Dear, Dolls!
~Kabut putih yang menghalangi sinar mentari..
Menutupi pandangan mata, dari segala..
Sesaat saja muncul ilusi di depan diri..
Bayang masa lalu pun datang..
Mewujud dalam kabut nyata..~
(Ini adalah lirik lagu ciptaan Mel yang rasanya pas banget untuk nuansa horor dalam novel ini. Soal nya nada nya melow dan dinyanyiin pake suara yang dalam. Bayangin aja kalau kita ada di tengah hutan berkabut sendirian. Gak ada yang bisa dilihat, selain kabut, kabut dan kabut saja.. semoga berkesempatan untuk memperdengarkan nya nanti..aamiin..)
***
"Em, udah denger belom?" Susi menowel lengan Emma.
Emma Chisela, yang akrab disapa dengan nama Em atau Emma, adalah putri tunggal pasangan Kimanto dan Retno. Sayang nya ayah Emma dikabarkan telah tiada bersama berita kapal nya yang karam saat pergi berlayar. Kejadian nya saat Emma kelas 4 SD.
Sejak saat itu lah Retno mengurus Emma seorang diri dengan berjualan cemilan anak-anak di depan Sekolah Dasar.
Usaha kecil yang mampu menghidupi kehidupan mereka berdua hingga Emma lulus SMA. Bahkan hingga Emma selesai menempuh pelatihan khusus menjadi seorang nanny/pengasuh profesional.
Saat ini, usia Emma sudah menginjak umur 20 tahun. Dengan wajah manis khas Suku Jawa, serta rambut panjang yang selalu ia kuncir kuda di belakang kepala, penampilan Emma selalu mampu menyegarkan mata siapa pun yang melihat nya.
"Dengar apa, Sus?" Sahut Emma.
Saat ini ia sedang membaca novel horor dengan smartphone milik nya di kamar. Sudah dua bulan ini Emma menganggur kerja.
Tempat kerja terakhir nya adalah mengurusi seorang lansia. Ia di PHK setelah nenek yang dirawat nya itu telah meninggal dunia. Dan itu sudah dua bulan yang lalu terjadi.
Hingga kini, hanya Susi lah satu-satu nya teman di tempat pelatihan nanny dulu yang masih sering berkunjung ke rumah Emma.
Seperti pada sore hari yang cerah itu, saat Emma tiba-tiba kedatangan Susi yang baru saja pulang kerja.
"Kata nya ada film horor seru loh tayang di Twenty One. Nonton, Yuk!" Ajak Susi.
Mendengar ajakan Susi, perhatian Emma pun seketika terfokus pada teman nya itu.
Emma dan Susi memang sama-sama penyuka cerita horor. Jadi mereka berdua sering hunting film horor dan membahas nya sampai tuntas habis.
"Judul nya apa?" Emma bertanya.
"Boneka ku, Sayang.. recommended banget sih katanya," bujuk Susi.
"Ceritanya tentang boneka yang bisa hidup karena ada arwah di dalam nya. Yang bikin ngeri, boneka nya tuh dirasukin sama arwah psiko gitu!" Imbuh Susi lebih lanjut.
"Beneran bagus gak, tuh?" Tanya Emma sangsi.
"Ya kita lihat dulu aja. Aku yang traktir deh!" Bujuk Susi.
"Tahu deh yang habis gajian. Yaudah. Kapan nih kita cabut?" Emma berguling dari atas kasur hingga ia pun kini rebahan menyamping sambil menghadap Susi. Lengan nya ia jadikan tumpuan bagi kepala nya.
"Sekarang aja yuk! Mumpung masih sore.."
"Siipp lah! Bentar ya, aku mau mandi dulu. Kamu mau mandi juga gak?"
Emma bangkit dan menawarkan handuk nya ke arah Susi.
"Enggak deh. Nanti juga gerah lagi," tolak Susi.
"Dih.. di bioskop kan pake AC. Jadi mana ada gerah lah, Non.." cibir Emma.
"Kayak gak tahu aku aja sih, Emm. Kalau nanti film nya beneran serem, aku kan suka keluar keringat dingin gitu.. nanti mesti mandi lagi kan? Jadi aku mandi nya pas pulang nonton aja lah!" Papar Susi beralasan.
"Terserah deh. Tapi sedia aja ya parfum nya, Non. Biar aku gak disangka belum mandi pas lagi jalan sama kamu! Hihihi.."
"Dasar! Udah sana cepetan mandi! Keburu maghrib lagi nanti!" Susi buru-buru mengingatkan Emma.
"Kita sama-sama lagi M ini. Jadi mau bablas maghrib juga gak apa-apa lah, Sus.. Yaudah. Tunggu bentar ya Non.."
***
Selesai mandi, Emma dan Susi langsung pergi ke bioskop di mall. Letak nya sekitar setengah jam dari rumah Emma.
Selama hampir dua jam menonton, Emma dan Susi benar-benar merasakan kengerian menyaksikan film "Boneka ku Sayang".
Dan perkataan Susi tentang keringat dingin itu sungguh terjadi.
Keduanya bahkan mengabaikan popcorn dan stik kentang yang mereka beli untuk cemilan menonton. Jadi ketika film selesai diputar, cemila ln yang mereka beli itu masih utuh tak tersentuh.
"Ya ampun! Asli ini sih film horor terhoror yang pernah aku lihat! Nih pegang deh tangan ku, Emm! Keringet dingin nya banyak banget!" Seru Susi saat keduanya berjalan keluar dari ruang bioskop.
"Gak mau. Itu tangan pasti lah gak higienis. Kamu kan belum.."
Belum selesai Emma berkata, ketika seseorang di belakang mereka memanggil nama nya.
"Emma! Susi! Kalian habis nonton juga?"
Emma dan Susi pun langsung berbalik. Mereka kemudian melihat rekan mereka di pelatihan para nanny dulu. Gadis cantik dengan penampilan modis, yang juga adalah pesaing terberat Emma saat ketiga nya nya masih duduk di bangku SMA dulu. Mei Chan.
"Mei.." gumam Emma.
"Mei.. habis nonton juga?" Susi menyapa Mei Chan.
"Iya nih. Sama boy friend ku.. dia lagi ke toilet," jawab Mei Chan dengan ceria.
"Ooh.. lho? Bukan nya kata nya Beny ke Australi ya? Udah pulang gitu?" Tanya Susi pada Mei Chan.
"Aku udah putus sama Beny. Gak mau lah aku LDR LDR an. Bisa-bisa makan hati dan kesepian nanti aku.." celoteh Mei dengan mulut sedikit merengut.
Susi dan Emma bertukar pandang. Benak kedua nya kompak memikirkan satu hal yang sama.
'Ganti pacar baru lagi..?'
"Oh.. gitu. Jadi sekarang kamu pacaran sama siapa, Mei?" Susi kembali bertanya kepo.
Emma menyikut pinggang teman nya itu.
'Perlu banget sih nanya-nanya. Yang ada habis deh waktu kita dengerin omongan nya Mei yang ngalor-ngidul!' benak Emma mendumel sendiri.
"Sama Rio!" Jawab Mei dengan wajah yang kembali ceria.
"Rio.. Rio teman nya Beny itu?!" Tanya Susi minta diyakinkan.
"Iya. Aku tuh ternyata cocok juga sama Rio. Gak nyangka juga sih. Mau gimana lagi dong, kalau udah chemistry kan susah juga ya nolak cinta yang datang.." tutur Mei Chan dengan mata berbinar-binar.
Emma serasa ingin muntah jadi nya. Setiap kali berbicara tentang boyfriend nya, Mei Chan langsung berubah jadi pujangga cinta sejati.
Tapi itu tak membuat Emma merasa kagum pada gadis cantik di hadapan nya itu. Terlebih saat Emma pernah mendapati Mei Chan bercumbu mesra dengan Reno, pacar pertama Emma dulu.
Tanpa basa-basi, Emma langsung menarik tangan Susi untuk mengajak nya segera pergi.
"Balik, yuk. Udah ngantuk nih!" Ajak Emma tiba-tiba.
"Hah? Oke.. "
"Sebentar Em, katanya kamu masih nganggur ya? Udah nemu kerjaan yang baru belum? Kalau belum, aku dengar ada lowongan kerja loh," Mei Chan tiba-tiba mengajak obrol Emma.
"Iya. Udah ya. Kita mau balik dulu nih. Udah malem soal nya.." elak Emma dengan wajah dibuat mengantuk.
Malas benar rasanya bila harus berbincang dengan Mei Chan lebih lama lagi.
"Ehh, Emm! Aku beneran nih ngasih info nya. Sebentar, sebentar! Aku punya kok nomor kontak nya. Kerjanya gampang. Cuma dua anak balita aja. Gaji nya lumayan di atas lima jeti kalau gak salah," imbuh Mei Chan sambil terburu-buru mengeluarkan sesuatu dari tas bahu nya.
Tak lama kemudian Mei Chan mengulurkan sebuah kartu nama pada Emma. Yang diterima Emma dengan setengah hati.
"Coba kontak aja deh, Emm. Siapa tahu cocok sama kamu. Kalau aku lagi nganggur sih aku juga mau kerja di situ. Hari gini, jarang banget kan gaji nanny di atas lima jeti. Kecuali anak- nya artis, baru deh iya," tutur Mei Chan dengan wajah ceria.
Malas berkata banyak, akhirnya Emma hanya menyahut singkat.
"Oke. Makasih ya," sahut Emma.
"Yaudah, Mei. Kita balik dulu ya!" Pamit Susi yang rela menjadi moderator penengah dari perbincangan di antara ketiga wanita itu.
"Oke. Titidijey ya.. (hati-hati di jalan)!" Sapa Mei Chan sambil melambaikan tangan.
Setelah lama berpisah dari Mei Chan, Susi pun kembali bicara.
"Coba lihat kartu pengenal nya!" Pinta Susi sambil merogoh kartu yang tadi dimasukkan secara asal oleh Emma ke dalam tas nya.
"Wiih.. kayak nya ini orang kaya nih, Emm. Kartu pengenal nya aja bagus banget. Tebel dan ada kayak hiasan emas nya di pinggiran kartu!" Seru Susi sambil mengamati kartu di tangan nya.
"Ah.. belum tentu juga, Sus. Kadang penampilan luar sering nya menipu!" Cibir Emma dengan sikap acuh.
"Kamu sering nya gini nih setiap kali ketemu Mei. Bawaan nya bad mood melulu. Masih baper karena diselingkuhin dulu ya?" Goda Susi.
"Idihh.. enggak lah. Ngapain juga masih baperin cowok brengsek itu!" Elak Emma berapi-api.
"Iya deh iya.. eh, alamat nya lumayan jauh ini. Di pinggiran kota, tapi setahu ku area nya termasuk kawasan elit deh," imbuh Susi kembali sambil membaca kartu pengenal di tangan nya.
"Coba lihat sini!"
Emma pun mengambil kartu di tangan Susi lalu membaca tulisan yang tertera di sana.
"Ny. Sofia Wiratmaja. Chief Executive Officer dari Perusahaan Kosmetik Soft Beauty. Alamat, Villa Grandhill, Jln. Parango bukit Permai," Emma selesai membaca kartu di tangan nya.
"Iya kan? Villa, Emm! Jelas orang kaya banget itu!" Seru Susi bersemangat.
"Hmm.. jadi curiga. Kenapa si Meyong ngasih info sebagus ini ya ke aku?" Emma bergumam pelan.
Meyong yang dimaksud adalah Mei Chan.
"Mene keteheng. Buat nebus rasa bersalah nya kali, Emm, ke kamu!" Seloroh Susi asal.
Kedua mudi itu pun lalu berboncengan pulang dengan motor bebek milik Susi. Emma memang tak mempunyai kendaraan motor. Karena ia pun tak bisa mengendarai motor.
Lowongan pekerjaan yang baru didapat nya dari Mei Chan itu terus mengganggu pikiran Emma, sepanjang perjalanan pulang mereka. Ia masih merasa bingung untuk mengikuti lowongan pekerjaan itu atau tidak.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Ruby King
jadi keingat chucky
2024-02-29
0
Vinoya Chan
love for Live mampir juga ya kak semangat 💪😊
2022-12-11
1
🔵🌻⃟MbaK_KuNt!🌞⃠
Selamat ya Kk Mel
Udh naik jd Gold
Perjuangan Ucup Mampir
2022-12-09
2