Pisah kamar

Bismillahirohmanirohim.

Sampai di dalam rumah Azizah tidak lagi melihat keberadaan Iqbal disana. Azizah menatap lantai atas. 

Dia yakin jika suaminya sudah berada di kamar atas, seperti apa yang Iqbal katakan tadi. Jika kamarnya ada dilantai atas.  

"Mungkin mas Iqbal sudah ke kamarnya" ucap Azizah pada diri sendiri. Entah mengapa ada rasa sesak saat dirinya berkata.

"Lebih baik aku bereskan bajuku dulu dikamar" putus Azizah setelahnya dia berlalu masuk ke kamar yang ada dibawah.  

Azizah memilih kamar bawah, karena dia tahu jika suaminya itu berusaha untuk menghindarinya.

"Kamu pasti bisa Azizah, kamu pasti bisa!" Azizah menyemangati dirinya sendiri.

"Mungkin belum waktunya kamu bahagia, jangan menyerah dengan pernikahanmu Azizah, ini baru permulaan. Jika kamu menyerah sekarang lalu apa artinya 22 tahun hidup dengan rasa sakit, tanpa memiliki kedua orang tua"

Azizah meratapi nasibnya sendiri selama ini, ditinggal kedua orang tua untuk selama-lama nya dari umur 1 tahun, membuat hidup Azizah sangatlah sulit.

Suatu keajaiban bagi Azizah bisa bertemu dengan orang tua Iqbal, dan menyayangi dirinya seperti anak sendiri.

Sampai suatu hari Ria mengatakan pada Azizah ingin menikahkan dirinya dengan Iqbal putranya. "Ibu harap, suatu saat nanti ibu memiliki menantu seperti dirimu Azizah" ucap Ria sungguh-sungguh saat itu.

Azizah hanya bisa tersenyum. Tapi tak lama setelah itu, Heri dan Ria kembali menjumpai Azizah untuk meminangnya.

"Azizah ada hal penting yang ingin ibu dan bapak katakan" ujar Heri saat itu, ketiganya sedang makan bersama di rumah sederhana milik Azizah sendiri.

"Ada yang ingin bapak dan ibu sampaikan?" bingung Azizah saat melihat gelagat aneh dari kedua orang yang sudah dia anggap seperti orang tau sendiri.

Azizah dapat melihat Ria yang ragu untuk berbicara, tapi setelah itu Ria benar-benar mengucapkan maksudnya. "Azizah ibu sudah mengatakan bukan padamu, jika ibu ingin sekali memiliki menantu seperti dirimu" ucap Ria.

"Iya ibu, tapi apa masalahnya?" karena penasaran akhirnya gadis yang selalu menjaga diri dari hal-hal yang tidak dibolehkan dalam agama nya, termasuk berduaan dengan yang bukan mahramnya akhirnya bertanya.

Ria membuang nafas kecil. "Tujuan ibu dan bapak kesini bukan hanya mengunjungi Azizah saja, tapi ada hal lain. Ibu dan bapak mau melamar Azizah untuk anak ibu Iqbal" tutur Ria sungguh-sungguh.

Deg! umur 23 tahun membuat Azizah belum terpikirkan untuk menikah, tapi melihat tatapan yang terpancar dari kedua bola mata Ria membuat Azizah, tak mampu untuk menolak lamaran ini.

Bukan karena teringat begitu banyaknya Ria dan suami membantu Azizah, tapi Azizah yang tak tega melihat Ria menjatuhkan air matanya nya.

Tak tau apa sebabnya Azizah akhirnya menerima lamaran itu dan menyetujui perjodohan yang dilakukan Ria dan Heri pada dirinya.

Di Kamar Azizah, dia masih menangis tanpa suara meratapi nasibnya saat ini, Azizah tak sadar jika dirinya belum menutup pintu kamar.

Iqbal yang lewat depan kamar Azizah, tak sengaja melihat punggung Azizah bergetar, Azizah yang menghadap di depan lemari jadilah hanya punggungnya yang dapat dilihat oleh Iqbal, Iqbal dapat melihat semua dengan jelas, karena pintu sedikit terbuka dengan lebar. 

"Sabar Azizah, jangan menangis ayolah kenapa kamu sekarang berubah cengeng" keluhnya pada diri sendiri.

Azizah yang sudah tak menangis lagi akhirnya kembali melanjutkan kegiatannya memasukan baju didalam lemari yang belum selesai.

Azizah tak menyadari keberadaan Iqbal didepan pintu kamarnya, saat Azizah berbalik, karena telah menyelesaikan pekerjaanya betapa kagetnya dia melihat Iqbal sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Mas Iqbal" ucap Azizah yang menyadarkan Iqbal.

"Hmmm, kalau sudah ke ruang makan aku sudah pesankan makanan" ucap Iqbal dingin, dia berusaha bersikap biasa saja. Dengan semangat Azizah mengangguk.

"Aku penasaran seperti apa wajahmu" batin Iqbal.

Iqbal ingin melihat wajah Azizah, rasa penasaran tentu saja terus menghantui Iqbal, ingin rasanya dia melihat wajah istrinya sekarang juga. 

Namu egonya lebih besar dari apapun, rasa tak percaya Iqbal akan menikah dengan wanita bercadar membuat dirinya mengalahkan semua yang dia inginkan termasuk melihat wajah Azizah secara langsung. 

Setelah selesai membereskan semua bajunya, barulah Azizah menyusul Iqbal di ruang makan.

Sampai disana Azizah melihat dua jenis makanan yang tersaji, yang membuat Azizah merasa lesu, ketika melihat Iqbal sudah makan lebih dulu, Azizah mengira Iqbal akan menunggunya ternyata tidak.

"Duduk apa kamu tak pegal berdiri terus disitu" ucap Iqbal dingin, tanpa melihat Azizah.

Azizah tak ingin membuat Iqbal merasa kesal, dia cepat menghampiri Iqbal yang sedang menyantap makanannya.

"Makan" suruh Iqbal, saat Azizah sudah duduk di kursi.

"Iya mas" sahutnya dengan nada pelan.

Azizah tak mau mendengar kata-kata yang menyakiti hatinya kembali keluar dari mulut suaminya itu.

"Mas biar nanti Azizah bantu bereskan semua barang-barang mas Iqbal" tawarnya pada Iqbal, Azizah sangat berharap Iqbal menyetujui tawarnya.

"Tak usah aku sudah membereskan semuanya" jawab Iqbal dengan cuek.

"Aku sudah selesai, aku akan ke kamar masih ada dokumen yang harus aku periksa" tanpa menunggu jawaban dari Azizah, Iqbal pergi berlalu begitu saja.

Melihat hal itu Azizah mengelus dadanya. "Sabar Zizah, sabar ini belum ada apa-apanya" ucap Azizah pada diri sendiri.

Setelah selesai menghabiskan makannya Azizah segera membereskannya.

Sudut bibir Azizah yang tertutup niqab itu pun terangkat saat melihat piring bekas makan Iqbal belum dibereskan. Dia merasa senang artinya Iqbal masih menganggap dirinya ada.

"Dari hal kecil, ya lakukan dari hal-hal kecil Azizah, bantu suamimu menyiapkan segala kebutuhanmu" ucapnya pada diri sendiri.

Azizah selalu menyemangati dirinya. Lalu Aziza teringat jika tadi Iqbal berkata akan menyelesaikan pekerjaannya.

"Aku akan membuatkan mas Iqbal minum" putusnya.

Setelah Azizah membersihkan bekas piringnya dan Iqbal, Azizah segera membuat teh hangat untuk Iqbal, tak perlu waktu lama teh yang Azizah buat sudah jadi.

Dengan langkah ragu Azizah menaiki anak tangga untuk mengantar minum itu pada Iqbal. Melihat kamar Iqbal tak tertutup Azizah memberanikan diri untuk masuk.

Azizah dapat melihat Iqbal yang sedang berperang dengan laptopnya, dengan seribu keberanian Azizah mendekati Iqbal.

"Mas ini minumnya" mendengar suara Azizah Iqbal menoleh.

"Terima kasih" ucapannya cuek. "Kamu istirahatlah, aku tak mau nanti kamu sakit dan ibu menyalahkanku nantinya" sambung Iqbal lagi dengan nada dingin.

"Iya mas, selamat malam" Azizah berlalu dari kamar Iqbal.

Beberapa kali Azizah membuang nafas kecil, setidaknya Iqbal tak berlaku kasar pada dirinya. Sudah membuat Azizah merasa lega.

"Aku yakin dengan semua takdirmu Ya Rabb, hanya sknario Engkaulah yang paling indah, siapapun tak dapat membuat sknario seindah yang Engkau buat" ucap Azizah dalam benaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!