Secret Of Werewolf
Rumor yang ditakuti oleh para masyarakat, akan adanya sesuatu yang tersembunyi ada di sana.
Desa Wolfden, sebuah desa kecil yang terletak cukup jauh dari kota besar, menyimpan rahasia yang ditakuti banyak orang.
Pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya ada di desa kecil Wolfden? Semuanya dimulai sejak saat itu.
*
DELAPAN BELAS TAHUN YANG LALU...
Hujan deras, dekat area desa Wolfden...
Sshhh..
"Uukh... Argh..."
Terlihat seorang pemuda berjubah hitam panjang tengah menyusuri jalan setapak, langkah kakinya sangat lambat dan terlihat kepayahan juga.
"Aku harus, cepat.... "
Langkah kakinya tak terarah pasti, ia bergumam berkali-kali seolah sedang kebingungan.
Kemudian ia terhenti karena melihat ada bukit yang cukup tinggi di sebuah desa tak jauh dari tempatnya saat ini.
"Tempat itu sepertinya cocok untukku...."
Pemuda berjubah hitam itu akhirnya melangkahkan kakinya ke arah desa kecil, menuju tempat yang ia lihat tadi.
Hujan begitu deras dan kilatan-kilatan petir menghiasi malam yang gelap ini, beberapa waktu berikutnya pada akhirnya pemuda berjubah hitam itu sampai di tempat tujuannya.
"Area pekuburan Wolfden? Tempat ini memang cocok untukku."
"Tempat peristirahatan orang-orang ...."
Pemuda itu menghela nafasnya, ia sudah ada di puncak tertinggi bukit ini dan kemudian melihat langit malam di mana ada cahaya bulan yang tak mampu menerangi karena terhalang awan tebal dan hujan deras.
"Mengapa semuanya jadi begini? Apa aku tidak bisa jadi seperti mereka?"
Pemuda itu menghela nafasnya lagi, dan kemudian menyingkapkan tudung jubah hitamnya itu, dan bersamaan dengan itu muncullah kilatan cahaya yang terang di tempat itu.
JEDER!
Bersamaan dengan itu pula suara yang memekakan telinga terdengar, membuat siapapun yang mendengarnya terkejut kecuali pemuda yang satu ini.
Sekilas tidak ada yang aneh dari pemuda berjubah hitam ini, perawakannya tinggi dan wajahnya tampan kisaran umur dua puluh tahun.
Di tengah ketidak-anehannya pada penampilannya itu, ia memiliki aura misterius dan tidak bisa ditebak.
Raut wajahnya menandakan ia sedang kebingungan dan terlihat memiliki pertanyaan besar dari dalam dirinya sendiri.
"Sampai kapan aku harus mengalami ini? Apa dunia ini terlalu sempit untukku?"
Ia masih melihat ke atas ke arah bulan tertutup awan. "Andai saja bulan tidak pernah ada...."
Pemuda itu mencurahkan isi hatinya sekaligus keinginannya yang mustahil untuk terjadi, pada akhirnya ia tidak bisa menentang kehendak alam yang sudah ada.
Dalam harapan yang sia-sia itu pemuda itu terdiam, keheningan terasa sekali di tengah malam hujan deras di area pekuburan ini dan beberapa saat setelahnya kembali kilatan dan gemuruh yang hebat terjadi.
Drttt...
Hal itu membuat tanah sedikit gemetar, pemuda itu masih saja terdiam di sana.
"Stephen...."
Tiba-tiba terdengar suara pria dewasa memanggil pemuda itu.
Pemuda itu perlahan menoleh ke arah suara itu berasal, dalam sekejap raut wajahnya berubah jadi muram.
Dar!
Kilatan dan gemuruh tidak lagi ragu menujukkan dirinya, mempertemukan dua orang asing di tempat yang tidak biasa.
Pria berjubah merah panjang kini berada tak jauh dengan pemuda tadi, ia menyembunyikan identitasnya sama seperti yang dilakukan pemuda ini juga.
"Kau tahu aku?" Pemuda itu menatap pria tadi dengan serius, tangannya sedikit gemetar, namun ia tidak menunjukkan ekspresi ketakutan.
"Kau seharusnya tidak ada di dunia ini," ujar pria itu dengan nada bicara yang berat.
Stephen sedikit kaget, baru saja ia kira menemukan tempat beristirahat, namun ternyata semuanya tidak seperti yang diharapkannya.
Lambang bulan dengan tanda kedua pedang di sisinya, menandakan seseorang yang sudah punya kekuatan sihir tingkat tinggi, namun yang paling dikenal dari antara banyaknya ahli sihir tingkat tinggi adalah Keluarga Reiss.
Keluarga Reiss adalah keluarga kaya yang tinggal di kota besar, Kota Frost yang letaknya cukup jauh dari desa Wolfden.
Memiliki pengaruh besar di bidang kekuatan sihir dan juga ekonomi membuat Keluarga Reiss dikenal dan dihormati di tempatnya, bahkan orang-orang luar pun tahu tentang keluarga yang satu ini.
"Sial.... Keluarga Reiss benar-benar merepotkan." Pemuda bernama Stephen menatap dengan tajam lambang jubah merah yang terletak di dada pria itu.
Stephen tahu akan begitu tersohornya keluarga Reiss, dan pada kenyataannya ia berurusan dengan keluarga ini.
Pria berjubah merah itu terdiam sejenak seolah ia tidak mengira Stephen tahu identitasnya yang ia sembunyikan sekarang ini.
"Jadi kau tahu aku?" Pria berjubah merah itu menyingkapkan tudung kepalanya, dan bersamaan dengan itu terlihat raut wajah yang tidak jauh berbeda dari yang ditunjukkan oleh Stephen.
Wajah dari pria itu ada luka di sebagian area dekat mata kanannya, terlihat seperti sedikit melepuh namun tidak terlalu parah, dan ia sendiri tidak terlihat kesulitan melihat.
Memiliki kumis dan janggut tipis di sekitar wajahnya, tatapannya menatap tajam ke arah lawan bicaranya sekarang ini.
Penampilannya sama tinggi dengan Stephen namun badannya jauh lebih berisi dan aura yang dipancarkannya begitu hidup.
"Ini bukan kali pertama aku bertemu denganmu, aku tidak mau lagi berurusan denganmu. Mengapa tidak kau saja yang hilang di dunia ini!?"
Pada akhirnya tidak ada waktu istirahat untuk Stephen, yang ada hanyalah urusan yang belum selesai yang mendatanginya sekarang.
HUSSH!
Stephen melesat dengan cepat melancarkan tinjunya ke arah pria itu, gerakannya sangat cepat sampai-sampai tidak terlihat oleh mata telanjang.
Brak!
Husshhh!
Tinjuan Stephen terhenti dan menciptakan gelombang kejut di area itu, menghentikan guyuran hujan sementara saat itu juga.
"Apa?!" Stephen tidak bisa menyembunyikan eskpresi terkejutnya, serangannya itu terhenti tepat ketika pria itu menyingkapkan jubah merahnya itu.
Seakan jubah merah itu perisai yang amat kuat yang bisa menahan serangan apapun, itulah yang membuat Stephen tertegun sejenak.
Untuk beberapa momen ke depan, Stephen meloncat ke belakang menjaga jarak dengan pria berjubah merah itu.
Pria itu menyingkapkan jubahnya, dan sedikit menepuk-nepuk membersihkannya. "Lumayan juga untuk ukuran sepertimu."
Stephen menggertakkan giginya tanda ia tidak percaya, padahal ia sendiri sudah cukup yakin tadi seharusnya serangan itu bisa memojokkan pria berjubah merah, namun pada kenyataannya berkata lain.
"Sudah cukup apa yang kau perbuat Stephen," ujar pria itu dengan pelan.
"A- apa yang kau ketahui dariku Reiss?! Kalian hanya memikirkan apa yang baik menurutmu saja!" Stephen berteriak keras.
Kata 'kalian' merujuk pada begitu banyaknya orang yang dimaksud Stephen, namun tak satupun nama yang ia sebutkan kecuali nama keluarga Reiss.
"Apa yang menurutku baik? Aku tidak tahu definisi 'baik' mu seperti apa, namun ... sudah cukup dengan apa yang kau perbuat."
"Memangnya apa yang kuperbuat?! Kau tidak akan pernah bisa mengerti!" Stephen lagi-lagi berbicara keras, raut wajahnya perlahan berubah menjadi penuh beban yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Kau tidak sadar? Makhluk sepertimu berbahaya bagi dunia ini, dan apa yang kau perbuat tidak bisa ditolelir lagi."
"Khh...." Stephen mengerang, ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pria berjubah merah ini, pada akhirnya kebingungan dan beban yang ada di dalam hatinya itu perlahan berubah menjadi amarah.
"Aku berhak menjalani hidup bebas!" seru Stephen, bersamaan dengan itu aura sekitarnya berubah, ia perlahan mengacungkan tangannya ke atas.
Kilat dan Gemuruh menjadi-jadi seakan merespon apa yang tengah dilakukan oleh Stephen sekarang ini.
Shhh...
Aura kekuatan gelap mulai terkumpul pada Stephen, dari tubuhnya muncul asap namun bukan berarti ia menjadi terbakar tanpa sebab juga, melainkan ini adalah caranya ia menunjukkan tekad dan maksud yang ia kemukakan tadi.
"Terus-terusan membela diri? Stephen kau tidak bisa mengubah apa dirimu sekarang ini... kau tidak bisa memberikan pembelaan pada perbuatan yang buruk...." Pria itu kembali berbicara pelan, tenang dan dalam pada Stephen yang tengah menghimpun kekuatannya.
Stephen tidak menghiraukan apa yang dkatakan pria itu, sebaliknya energi gelap yang ia kumpulkan semakin banyak sampai-sampai matanya berubah menjadi merah seperti darah.
"Reiss! Kau tidak berhak merebut kebebasan itu dariku!" Stephen mengarahkan kedua tangannya, dan seketika itu juga muncullah energi sihir gelap yang kuat, bulat dan besar.
"Sihir Gelap: Bola Energi Hitam!"
Dengan cepat Stephen melepaskan energi sihirnya.
Dan benar saja, energi gelap itu menyerap apapun yang ada di hadapannya, tidak merusak sekitar hanya saja.... menghilangkan apa saja yang didepannya.
Dengan bola energi kegelapan itu Stephen mengerahkan kekuatan yang dihimpunnya tadi, kekuatan sihir yang begitu hebat yang bisa menghapus keberadaan apapun juga.
...
Shhhh...
Bola hitam itu mendekat ke arah pria berjubah merah, siap untuk menghapus keberadaannya dengan cepat dan tepat.
"Lenyaplah kau Reiss!" Stephen yakin serangannya itu lebih dari cukup untuk mengatasi orang dari keluarga sihir yang hebat itu.
"Stephen ...."
Pria itu mengangkat tangannya.
"Sihir Terang: Penghapus Energi Gelap."
Srriiingg!
Seketika itu juga cahaya terang muncul dari tangan pria itu, membuat semuanya jadi silau, sangat terang.
"Ukh...." Stephen menghalangi cahaya yang terang itu dengan tangannya, selagi ia berusaha untuk melihat sebagian kecil yang terjadi di sana.
Setelah beberapa saat kemudian cahaya itu hilang, Stephen bergegas melihat apa yang sebenarnya tadi terjadi.
"A- apa?" Lagi-lagi Stephen tidak menyangka akan apa yang terjadi.
Semua efek dari bola sihir gelap miliknya menghilang, semua hal yang tadinya di telan, termasuk gundukan tanah, kuburan, pohon, dan rumput kembali ada di tempatnya.
Dan pria berjubah merah itu masih saja berdiri di sana, seolah-olah tidak terjadi sesuatu.
"Mengapa? Mengapa sihir Gelapku tidak mempan?!" Stephen mengarahkan pandangannya ke arah kedua tangannya.
Rasa frustasi makin menjadi-jadi, kepercayaan dirinya perlahan pudar dan ia tangannya kembali bergetar... kali ini terlihat jelas ekspresi putus asa dan ketakutan yang dalam.
"Aku tidak mengerti.... kau menganggapku apa?" tanya Stephen dengan nada yang berat, dan sedikit hilang.
Pria itu terdiam. Ia sendiri tidak meyangka Stephen akan berhenti di sini.
"Aku tidak mengerti dirimu, begitupula kau terhadapku, sesederhana itu," jawab pria itu.
"Kedatanganku ke sini adalah untuk menghentikan perbuatan jahatmu pada manusia di dunia ini," lanjutnya.
"Berbuat ... jahat?" Stephen termenung ketika mendengar kalimat itu, ingatannya yang tadi lemah karena kelelahan dan kehabisan tenaga mulai berdatangan kembali.
Akan alasan mengapa ia terus menerus mencari pelarian ....
Alasan yang sebenarnya, dan mengapa pria berjubah merah itu mendatanginya sekarang ini....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments