapi Iqbal tak tau kenapa rasanya dia belum siap menerima jika calon istrinya, yang berapa detik lagi akan sah menjadi istrinya, merupakan seorang wanita bercadar.

"Kita mulai saja acaranya, silakan jabat tangan saya nak Iqbal" instruksi pak penghulu.

Iqbal menjabat tangan penghulu itu begitu saja. Sambil mengambil nafas beberapa kali. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau Ahmad Iqbal dengan Nafisah Nur Azizah binti almarhum Mirzan, dengan maskawin tersebut tunai"

Deg! Iqbal lebih sangat kaget lagi kala mengetahui fakta baru bahwa sang istri merupakan seorang yang yatim, Iqbal tak tau apa yang ibu dan bapaknya inginkan, sehingga menikahnya dengan perempuan yatim.

"Saya terima nikah dan kawinya Nafisah Nur Azizah binti almarhum Mirzan dengan mas kawin tersebut tunai" Iqbal mengucapkan ijab kabul dengan sekali tarikan nafas saja.

"Bagaimana para saksi sah?"

"Sah"

"Sah" jawab saksi dari kedua belah pihak, setelah itu diikuti oleh seluruh orang yang hadir mengucapkan kata sah.

"Alhamdulillah" ucap pak penghulu. "Kalian berdua sudah sah menjadi suami istri sekarang" lanjut pak penghulu lagi, sambil melihat pada Iqbal dan Azizah secara bergantian.

Ria membantu menantunya agar bisa duduk disebelah anaknya Iqbal. "Silahkan cium punggung tangan suamimu nak" instruksi pak penghulu pada Azizah, tapi Azizah tak langsung melakukan yang diperintahkan oleh pak penghulu dia masih ragu.

"Tak apa Azizah dia sekarang suamimu, sudah sah kamu sentuh, dia mahrammu" kata pak penghulu lagi meyakinkan Azizah, setelah itu barulah Azizah berani mencium punggung tangan Iqbal, walaupun ragu dia tetap melakukah hal itu.

"Lelet" komentar Iqbal dengan cuek, tapi hanya Azizah duduk tepat di sebelahnya yang dapat mendengar ucapan Iqbal.

Deg! Entah kenapa hati Azizah terasa perih saat mendengar ucapan Iqbal, tapi dia  terus beristighfar dalam hati nya.

Iqbal dapat merasakan tubuh Azizah yang bergetar hebat, saat penghulu tadi menyuruh Iqbal untuk mencium kening Azizah. Walaupun ragu Iqbal melakukan semua yang disuruh oleh pak penghulu.

Disaat Iqbal mencium keningnya Azizah dapat mendengar jika Iqbal berdoa disana, mendoakan dirinya dan Iqbal sendiri.

"Engkau tau apapun yang terbaik untuk hambamu ini Ya Rabb, aku yakin dia orang yang akan menuntunku lebih dekat lagi dengan engkau Ya Rabb"

"Semoga aku bisa menerima kekurangan suamiku begitu juga dengan sebaliknya" doa Azizah dalam benaknya, dia merasakan air matanya yang mulai menetes. 

Setelah selesai dengan acara ijab sampai pemakaian cincin dan tanda tangan buku nikah Iqbal dan Azizah melakukan sungkem dengan orang tua. Tanap Iqbal sadari pak Feri, pria paruh baya yang merupakan presiden di kantornya hadir dalam  acara akad tersebut bersama istrinya.

Saat akan sungkeman dengan orang tua Iqbal dibuat semakin bingung, ketika tak melihat ibu mertuanya, Iqbal hanya bisa mengerutkan dahinya kala tak menemukan siapa yang dia cari.

"Ibu" ucap Iqbal bersimpuh di lutut ibunya.

Ria mengelus pundak sang anak dengan lembut. "Ibu pesan sama kamu Iqbal, perlakukan istrimu dengan baik, dia tanggung jawabmu sekarang jangan biarkan dia menderita bersamamu, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi hanya kita yang dia punya Iqbal, ingat selalu pesan ibu, Iqbal cintai dan sayangi istrimu" nasihat Ria, Iqbal hanya mengangguk.

Deg! Betapa kagetnya Iqbal mengetahui status istrinya sebagai yatim piatu. "Jadi dia seorang yang sudah tak memiliki siapa-siapa lagi? Dia yatim piatu?" batin Iqbal masih tak  percaya, tak percaya jika ibu dan bapaknya menjodohkan dirinya dengan seorang yatim piatu.

Setelah itu Iqbal beralih sungkem pada bapaknya dan Azizah pada Ria ibu Iqbal. "Ibu" ucap Azizah lembut yang membuat Iqbal menoleh padanya, suara lembut yang keluar dari mulut yang tertutup cadar itu, setelah sadar Iqbal langsung sungkem dengan bapaknya.

Saat sungkem dengan bapaknya Iqbal dapat mendengar percakapan ibu dan istrinya. "Ibu Zizah tak tau harus berkata apalagi pada ibu, Ibu selalu ada untuk Zizah, maaf jika zizah belum bisa membahagiakan ibu" ucapnya tulus, yang membuat Iqbal bingung dengan ucapan Azizah.

Iqbal dapat melihat istrinya itu menangis tersedu-sedu di pelukan sang ibu, Iqbaal merasa ibu dengan istrinya itu memiliki kedekatan yang sudah lama, bahkan mereka bukan terlihat seperti mertua dan menantu mereka lebih terlihat seperti ibu dan anak.

"Tidak nak, kamu mau menerima lamaran ibu untuk Iqbal saja, ibu sudah merasa bahagia" sahut Ria, sambil kembali memeluk menantunya yang sudah Ria anggap seperti anak sendiri.

Melihat Azizah sudah selesai sungkem dengan ibunya, Iqbal buru-buru menyelesaikan sungkem dengan bapaknya, karena Azizah juga akan melakukan hal yang sama, tentu saja Iqbal tak mau tertangkap basah karena memperhatikan Azizah. Sedari tadi saat Azizah sungkeman dengan ibunya.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

semoga samawa ya iqbal& azizah😊

2022-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!