NovelToon NovelToon

Dear, Dolls!

Awal Mula

~Kabut putih yang menghalangi sinar mentari..

Menutupi pandangan mata, dari segala..

Sesaat saja muncul ilusi di depan diri..

Bayang masa lalu pun datang..

Mewujud dalam kabut nyata..~

(Ini adalah lirik lagu ciptaan Mel yang rasanya pas banget untuk nuansa horor dalam novel ini. Soal nya nada nya melow dan dinyanyiin pake suara yang dalam. Bayangin aja kalau kita ada di tengah hutan berkabut sendirian. Gak ada yang bisa dilihat, selain kabut, kabut dan kabut saja.. semoga berkesempatan untuk memperdengarkan nya nanti..aamiin..)

***

"Em, udah denger belom?" Susi menowel lengan Emma.

Emma Chisela, yang akrab disapa dengan nama Em atau Emma, adalah putri tunggal pasangan Kimanto dan Retno. Sayang nya ayah Emma dikabarkan telah tiada bersama berita kapal nya yang karam saat pergi berlayar. Kejadian nya saat Emma kelas 4 SD.

Sejak saat itu lah Retno mengurus Emma seorang diri dengan berjualan cemilan anak-anak di depan Sekolah Dasar.

Usaha kecil yang mampu menghidupi kehidupan mereka berdua hingga Emma lulus SMA. Bahkan hingga Emma selesai menempuh pelatihan khusus menjadi seorang nanny/pengasuh profesional.

Saat ini, usia Emma sudah menginjak umur 20 tahun. Dengan wajah manis khas Suku Jawa, serta rambut panjang yang selalu ia kuncir kuda di belakang kepala, penampilan Emma selalu mampu menyegarkan mata siapa pun yang melihat nya.

"Dengar apa, Sus?" Sahut Emma.

Saat ini ia sedang membaca novel horor dengan smartphone milik nya di kamar. Sudah dua bulan ini Emma menganggur kerja.

Tempat kerja terakhir nya adalah mengurusi seorang lansia. Ia di PHK setelah nenek yang dirawat nya itu telah meninggal dunia. Dan itu sudah dua bulan yang lalu terjadi.

Hingga kini, hanya Susi lah satu-satu nya teman di tempat pelatihan nanny dulu yang masih sering berkunjung ke rumah Emma.

Seperti pada sore hari yang cerah itu, saat Emma tiba-tiba kedatangan Susi yang baru saja pulang kerja.

"Kata nya ada film horor seru loh tayang di Twenty One. Nonton, Yuk!" Ajak Susi.

Mendengar ajakan Susi, perhatian Emma pun seketika terfokus pada teman nya itu.

Emma dan Susi memang sama-sama penyuka cerita horor. Jadi mereka berdua sering hunting film horor dan membahas nya sampai tuntas habis.

"Judul nya apa?" Emma bertanya.

"Boneka ku, Sayang.. recommended banget sih katanya," bujuk Susi.

"Ceritanya tentang boneka yang bisa hidup karena ada arwah di dalam nya. Yang bikin ngeri, boneka nya tuh dirasukin sama arwah psiko gitu!" Imbuh Susi lebih lanjut.

"Beneran bagus gak, tuh?" Tanya Emma sangsi.

"Ya kita lihat dulu aja. Aku yang traktir deh!" Bujuk Susi.

"Tahu deh yang habis gajian. Yaudah. Kapan nih kita cabut?" Emma berguling dari atas kasur hingga ia pun kini rebahan menyamping sambil menghadap Susi. Lengan nya ia jadikan tumpuan bagi kepala nya.

"Sekarang aja yuk! Mumpung masih sore.."

"Siipp lah! Bentar ya, aku mau mandi dulu. Kamu mau mandi juga gak?"

Emma bangkit dan menawarkan handuk nya ke arah Susi.

"Enggak deh. Nanti juga gerah lagi," tolak Susi.

"Dih.. di bioskop kan pake AC. Jadi mana ada gerah lah, Non.." cibir Emma.

"Kayak gak tahu aku aja sih, Emm. Kalau nanti film nya beneran serem, aku kan suka keluar keringat dingin gitu.. nanti mesti mandi lagi kan? Jadi aku mandi nya pas pulang nonton aja lah!" Papar Susi beralasan.

"Terserah deh. Tapi sedia aja ya parfum nya, Non. Biar aku gak disangka belum mandi pas lagi jalan sama kamu! Hihihi.."

"Dasar! Udah sana cepetan mandi! Keburu maghrib lagi nanti!" Susi buru-buru mengingatkan Emma.

"Kita sama-sama lagi M ini. Jadi mau bablas maghrib juga gak apa-apa lah, Sus.. Yaudah. Tunggu bentar ya Non.."

***

Selesai mandi, Emma dan Susi langsung pergi ke bioskop di mall. Letak nya sekitar setengah jam dari rumah Emma.

Selama hampir dua jam menonton, Emma dan Susi benar-benar merasakan kengerian menyaksikan film "Boneka ku Sayang".

Dan perkataan Susi tentang keringat dingin itu sungguh terjadi.

Keduanya bahkan mengabaikan popcorn dan stik kentang yang mereka beli untuk cemilan menonton. Jadi ketika film selesai diputar, cemila ln yang mereka beli itu masih utuh tak tersentuh.

"Ya ampun! Asli ini sih film horor terhoror yang pernah aku lihat! Nih pegang deh tangan ku, Emm! Keringet dingin nya banyak banget!" Seru Susi saat keduanya berjalan keluar dari ruang bioskop.

"Gak mau. Itu tangan pasti lah gak higienis. Kamu kan belum.."

Belum selesai Emma berkata, ketika seseorang di belakang mereka memanggil nama nya.

"Emma! Susi! Kalian habis nonton juga?"

Emma dan Susi pun langsung berbalik. Mereka kemudian melihat rekan mereka di pelatihan para nanny dulu. Gadis cantik dengan penampilan modis, yang juga adalah pesaing terberat Emma saat ketiga nya nya masih duduk di bangku SMA dulu. Mei Chan.

"Mei.." gumam Emma.

"Mei.. habis nonton juga?" Susi menyapa Mei Chan.

"Iya nih. Sama boy friend ku.. dia lagi ke toilet," jawab Mei Chan dengan ceria.

"Ooh.. lho? Bukan nya kata nya Beny ke Australi ya? Udah pulang gitu?" Tanya Susi pada Mei Chan.

"Aku udah putus sama Beny. Gak mau lah aku LDR LDR an. Bisa-bisa makan hati dan kesepian nanti aku.." celoteh Mei dengan mulut sedikit merengut.

Susi dan Emma bertukar pandang. Benak kedua nya kompak memikirkan satu hal yang sama.

'Ganti pacar baru lagi..?'

"Oh.. gitu. Jadi sekarang kamu pacaran sama siapa, Mei?" Susi kembali bertanya kepo.

Emma menyikut pinggang teman nya itu.

'Perlu banget sih nanya-nanya. Yang ada habis deh waktu kita dengerin omongan nya Mei yang ngalor-ngidul!' benak Emma mendumel sendiri.

"Sama Rio!" Jawab Mei dengan wajah yang kembali ceria.

"Rio.. Rio teman nya Beny itu?!" Tanya Susi minta diyakinkan.

"Iya. Aku tuh ternyata cocok juga sama Rio. Gak nyangka juga sih. Mau gimana lagi dong, kalau udah chemistry kan susah juga ya nolak cinta yang datang.." tutur Mei Chan dengan mata berbinar-binar.

Emma serasa ingin muntah jadi nya. Setiap kali berbicara tentang boyfriend nya, Mei Chan langsung berubah jadi pujangga cinta sejati.

Tapi itu tak membuat Emma merasa kagum pada gadis cantik di hadapan nya itu. Terlebih saat Emma pernah mendapati Mei Chan bercumbu mesra dengan Reno, pacar pertama Emma dulu.

Tanpa basa-basi, Emma langsung menarik tangan Susi untuk mengajak nya segera pergi.

"Balik, yuk. Udah ngantuk nih!" Ajak Emma tiba-tiba.

"Hah? Oke.. "

"Sebentar Em, katanya kamu masih nganggur ya? Udah nemu kerjaan yang baru belum? Kalau belum, aku dengar ada lowongan kerja loh," Mei Chan tiba-tiba mengajak obrol Emma.

"Iya. Udah ya. Kita mau balik dulu nih. Udah malem soal nya.." elak Emma dengan wajah dibuat mengantuk.

Malas benar rasanya bila harus berbincang dengan Mei Chan lebih lama lagi.

"Ehh, Emm! Aku beneran nih ngasih info nya. Sebentar, sebentar! Aku punya kok nomor kontak nya. Kerjanya gampang. Cuma dua anak balita aja. Gaji nya lumayan di atas lima jeti kalau gak salah," imbuh Mei Chan sambil terburu-buru mengeluarkan sesuatu dari tas bahu nya.

Tak lama kemudian Mei Chan mengulurkan sebuah kartu nama pada Emma. Yang diterima Emma dengan setengah hati.

"Coba kontak aja deh, Emm. Siapa tahu cocok sama kamu. Kalau aku lagi nganggur sih aku juga mau kerja di situ. Hari gini, jarang banget kan gaji nanny di atas lima jeti. Kecuali anak- nya artis, baru deh iya," tutur Mei Chan dengan wajah ceria.

Malas berkata banyak, akhirnya Emma hanya menyahut singkat.

"Oke. Makasih ya," sahut Emma.

"Yaudah, Mei. Kita balik dulu ya!" Pamit Susi yang rela menjadi moderator penengah dari perbincangan di antara ketiga wanita itu.

"Oke. Titidijey ya.. (hati-hati di jalan)!" Sapa Mei Chan sambil melambaikan tangan.

Setelah lama berpisah dari Mei Chan, Susi pun kembali bicara.

"Coba lihat kartu pengenal nya!" Pinta Susi sambil merogoh kartu yang tadi dimasukkan secara asal oleh Emma ke dalam tas nya.

"Wiih.. kayak nya ini orang kaya nih, Emm. Kartu pengenal nya aja bagus banget. Tebel dan ada kayak hiasan emas nya di pinggiran kartu!" Seru Susi sambil mengamati kartu di tangan nya.

"Ah.. belum tentu juga, Sus. Kadang penampilan luar sering nya menipu!" Cibir Emma dengan sikap acuh.

"Kamu sering nya gini nih setiap kali ketemu Mei. Bawaan nya bad mood melulu. Masih baper karena diselingkuhin dulu ya?" Goda Susi.

"Idihh.. enggak lah. Ngapain juga masih baperin cowok brengsek itu!" Elak Emma berapi-api.

"Iya deh iya.. eh, alamat nya lumayan jauh ini. Di pinggiran kota, tapi setahu ku area nya termasuk kawasan elit deh," imbuh Susi kembali sambil membaca kartu pengenal di tangan nya.

"Coba lihat sini!"

Emma pun mengambil kartu di tangan Susi lalu membaca tulisan yang tertera di sana.

"Ny. Sofia Wiratmaja. Chief Executive Officer dari Perusahaan Kosmetik Soft Beauty. Alamat, Villa Grandhill, Jln. Parango bukit Permai," Emma selesai membaca kartu di tangan nya.

"Iya kan? Villa, Emm! Jelas orang kaya banget itu!" Seru Susi bersemangat.

"Hmm.. jadi curiga. Kenapa si Meyong ngasih info sebagus ini ya ke aku?" Emma bergumam pelan.

Meyong yang dimaksud adalah Mei Chan.

"Mene keteheng. Buat nebus rasa bersalah nya kali, Emm, ke kamu!" Seloroh Susi asal.

Kedua mudi itu pun lalu berboncengan pulang dengan motor bebek milik Susi. Emma memang tak mempunyai kendaraan motor. Karena ia pun tak bisa mengendarai motor.

Lowongan pekerjaan yang baru didapat nya dari Mei Chan itu terus mengganggu pikiran Emma, sepanjang perjalanan pulang mereka. Ia masih merasa bingung untuk mengikuti lowongan pekerjaan itu atau tidak.

***

Lowongan Pekerjaan

Setelah beberapa hari berpikir, akhirnya Emma memutuskan untuk mencoba peruntungan nya di lowongan kerja yang didapatnya dari Mei Chan.

Selesai menelpon nomor yang tertera di kartu bergaris emas tersebut, Emma pun diminta untuk langsung datang interview ke rumah ibu Sofia, single parent yang sedang mencari nanny untuk kedua anak nya.

Akhirnya Emma pun langsung pergi ke villa Grandhill keesokan hari nya.

...

"Saya akan menggaji kamu sepuluh juta per bulan nya. Itu belum termasuk uang makan bulanan dan juga bonus-bonus lain yang bisa kamu dapat kalau kamu bersikap baik sama anak-anak saya. Gimana? ready?" tanya ibu Sofia dengan wajah ramah.

Emma tampak berpikir sebentar.

Ia teringat kembali dengan perjalanan nya menuju rumah Ibu Sofia ini.

Ketika menuju alamat rumah ini, Emma tadi nya merasa telah dikerjai oleh Mei Chan. Karena untuk menuju rumah ini, ia harus melewati jalan perbukitan yang dipenuhi oleh rerimbunan pohon. Mirip seperti kawasan hutan.

Namun saat Emma menemukan sebuah rumah putih yang berdiri megah nan mewah di pertengahan hutan, tahu lah ia kalau Mei Chan memang tak mengerjai nya.

Proses interview yang terjadi pun berlangsung sangat mudah. Emma merasa sangat beruntung sekali bisa mendengar tentang lowongan pekerjaan ini. Dengan gaji yang lumayan besar, dan juga job desk yang tak terbilang berat.

Menurut Ibu Sofia, tugas Emma hanyalah memberi makan kedua anak nya tepat waktu dan mengajak mereka bermain saat mereka sedang terbangun. Bukankah itu memang pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para nanny?

"Baik lah, Bu. Saya siap untuk bekerja di sini," jawab Emma akhir nya.

Emma lalu menanyakan perihal kedua anak yang akan diasuh nya. Ibu Sofia langsung berkata kalau keduanya sedang tertidur saat ini.

'Pantas saja rumah ini terasa begitu sepi,' pikir Emma dalam hati.

ibu Sofia lalu meminta Emma untuk bekerja pada hari ini juga. Sehingga ia pun harus kembali pulang untuk membawa beberapa baju ganti yang akan di kenakan selama satu bulan ke depan nya.

Setelah perjalanan bolak-balik yang melelahkan, Emma pun kembali ke villa putih itu dengan sebush koper ukuran sedang. Isinya hanya beberapa setel baju ganti dan juga keperluan Emma yang lainnya. Seperti skincare, ponsel, dan obat pribadi.

Setelah bolak/balik yang lumayan memakan waktu, akhirnya sekitar jam lima sore nya Emma selesai merapihkan kamar baru nya di villa itu.

Selepas maghrib, Ibu Sofia mengajak Emma makan bersama di ruang makan. Beliau adalah bos yang sungguh humble. Karena membiarkan pegawai nya makan di meja yang sama dengan nya.

Saat itu, selain Emma, di meja makan juga ada seorang ibu paruh baya pendiam bernama Ibu Hara. Pekerjaannya adalah sebagai asisten yang membersihkan rumah megah ini setiap harinya.

Selain ibu Hara, juga ada Pak Kiman (koki yang berwajah jutek dan sedikit mengerikan dengan luka sayatan panjang di pipi kanan nya), dan Pak Adda (pekerja kebersihan halaman di sekitar rumah putih ini).

Bersama semuanya, Emma menikmati makan malam nya dalam keheningan yang menenangkan.

Selesai makan, Emma kembali menanyakan kedua putra dan putri Ibu Sofia yang belum dilihat nya sedari siang. Namun Ibu Sofia lagi-lagi memberikan jawaban yang sama. Bahwa kedua nya masih tertidur.

Emma sebenarnya hendak mengomentari kalau Sang Nyonya mungkin telah membiarkan anak-anak nya tidur terlalu lama. Namun ia urungkan niat nya itu. Mengingat Emma baru saja memulai bekerja hari itu.

Pikirnya, 'biarlah nanti aku akan mengatur sendiri jadwal sehari-hari nya anak-anak. Demi kesehatan mereka dan juga kesehatan ku sendiri sebagai pengasuh nya'.

"Beristirahatlah dulu, Emm. Nanti kalau anak-anak sudah bangun, kamu akan saya bangunkan," ucap ibu Sofia kemudian.

Dengan kedua mata yang memang mulai terasa berat, Emma pun mengiyakan saran majikan baru nya itu.

Emma langsung saja melangkah ke dalam kamar tidur nya dan seketika terlelap begitu ia rebahkan badan nya di atas kasur yang cukup empuk.

***

Emma terbangun tiba-tiba saat ia merasakan posisi tidur nya yang tak nyaman.

Begitu kesadaran nya berangsur pulih, Emma dibuat kaget saat ia menyadari kalau tubuh nya telah terikat dengan seutas tali. Mulai dari badan hingga ke mata kaki.

Tak lupa pula mulut nya yang telah direkatkan dengan selapis lakban. Sehingga ia tak bisa berteriak meminta tolong.

'Apa yang terjadi padaku?! Kenapa aku bisa dalam posisi ini? bukankah aku tadi sedang tidur di dalam kamar ku?! apakah aku lupa mengunci nya ya, sehingga ada orang yang sengaja menculik ku dan menyekap ku?! Dan, bagaimana bisa aku tak menyadari saat aku diculik?!' benak Emma menjeritkan tanya dalam kondisi panik.

"Oh.. dia sudah terbangun!"

Suara seorang anak perempuan terdengar berada di sebelah kanan Emma.

Emma langsung menolehkan wajah nya ke kanan. Namun tak mendapati siapa pun di sana.

Ia hanya melihat sebuah boneka perempuan barat seukuran 50 cm yang tampak duduk di depan netra nya saat itu.

'Mana pemilik suara tadi?!'

"Qiqiqii.. Ku rasa dia pasti lah masih terkejut saat ini!" Suara lain muncul di sebelah kiri Emma. Dari suaranya, itu adalah suara anak lelaki.

Emma langsung menolehkan wajah nya ke kiri. Namun lagi-lagi tak mendapati siapa pun di sana.

Ia malah mendapati adanya boneka ke dua. Kali ini adalah boneka anak lelaki yang memakai jas.

Emma melihat boneka anak lelaki tersebut sedang menggenggam sebuah pisau dan garpu pada masing-masing tangan mungil nya.

Kemudian, Emma diterjang oleh rasa horor begitu ia mendapati boneka lelaki di depan nya itu tampak bergerak sendiri.

Sang boneka mengadu-adukan garpu dengan pisau di tangan nya itu selama beberapa kali.

'Ba.. bagaimana bisa bone ka nya bergerak sendiri?!!' jerit Emma dalam hati.

Emma mencoba beringsut menjauhi boneka lelaki itu, dengan susah payah dalam kondisi tubuh yang terikat erat. Namun ia kembali diterjang horor begitu didengarnya kembali suara anak perempuan di belakang nya.

Dan ternyata, suara nya berasal dari sosok boneka perempuan yang tadi ia lihat pertama kali.

'?!!'

"Kakak.. dia sepertinya ketakutan melihat ku. Memang nya aku se menyeramkan itu ya?" tanya sang boneka perempuan.

"Kau itu tak menyeramkan, Sell. Hanya sedikit berantakan saja. qiqiqi.." sahut boneka lelaki.

"Kalau begitu ini semua salah mu, Kak! Gara-gara kau menyuruh ku naik melewati jendela, jadi nya gaun ku berantakan begini kan!" boneka perempuan pun menggerutu.

Sementara itu, Emma menyaksikan percakapan kedua boneka itu dengan benak yang diliputi kengerian.

'Apa yang sebenarnya terjadi?! apa aku sedang bermimpi?! tapi tidak! ini rasanya seperti nyata sekali!!'

"Jadi, kita akan mengajak nya bermain apa, Kak?" tanya sang boneka perempuan yang kini sungguh terlihat mengerikan di mata Emma.

Kedua mata boneka itu melirik ke arah Emma selama beberapa kali. Meninggalkan kehororan yang kian menjadi-jadi di benak dan pikiran nya saat ini.

"Bagaimana kalau kita bermain kuda-kuda an saja?" ucap boneka lelaki.

Emma diterjang oleh rasa takut yang kian menjadi-jadi manakala dengan tiba-tiba boneka lelaki itu berjalan dengan langkah yang kaku dan naik ke atas perut nya.

Meski Emma tak merasakan berat saat boneka lelaki itu naik ke atas perut nya, namun ia tak bisa menjelaskan kengerian yang menyergap nya saat tubuh boneka itu bergerak sendiri di atas nya.

Fokus perhatian Emma adalah pada garpu dan pisau kecil yang sedang dipegang boneka itu saat ini.

"Hallo kakak cantik! nama ku Cello, dan dia adalah kembaran ku.."

"Aku Sella, Kakak!" ucap boneka perempuan dengan begitu tiba-tiba, tepat di depan wajah Emma.

'?!!!'

"Maafkan ketidak sopanan kami karena telah mengikat mu. Tapi jika kami tak mengikat mu, aku takut kau akan langsung lari pergi ketakutan saat mendengar kami bicara seperti ini. Bukan begitu, Kak?" tanya boneka Cello.

Dengan spontan, Emma langsung saja menganggukkan kepala nya.

"Tuh kan? kau ternyata orang yang jujur ya Kak. Aku suka padamu. Jadi, kau adalah nanny kami yang baru, bukan begitu?" tanya boneka Cello kembali.

Dan benak Emma yang masih merasa kalut dan juga takut, tak bisa mencerna pertanyaan boneka Cello itu dengan baik. Emma masih fokus menatap pada pisau dan garpu yang masih terjulur mengancam ke bawah, ke arah perut nya yang ditumpangi oleh boneka Cello.

Belum sempat berpikir lebih lanjut, lagi-lagi Emma dibuat terkejut saat ia merasakan rambut nya ditarik oleh sesuatu.

Ternyata boneka Sella sedang melakukan sesuatu pada rambut nya.

"Kakak ini mempunyai rambut yang indah. Akan ku kepang rambut mu ya, Kak. Dan nanti ku pinta sedikit bagian rambut mu ya untuk koleksi wig ku. Tak banyak.. hanya beberapa helai saja," ucap boneka Sella sambil mengepang sejumput rambut Emma dengan tangan mungil nya.

Kemudian sebuah ketukan di pintu mengejutkan Emma dan dua boneka tersebut.

Tak berapa lama, pintu pun terbuka. Dan Emma langsung merasa lega karena mendapati majikan nya, Ibu Sofia berdiri di depan pintu.

Emma yakin, kalau ia akan diselamatkan oleh majikan nya itu. Namun..

"Oh! kalian di sini ternyata. Lihat apa yang sudah diperbuat oleh dua angels nya Mama ini.." ucap Bu Sofia dengan tidak menatap kepada Emma.

"mmpppphhh?!!" Emma mencoba bersuara untuk mendapatkan perhatian dari bu Sofia.

Emma pikir ibu Sofia mungkin tak melihat jelas tubuh nya yang terikat karena kondisi ruangan yang cukup temaram.

Majikan baru Emma itu lalu masuk ke dalam ruangan. Kemudian meraih kedua boneka yang telah memberi Emma rasa horor sepanjang setengah jam ini.

Dipangkunya masing-masing boneka pada kedua tangan nya. Barulah kemudian Ibu Sofia menatap Emma dari posisi tinggi nya yang masih berdiri.

Sebuah kalimat keluar dari mulut wanita paroh baya itu. Kalimat yang sempurna memupuskan harapan Emma untuk bisa diselamatkan oleh nya.

"Jadi, Nona Emma. Bagaimana menurut mu, kedua anak ku ini? Mereka sungguh sweet bukan?" tanya ibu Sofia dengan senyuman lebar yang bagi Emma terlihat sungguh menyeramkan.

"?!!!"

Kedua boneka berisi arwah itu menatap Emma dengan ekspresi datar nya. Sementara Emma bisa menangkap manik-manik mata mereka yang memandang nya dengan tatapan mengerikan.

'Tuhan! tolong aku!' jerit Emma mengadu tanpa suara.

***

Bermain

"Kalau begitu, saya akan menitipkan dua angels ini pada kamu ya, Emm. Ikuti saja semua keinginan mereka. Mereka selalu tahu apa yang mereka inginkan," tutur ibu Sofia lebih lanjut.

Emma melotot ngeri saat melihat Ibu Sofia kembali menurunkan dua boneka arwah itu ke atas lantai.

Selanjutnya, tanpa merasa aneh usai melihat tubuh Emma yang terikat tali, ibu Sofia langsung berlalu pergi begitu saja. Tentunya setelah ia kembali menutup pintu kamar nya lagi.

Akhirnya kini di kamar itu hanya tinggal Emma dan dua boneka itu saja. Emma bergidik ngeri kala dua boneka arwah itu kembali berjalan mendekati nya.

'Klik. Klak. Klik. klak.'

Begitulah suara yang Emma dengar saat kedua boneka itu melangkah ke arah nya.

"Mmm!! Mmmm!!" Emma kembali berusaha melepaskan diri. Sayang nya usaha nya itu berakhir gagal.

"Tenang lah, Kak.. kami hanya ingin mengajak mu bermain-main saja," Boneka Sella berkata dengan suara kekanakan nya.

Sayang nya Emma tak merasa terhibur dengan ucapan boneka perempuan itu. Ia justru ingin menangis saat itu jua.

Terlebih saat Sella kembali meraih sejumput rambut Emma lalu mencaci nya asal.

Sebuah senandung nina bobo keluar dari mulut sang boneka yang terkatup rapat.

"Niina boboo.. oohh..niina boboo...kalau tidak boo bo. Digiigit nyaamuukk.."

Mendengar senandung itu, sekujur bulu roma Emma langsung saja berdiri.

Siapa juga yang tak akan merasa ngeri, bila ia di nina bobo kan oleh sebuah boneka hidup?! boneka arwah, lebih tepat nya lagi!

"Hiks..hiks..." Air mata Emma mengalir keluar tanpa bisa ia cegah. Keringat dingin pun kian deras mengucur di sekujur tubuh.

"Kau membuat nya menangis, Sell.. kita bermain yang seru-seru saja ya, Kak? Permainan yang menyenangkan! Qiqiqiqiii.."

Kali ini gantian boneka Cello yang bicara. Kekehan tawa dari boneka itu mengingatkan Emma pada film "Boneka, ku Sayang" yang pernah ia tonton bersama Susi.

Dalam film boneka arwah itu, tokoh boneka lelaki nya adalah boneka paling jahat yang senang memburu dan membunuh para korban nya.

Dan kini Emma seperti sedang melihat sosok boneka jahat itu dalam diri boneka Cello. Terutama dengan seringai lebar yang selalu tersungging di wajah nya yang kaku.

'Susi!! tolong aku!' Emma meracaukan permohonan dalam hati.

"Malam ini, kita bermain kuda-kuda an saja ya, Kak. Aku akan melepaskan ikatan tali di tangan mu itu."

Emma lalu memperhatikan saat boneka Cello berdiri di pinggir kanan nya. Fokus Emma hanya pada pisau tajam yang kini Cello pegang di tangan kanan nya.

'Arghg!' Emma mengaduh dalam hati.

Saat tiba-tiba saja tubuh nya dibalik begitu saja oleh tangan kecil Cello. Entah darimana kekuatan besar itu berasal. Tapi yang jelas boneka Cello mampu menggulingkan tubuh Emma yang terikat kencang.

Dan Emma tadi mengaduh kesakitan karena dahi nya terantuk lantai cukup keras.

"Ikatan ini cukup kencang. Dia memang paling terampil mengikat-ikat," Emma mendengar gumaman Cello begitu dekat di belakang nya.

Sementara Sella masih bersenandung sambil mencaci kecil rambut Emma. Entah sudah cacian yang ke berapa kali nya.

Beberapa saat kemudian, Emma merasa ikatan di tangan nya terlepas.

Merasa ada harapan untuk melarikan diri, ia pun bergegas bangun dan beringsut menjauh ke tepi dinding.

Emma kemudian langsung membuka lakban yang menutup mulut nya. Ia lalu berusaha melepaskan ikatan yang masih membelit pergelangan kaki nya.

Sementara melakukan itu, kedua mata nya menatap was-was pada dua boneka yang berada tak jauh di depan nya.

Kedua boneka itu terlibat perbincangan sendiri.

"Salah mu, Cell! Kau terlalu cepat melepaskan nya! Sekarang kakak cantik ini kan jadi bisa lari!" Boneka Sella mendumel kesal.

Kedua tangan mungil boneka Sella kini berkacak pinggang.

Sikap berkacak pinggang nya boneka Sella itu sebenar nya akan terlihat menggemaskan. Jika saja boneka Sella tak bisa bergerak dan bicara dengan sendiri nya.

"Tenang saja. Dia tak akan bisa pergi ke mana-mana. Bukan kah selalu ada dia yang menjaga rumah ini?" Ucap boneka Cello dengan nada yakin.

Kini kedua boneka itu melangkah mendekati Emma bersama-sama. Sehingga Emma yang masih kesulitan membuka ikatan tali di kaki nya pun langsung saja berteriak kencang.

"Tidak! Tolong jangan mendekat!" Jerit Emma menyuarakan keinginan nya.

Ketika jarak antara kedua boneka itu dengan Emma hanya berkisar satu meter saja, Emma akhirnya memutuskan untuk berdiri.

Dengan kaki yang masih terikat menyatu, Emma melompat-lompat menuju pintu.

"Hihihi.. kakak ini lucu sekali ya, Cell! Lihat lah! Dia mirip seperti kelinci!"

Emma mendengar boneka Sella bicara di belakang nya.

Ia mengacuhkan tawa di belakang nya. Karena kini Emma memfokuskan diri untuk segera menjauh dari dua boneka itu.

"Ya.. kelinci yang malang. Karena jelas, ia tak akan bisa kembali pulang. Qiqiqiqi.." imbuh boneka Cello kemudian.

Emma merasakan jantung nya berpacu semakin cepat. Ini bukan hanya disebabkan oleh rasa letih usai melompat-lompat. Namun lebih dikarenakan rasa ngeri yang menjerat benak dan pikiran nya saat itu juga.

Emma ingin mengulang waktu. Ke masa saat ia hendak menghubungi nomor ibu Sofia. Ia menyesal telah menerima tawaran pekerjaan ini.

Gaji yang besar dari pekerjaan ini dirasa Emma tak sepadan dengan apa yang harus ia alami saat ini.

Emma bahkan tak yakin, bila ia masih bisa melihat matahari di keesokan hari.

"Tolong!! Tolong!!" Emma berteriak meminta tolong.

Emma agak nya lupa sedang di mana ia berada saat ini. Nyatanya ia berada di rumah inang si boneka arwah. Jadi jerit pertolongan nya itu tak mendapatkan sahutan dari penghuni lain di rumah itu.

Kini Emma hampir mencapai pintu. Sayang nya ketika tangan nya baru meraih gagang pintu, ia merasakan sesuatu melompat ke atas punggung nya.

Sebuah lompatan yang langsung meninggalkan jejak nyeri di punggung nya yang kecil.

Ternyata itu adalah boneka Cello.

"Aku ingin bermain kuda-kuda an, Kakak.. jadi, merangkak lah seperti kuda sekarang juga!" Titah Cello di dekat telinga Emma.

Kemudian Emma merasakan beban tubuh Cello tiba-tiba menjadi sangat berat. Sehingga ia pun langsung tersungkur jatuh ke atas lantai.

Emma merasa pusing karena kepala nya lagi-lagi terbentur dengan cukup kencang. Dan tadi hidung nya pun ikut terbentur pula.

Emma menduga dengan sangat yakin, kalau hidung nya akan patah bila ia terjatuh sekali lagi seperti tadi.

"Nah.. sekarang, merangkak lah, Kakak cantik! Jadi lah seekor kuda yang baik! Qiqiqiii.." gumam Cello di dekat telinga Emma.

Emma sebenar nya ingin kembali bangkit. Ia baru bisa merubah posisi jadi merangkak. Namun ia kesulitan untuk membangunkan tubuh nya berdiri.

Beban tubuh Cello di punggung nya benar-benar terasa berat menurut Emma. Ia seperti sedang ditunggangi oleh manusia sebenar nya.

'Ya Tuhan! Tolong aku!' lagi-lagi Emma menjeritkan tangis nya dalam hati.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!