Masalah di kantor

Bismillahirohmanirohim.

Tio kembali menertawakan Citra, karena perempuan yang selalu saja memamerkan jabatannya itu kini mendapatkan balasan yang setimpal, Citra selalu saja sok berkuasa padahal dia hanya seorang manajer, karena  jabatannya dia dapat dari ayahnya, yang merupakan sahabat pak Firman.

"Aduh mbak mau nyekolahin mulutnya dulu ya? Selamat ya mbak semoga juara dah" ucap Tio dengan lantang pada Citra.

"Awas kamu ya Tio!" kesal Citra dia mantapa Tio dengan tajam.

"Ingat ya mbak, sekarang masih dalam hukuman, kalau mau lolos dari hukuman jangan berani macam-macam" peringat Tio.

Karena Tio resepsionis jadi dia bisa dengan mudah melihat Citra dan Olive yang akan dikirim ke papua dan Kalimantan hari ini juga. Tio sangat puas karena orang seperti Citra itu sudah tidak akan menganggunya lagi, dia sudah bosan bolak-balik keruangan pak Firman hanya karena para karyawan seperti Citra dan Olive yang tidak bertanggung jawab.

Setelah pengumuman tadi, para karyawan sudah kembali ke ruang kerja mereka masing-masing termasuk Iqbal. Saat masuk ke ruang kerjanya Iqbal melihat Azizah sudah terlelap di atas sofa, yang ada di ruang kerja Iqbaal.

Iqbal mendekati Azizah yang tertidur di sofa. "Kamu kayaknya capek banget ya dek" usapan lembut Iqbal berikan pada kening Azizah.

"Maafkan mas meninggalkan kamu sendiri disini, sampai kamu ketiduran pula" ucap Iqbal lagi, kali ini dia menggendong Azizah untuk dia bawa ke kamar yang ada di ruangan Iqbal.

Iqbal memang mendapatkan ruang khusus, di ruangan Iqbaal semuanya sudah lengkap termasuk kamar dan kamar mandi juga sudah ada disana.

Iqbal tak merasa keberatan saat menggendong tubuh Azizah, sampai di dalam kamar dengan hati-hati Iqbal meletakkan Azizah di kasur, Iqbal tidak mau membangunkan istrinya yang sudah terlelap.

Iqbal tahu pasti Azizah tidur saat ada kumpulan mendadak di kantornya, Iqbal juga tahu jika Azizah tidur setelah menunaikan sholat dzuhur, karena Azizah masih mengenakan mukena saat tidur.

Sebelum Iqbal akan ikut kumpulan sebentar tadi, Azizah memang menanyakan lebih dulu pada Iqbal apakah ada mukena dan dimana arah kiblatnya, karena waktu dzuhur sudah akan masuk. 

"Tidur yang nyenyak ya dek" ucap Iqbal sambil membantu membukakan mukena yang masih melekat ditubuh Azizah.

Dengan perlahan tapi pasti, akhirnya Iqbal berhasil membuka mukena yang Azizah kenakan, setelah itu Iqbal juga membuka kaus kaki yang Azizah pakai, tak lupa kerudungnya juga. 

Setelah selesai barulah Iqbal meninggalkan Azizah dikamar sendiri, karena dia belum menunaikan sholat dzuhur.

Azizah benar-benar tidak terganggu sekali saat Iqbal membuka mukenanya dan menggendongnya masuk ke dalam kamar, malah tidur Azizah semakin nyaman saat itu.

Iqbal melaksanakan sholat dzuhur di runganya, setelah selesai dia kembali bekerja. Iqbal harus menandatangani banyak dokumen yang diserahkan kepada dirinya.

"Siapa yang membuat dokumen ini?" tanya Iqbal memastikan, rahangnya mulai mengeras, rasanya ingin saat ini juga Iqbal menerkam laki-laki yang ada didepanya ini, sudah membawa dokumen tanpa dibaca dulu isinya, atau bahkan semua ini memang disengaja. 

Laki-laki yang ada didepan Iqbal itu merinding saat melihat Iqbal begitu marah, untuk pertama kalinya atasanya ini bertanya dengan nada marah.

Tubuhnya sedikit bergetar karena takut saat melihat Iqbal marah dengan muka yang menyeramkan.

"Maafkan saya direktur Iqbal saya tidak tahu siapa yang sudah membuat dokumen itu, saya hanya diperintahkan untuk membawa dokumen tersebut, lalu meminta tandatangan direktur" jelsnya dengan perasaan takut.

Iqbal membanting dokumen itu kemeja. "Dan kamu tidak membaca apa ini dokumen yang diberikan padamu? Bukankan kamu ketua pemeriksa!" sentak Iqbal.

Iqbal tidak ingin marah pada laki-laki didepannya ini, tapi mau bagaimana lagi, dia sebagai ketua tim pemeriksa tidak konsisten dengan pekerjaannya.

"Katakan saja siapa yang menulis dokumen ini, jangan pura-pura tidak tahu!" dengus Iqbal, menurutnya semua ini sudah keterlaluan.

Bagaimana bisa sebuah dokumen yang bukan isinya tengah hal pekerjaan bisa masuk kedalam dokumen lain. Apalagi isi didalam dokumen itu adalah hal-hal yang tidak senooh, Iqbal tahu ada yang sengaja menyelinapkan dokumen tersebut.

Iqbal sangat yakin jika orang dalam lah yang melakukan semua itu. Laki-laki yang ada dihadapan Iqbal tak bernai menjawab.

"Baiklah jika kamu tidak mau berkata jujur, maka aku akan mengadakan pemeriksaan pada semua anggota pemeriksa dan jajarnya, jangan harpa kalia yang telah melakukan ini bisa lolos" putus Iqbal, laki-laki tadi masih tak mau membuka suara.

"Kumpulkan semua anggota pemeriksa diruang mitteng 15 menit lagi aku akan pergi ke ruang mitteng" suruh Iqbal pada laki-laki yang bernama Beno, tertera diedicardnya.

"Ba-ik di-rek-tur Iqbal" ucapnya dengan ragu, tapi dia tak kunjung beranjak dari tempat duduknya.

"Kenapa kamu masih diam saja disini!" sentak Iqbal membuat Beno kaget.

"Sebelumnya aku sudah memberikan keringanan padamu, tapi kamu sendiri tidak mau jujur, jadi terima akibatnya, jika kamu juga termasuk dalam komplotan ini" tegas Iqbal, dalam kata-katanya saja sudah tidak ada toleran untuk orang yang bersalah.

Iqbal sudah beberapa kali mengalami hal seperti ini, jika terus dibairkan saja maka akibatnya akan menjadi-jadi, maka dari itu Iqbal sebagai direktur utama harus mengambil langkah yang tepat.

"Aku akan segera memberi tahu mereka semua" ucap Beno dengan pasti.

Setelah itu Beno benar-benar pergi meninggalkan ruangan Iqbal, setelah berpamitan pada Iqbal, Iqbal masih bisa menahan diri untuk tidak mengamuk.

"Mas" panggil Azizah dengan suara khas bangun tidurnya.

Tidurnya tergannggu saat mendegar suara Iqbal yang mengerikan bagi Azizah, dia saja yang baru pertama mendegar suara Iqbal marah merasa merinding. Apalagi orang yang Iqbal bentak tadi, pikir Azizah.

Iqbal menoleh kepintu kamar yang ada diruangnya.

"Iya dek" sahut Iqbal, sambil berjalan mendekati Azizah.

"Bagimana tidur kamu nyenyak?"

Iqbal menuntun istrinya agar duduk disofa. "Apa yang terjadi mas?" Azizah tak menjawab pertanyaan suaminya, dia balik bertanya entah kenapa suara suaminya yang tadi dia dengan begitu marah, sangat menganggu pikiran Azizah.

"Apakah istri mas ini bangun, karena suara suaminya yang begitu keras tadi?" Iqbal memastikan terlebih dahulu, Azizah mengangguk karena memang seperti itu kenyaatanya.

"Kalau begitu maafkan mas, mas tidak berniat menganggu tidurmu" sesal Iqbal.

"Tidak apa mas, ceritakan saja apa yang terjadi" pinta Azizah memohon.

"Mas akan ceritakan semuanya oke, tapi setelah mas selesai metting, mas harus mengadakan mitteng dulu, kamu mas tinggal tak apa dek?" ujar Iqbal merasa tidak enak.

Azizah tidak ingin egosi dia tahu jika saat ini suaminya masih dalam waktu bekerja, maka Azizah membiarkan Iqbal untuk metingg terlebih dahulu, Azizah yakin ada hal penting yang akan dibahas.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

hati2 thor,typo.

2022-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!