Keributan ditempa kerja

Bismillahirohmanirohim.

Hari ini Azizah berniat mengantar

 makan siang untuk suaminya di kantor. Azizah ingin membuat kejutan untuk Iqbal. 

Iqbal memang sudah memberi tahu Azizah dimana tempatnya bekerja, dan apa jabatanya, Iqbal Juga memberitahu Azizah gajinya.

Tidak ada sedikitpun yang Iqbal rahasiakan dari Azizah, semua dia katakan pada Azizha. "Sudah selesai" ucap Azizah senang.

"Pasti mas Iqbal bakal senang aku bawain makan siang" ucap Azizah.

Setelah beres menyiapkan bekal untuk suaminya, Azizah segera bersiap, dia mengganti bajunya terlebih dahulu, tak lupa Azizah mengenakan niqabnya saat akan keluar rumah.

"Nanti gimana ya reaksi mas Iqbal, saat aku ke kantornya bawain makanan, pasti mas Iqbal akan senang" ucap Azizah pada diri sendiri.

Azizah sudah tidak sabar untuk melihat reaksi pertama suaminya, saat tahu jika dia menemui Iqbal saat makan siang.

Setelah selesai mengemas semua barang yang akan Azizah bawa, dia segera pergi keluar rumah.

Tak lupa Azizah mengunci rumahnya dulu. "Bismillahirohmanirohim" 

"semoga mas Iqbal senang" Azizah melangkah untuk mencari taksi menuju, kantor tempat suaminya bekerja.

Tidak susah untuk mendapatkan taksi di sekitar tempat mereka tinggal, karena banyak taksi yang masih wira-wiri, saat masuk ke dalam taksi, Azizah merasa lega karena mendapat supir taksi perempuan..

"Kemana mbak?" tanya supir taksi dengan ramah.

"Jalan anggrek raya mbak" siapa yang tidak tahu jalan anggrek raya itu tempat apa, jalan anggrek raya itu merupakan tempat kawasan elit, dan perusahaan ternama ada di kota itu.

"Baik mbak" 

Sekitar 30 menit akhirnya sopir taksi tadi memberhentikan lajunya tempat di jalan anggrek raya.

Setelah membayar ongkos, Azizah segera turun dari dalam taksi, tak lupa Azizah mengucapkan terima kasih pada supir taksi tadi.

Azizah membaca kembali alamat yang diberikan oleh suaminya beberapa hari yang lalu. "Masyaallah, besar sekali kantornya" ucap Azizah yang begitu takjub pada tempat suaminya bekerja.

Tentu Azizah tahu jabatan suaminya di kantor itu, Iqbal sudah memiliki posisi sebagai direktur ternama, walaupun jabatanya sudah sangat tinggi, tak pernah sekalipun Iqbal berlaga pada bawahannya.

Karena Iqbal sadar semua orang punya porsinya masing-masing, dia juga tidak menyombongkan diri atas jabatannya, lagi-lagi karena Iqbal tahu semua yang dia miliki hanyalah titipan.

Tinggal bagaimana kita mengelola titipan itu, apakah kita bisa menjaganya dengan amanah, atau malah kita memanfaatkan untuk hal yang tidak baik, semua itu kembali pada orangnya masing-masing.

Azizah berjalan menuju resepsionis. "Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya seorang resepsionis cowok dengan ramah pada Azizah.

"Saya ingin bertemu dengan pak Iqbal" ujar Azizah sopan pula, seorang perempuan yang tak sengaja mendengar ucapan Azizah menghampirinya dengan angkuh.

"Hei, wanita aneh berani sekali kamu ingin bertemu dengan direktur Iqbal, memangnya kamu siapa?" maki perempuan itu.

Azizah tak menjawab, dia hanya mengelus dadanya untuk bersabar. Resepsionis laki-laki itu menatap Azizah dengan perasaan iba.

Dia tahu siapa perempuan yang baru saja memakai Azizah, dia adalah salah satu manajer kepercayaan perusahaan tempatnya bekerja.

Semua orang sudah tahu jika Citra salah satu perempuan yang tergila-gila dengan Iqbal, bahkan bukan hanya Citra di perusahan tempat Iqbal bekerja, ada beberapa perempuan yang bersaing untuk mendapatkan Iqbal, tapi tak pernah satupun dari mereka Iqbal lirik.

"Maaf mbak sebelumnya, apakah sudah memiliki janji dengan direktur Iqbal?" tanya resepsionis itu dengan sopan, dia tidak mau terjadi keributan disini.

Nanti berujung dirinya lagi yang mendapat teguran dari atasan, karena tidak becus bekerja, dari beberapa perempuan yang menyukai Iqbal Citra dan Olive lah yang paling sering membuat masalah.

"Saya tidak memiliki janji" ucap Azizah ragu.

"Hei, perempuan aneh, sudah tidak punya janji kok masih ingin bertemu, ingat harga diri mbaknya, udah pake baju kayak gitu masih tidak tahu malu" Citra kembali memakai Azizah.

Citra menatap Azizah dengan tatapan tidak sukanya. "Tolong ya ibu Citra, jangan rusak nama baik perusahaan kita, hanya karena mulut ibu yang tidak pernah disekolahkan itu" ujar mas-mas resepsionis merasa geram sendiri dengan kelakuan Citra.

Citra mendengus kesal, karena dia mendapat teguran dari resepsionis yang sangat terkenal galaknya, jika sudah marah. Padahal resepsionis itu masih muda.

"Ada apa ini ribut-ribut?" seorang laki-laki paruh baya menghampiri mereka.

Citra dan resepsionis yang bernama Tio terlihat dari name tagnya itu mengangguk tanda hormat pada laki-laki paruh baya yang menghampiri mereka.

Laki-laki paruh baya itu juga mengangguk untuk merespon. "Ini pak-" ucap Citra terpotong karena Tio lebih dulu bersuara.

"Jadi begini pak Firman, mbak ini ingin bertemu dengan direkrut Iqbal, tapi dia belum memiliki janji dengan beliau" jelas Tio, sambil melirik Citra dengan tajam.

Firman memperhatikan Azizah, dia seperti mengenali perempuan di hadapannya ini. "Biarkan dia masuk" ujar Firman setelah mengenali siapa perempuan di balik cadarnya itu.

Mendengar ucapan Firma tentu saja membuat Citra tidak terima, sementara Tio tertawa dalam hatinya mengejek Citra.

"Tapi pak Firman, bapak tidak curiga dengan perempuan seperti ini" ucap Citra sambil menatap Azizah dari atas sampai bawah. "Siapa tahu dia ada niat jahat dengan perusahaan kita" sambung Citra lagi, dia berusaha untuk memojokan Azizah.

"Tolong jaga bicara kamu Citra! Saya sudah beberapa kali memperingati kamu, apakah kamu sudah bosan bekerja di perusahaan saya" ucap Firman penuh penekanan.

"Belajar dari kesalahan kamu Citra! Jangan terus-terusan membuat masalah, saya tidak membutuhkan karyawan seperti kamu, bisa saja saya memecat kamu sekarang juga, karena tidak memiliki sopan santun, tapi saya masih menghargai bapak kamu" ucap Firman penuh penekanan.

Lagi-lagi Tio tertawa puas dalam hatinya, karena melihat Citra perempuan sok berkuasa itu dimarahi oleh pemilik perusahaannya langsung. Apalagi Tio bisa melihatnya secara langsung.

Sementara Azizah, sedari tadi hanya terdiam, tak berani ikut campur. "Saya mengenali perempuan ini, ikut paman Azizah" ucap Firman yang membuat Citar tercengang. Tio juga meras heran.

Tapi membuat Azizah bingung, pama? Bukankah dia tidak memiliki paman, tapi Azizah sepertinya mengingat sesuatu. 

Tio tertawa terbahak-bahak saat Firman dan Azizah sudah pergi. "Makanya mbak kalau punya mulut dijaga, atau mau saya sekolahin dulu" tawar Tio.

Citra yang merasa kesal pergi begitu saja tanpa memperdulikan Tio yang menertawai dirinya. 

"Maaf lancang pak, apakah bapak mengenal saya?" tanya Azizah dengan ragu, dia berjalan dibelakang Firman.

"Apakah kamu tidak mengenaliku lagi Zizah?" tanya Firman memastikan.

Azizah berpikir sejenak dia memang merasa mengenali laki-laki paruh baya di depannya ini, tapi dimana? Siapa?

Firman membiarkan Azizah berpikir, sampai dia melihat Azizah seperti mengingat sesuatu. "Paman Firman" ucap Azizah sambil mencium punggung tangan Firman.

"Alhamdulillah kamu mengingat pamanmu ini nak" ujar Firman mengusap kelapa Azizah yang tertutup hijab dengan lembut.

"Bagaimana kabar bibi dan pama?" tanyanya.

"Alhamdulilah ndok" 

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

semangat thor, semoga semakin teliti.
banyak typo soalnya.

2022-12-28

1

Merpatiindah

Merpatiindah

typo ya kak

2022-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!