Bab 3: Kehausan

Shhhh....

Waktu terus berlalu, malam semakin larut, namun kini di area pepohonan rindang Kota Frost ada seorang pemuda berjubah hitam yang tergeletak di sana.

"Argh!" Stephen tidak hentinya meronta kehausan, tubuhnya terbaring menahan rasa itu, seperti layaknya anak kecil yang merengek pada orang tuanya.

Kini apa yang terjadi pada dirinya sudah tidak bisa diubah lagi, pada akhirnya segala kejadian yang sudah terjadi akan tetap terjadi dan tidak bisa berubah, bagaimana pun yang terjadi.

Stephen tidak memersiapkan dirinya untuk situasi ini, bahkan jika mempersiapkan diri pun Stephen sama sekali tidak yakin dari awal apa ia bisa merubah apa yang merupakan 'bagian' dalam dirinya tersebut.

"Meng... apa ... begini?" Stephen berusaha menahan perasaan yang perlahan menguasainya, karena satu kelengahannya kini ia harus mengalami kejadian seperti ini.

"To- long ...." Stephen memegangi tenggorokkannya dengan keras, seolah ia hendak melakukan sesuatu yang berbahaya, namun perlahan namun pasti Stephen mulai kehilangan kesadaran dirinya.

"Ahahah..."

"Hahaha ...."

"...."

DEG!

Stephen mendengar suara tepatnya suara anak kecil, bersamaan dengan itu hati Stephen bergetar hebat, keinginannya menggebu-gebu akan mencari tahu soal suara yang didengarnya tadi.

Seolah ada bagian dalam dirinya yang lain, Stephen berusaha untuk berpikir sebagaimana mestinya, namun pikirannya itu tidak cukup kuat untuk menahan 'bagian lain' dalam dirinya itu.

Pada akhirnya ia diiringi rasa penasaran yang hebat, Stephen bangkit dengan perlahan, seolah ada kekuatan lain dalam dirinya, yang dirinya sendiri tidak mau berurusan dengan kekuatan itu.

Perlahan namun pasti Stephen berjalan perlahan hendak mencari tahu asal suara anak kecil yang ia dengar sebelumnya, dan beberapa saat kemudian tidak jauh darinya ia menemukan apa yang dicarinya.

Melihat dua gadis kecil cantik tak jauh darinya sedang bermain, pikiran Stephen mulai melayang kemana-mana.

"Ah...."

Pada akhirnya dalam hatinya berkecamuk dengan keinginan-keinginan yang sebelumnya tak ada dalam hatinya itu.

'Sepertinya mereka cocok untuk memuaskan dahagaku ....'

Begitulah pikir pemuda itu, alam bawah sadarnya mulai memerintahnya dengan lebih keras lagi, memaksanya untuk menuruti apa yang diinginkan hatinya.

Perlahan namun pasti penampilan Stephen mulai berubah, dari kulitnya muncul bulu halus, lebih panjang dari bulu manusia biasa, dan lagi sorot hitamnya berubah menjadi kekuningan, menatap tajam kedua gadis kecil itu.

Dengan berubahnya penampilannya saat ini, Stephen hampir kehilangan kendali ada dirinya sendiri, pada akhirnya ia yang berusaha melawan kehendaknya sendiri hanya berakhir sia-sia saja.

Krttt...

Gigi pemuda itu bergemetak, giginya berubah menjadi tajam dalam waktu yang singkat, perubahan lain yang cukup drastis.

Kini penampilannya tidak lagi terlihat seperti manusia, setidaknya begitulah kenyataan yang sesungguhnya.

Perubahan fisik ini membuat siapapun yang melihatnya secara langsung sulit percaya dengan mata kepalanya sendiri.

Cahaya mata kuningnya menyorot tajam dalam kegelapan, memerhatikan setiap gerak-gerik anak kecil yang tak jauh darinya saat ini.

'Aku harus lebih dekat lagi....'

Kata hati Stephen mulai menggebu-gebu seperti memerintahkannya melakukan apa yang sebenarnya ia inginkan sekarang ini.

"Ti-tidak ...."

Sebuah kata terucap pertama kali ketika Stephen sudah berada di titik ini, meskipun sudah hampir kehilangan alam bawah sadarnya, ia tidak pasrah begitu saja.

Stephen berusaha menahan langkah kakinya yang perlahan berjalan ke arah kedua gadis kecil itu, tubuhnya gemetaran namun seberapa keras ia berusaha, langkah kakinya tetap saja tidak berhenti.

Namun itu lebih baik dibanding tidak sama sekali, Stephen berupaya untuk melakukan yang terbaik agar ia tidak lagi menuruti 'bagian lain' dari dirinya sendiri itu.

Kedua keinginan yang berlawanan ada pada diri pemuda itu sekarang ini, namun tekadnya masih belum cukup untuk menghentikan jati dirinya yang sebenarnya.

Tangan Stephen yang kiri berusaha untuk menghentikan tangannya yang terus menerus mencoba meraih ke dekat kedua gadis kecil itu, raut wajahnya begitu buas layaknya seorang yang sangat lapar.

Air liurnya menetes perlahan selagi ia menggeram, sedikit demi sedikit, ia semakin dekat dengan kedua gadis kecil itu ... hanya tinggal beberapa langkah saja.

"Men... jauh ...." Untuk terakhir kali Stephen mengeluarkan usaha terbaiknya, ia berusaha memberi tahu tahu anak kecil di dekatnya untuk menjauh, namun apa daya ucapannya itu terlalu pelan untuk bisa didengar kedua anak kecil yang sedang tertawa dan bercanda satu sama lain.

Pada akhirnya kesadaran Stephen hilang sepenuhnya, perlahan guratan bibirnya naik ke atas, wajahnya begitu sumringah melihat apa yang ia inginkan ada di depan matanya.

Perlahan namun pasti Stephen hendak meraih kedua gadis kecil itu, dan dalam waktu yang singkat saja ia akan segera menyelesaikan urusannya di sini.

HUUHSSH!

"!"

Tepat sebelum Stephen menyentuh kedua gadis kecil tadi tiba-tiba muncul angin yang cukup kencang di area itu, kedua gadis kecil di dekatnya menghilang tanpa jejak.

"Grrr...." Stephen kembali mengerang, raut wajahnya berubah menjadi muram dengan cepat.

Perasaan dipermainkan ini membuat Stephen terdiam sejenak dan kemudian mengarahkan pandangannya ke arah lain, ia melihat bayangan hitam sedang menggendong kedua gadis kecil yang menjadi sasarannya sebelumnya.

Tidak sampai di sana, Stephen melihat dengan jelas bagaimana rupa bayangan hitam yang tak jauh darinya itu, ternyata yang dilihatnya adalah seorang pria dewasa berjanggut tipis, menggendong kedua gadis itu.

Pria yang berpenampilan rapi itu memandangi Stephen dengan tajam, kedua gadis digendongnya tidak bergerak seolah mereka tengah tertidur pulas, padahal sebelumnya mereka bermain satu sama lain dengan penuh semangat.

Kedua mata pun saling menatap satu sama lain, sebelumnya Stephen tidak merasakan hawa kehadiran orang lain, namun kini pada kenyatannya ada orang lain di area ini.

Pria berkumis dan berjanggut tipis ini punya semacam luka di dekat mata kanannya, namun itu tidak menghalangi pandangan mata yang masih menatap tajam padanya.

"Grrr...." Stephen mulai mencoba jalan lain yaitu dengan menggunakan kekerasan di sini, ia hendak mengambil apa yang seharusnya ia dapatkan tadi.

Shhhh...

Perlahan namun pasti Stephen mulai menghimpun kekuatannya, hendak menyelesaikan urusannya dengan secepat mungkin.

DEG!

Tiba-tiba Stephen merasa ada sesuatu yang berbeda terjadi pada pria yang tiba-tiba muncul tak jauh darinya itu, sebuah hal yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya.

Tidak hanya dirinya yang sedang mengumpulkan kekuatan ternyata, namun pria berpenampilan rapi itu pun melakukannya, atau lebih tepatnya sudah siap sedia.

Perubahan atmosfer terjadi sini, selayaknya aura kekuatan sedang beradu, padahal di antara mereka belum terjadi apa-apa.

Stephen cukup kaget melihat hal ini, pasalnya ia merasa kekuatan yang begitu luar biasa terpancar dari pria yang punya luka di dekat mata kanannya itu.

Pria itu masih menatap serius pada Stephen, entah apa yang akan dilakukannya selanjutnya, namun sepertinya apapun yang akan dilakukannya, tentulah ia tidak mau membahayakan kedua gadis kecil yang kini dalam gendongannya itu.

"Mengapa makhluk sepertimu bisa ada di sini?"

Episodes
1 Bab 1: Tempat Pelarian
2 Bab 2: Jati Diri Sebenarnya
3 Bab 3: Kehausan
4 Bab 4: Berhenti, Kumohon
5 Bab 5: Aku Mengerti
6 Bab 6: Keputusan Mutlak
7 Bab 7: Tujuan Awal
8 Bab 8: Sedikit Bantuan
9 Bab 9: Awal Rumor
10 Bab 10: Sedikit Rumor
11 Bab 11: Kedua Teman
12 Bab 12: Hal Hangat
13 Bab 13: Break The Rules
14 Bab 14: Kehangatan Dan Ketakutan
15 Bab 15: Pembuktian
16 Bab 16: Aku Lelah Dan Ingin Pulang
17 Bab 17: Bebas
18 Bab 18: Mencari Kebenaran
19 Bab 19: Rossa dan Fredirica
20 Bab 20: Hal Yang Ditunggu
21 Bab 21: Menerima
22 Bab 22: Kekhawatiran Dan Pertanyaan
23 Bab 23: Hari Penting Aku Datang!
24 Bab 24: Melawan
25 Bab 25: Rasa Penasaran
26 Bab 26: Dilema
27 Bab 27: Melakukan Yang Terbaik
28 Bab 28: Masih Jauh
29 Bab 29: Siapa Yang Dimaksud
30 Bab 30: Coba Jelaskan Apa Yang Kamu Tahu
31 Bab 31: Rencana Baru
32 Bab 32: Apa Yang Terjadi
33 Bab 33: Kehangatan
34 Bab 34: Sebuah Pertanyaan
35 Bab 35: Waktunya Beraksi
36 Bab 36: Cara Lain? Siapa Takut!
37 Bab 37: Berbeda
38 Bab 38: Akhir
39 Bab 39: Berusaha
40 Bab 40: Tepat Waktu
41 Bab 41: Memulai Kembali
42 Bab 42: Yelena
43 Bab 43: Sekarang Atau Tidak Sama Sekali
44 Bab 44: Sebuah Alasan
45 Bab 45: Sebuah Alasan
46 Bab 46: Tumbang
47 Bab 47: Bangga
48 Bab 48: Diskusi
49 Bab 49: Dampak
50 Bab 50: Sembuh
51 Bab 51: Hasil
52 Bab 52: Pulang
53 Bab 53: Perjuangan
54 Bab 54: Konsekuensi
55 Bab 55: Kalian Mengganggu
56 Bab 56: Bukan Diri Sendiri
57 Bab 57: Mencoba Mengerti
58 Bab 58: Menerima Perasaan
59 Bab 59: Menerima Kenyataan
60 Bab 60: Sadar Dan Menerima
61 Bab 61: Menghadapi Tekanan
62 Bab 62: Kabar Dari Jauh
63 Bab 63: Sedikit Berubah
64 Bab 64: Keluar
65 Bab 65: Ada Yang Tidak Beres
66 Bab 66: Membela
67 Bab 67: Waktu Tidak Akan Menunggu
68 Bab 68: Inilah Kekuatanku
69 Bab 69: Melawan Juga
70 Bab 70: Tak Sadar
71 Bab 71: Lebih Kuat? Siapa Takut
72 Bab 72: Lebih Kuat
73 Bab 73: Masih Mau?
74 Bab 74: Kesempatan Emas
75 Bab 75: Tenang
76 Bab 76: Alasan Sebenarnya
77 Bab 77: Memilih
78 Bab 78: Diriku
79 Bab 79: Sebuah Kenyataan
80 Bab 80: Sunguh Nyata
81 Bab 81: Kabar
82 Bab 82: Berdamai
83 Bab 83: Heran
84 Bab 84: Penampilan Baru
85 Bab 85: Insting
86 Bab 86: Tamu
87 Bab 87: Kekuatan Yang Hilang
88 Bab 88: Pertemuan
89 Bab 89: Saudara
90 Bab 90: Alasan Berubah
91 Bab 91: Memanas
92 Bab 92: Makin Panas
93 Bab 93: Menjauh
94 Bab 94: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
95 Bab 95: Berusaha Lebih Keras
96 Bab 96: Sudah Habis
97 Bab 97: Perbedaan
98 Bab 98: Curiga
99 Bab 99: Menunjukkan Tekad
100 Bab 100: Ragu
101 Bab 101: Percaya
102 Bab 102: Tidak Terduga
103 Bab 103: Tanda
104 Bab 104: Terdesak
105 Bab 105: Terima Kasih Sudah Disini
106 Bab 106: Keputusan
107 Bab 107: Undangan
108 Bab 108: Berjalan
109 Bab 109: Dingin
110 Bab 110: Pertanyaan Lagi
111 Bab 111: Jadi Diri Sendiri
112 Bab 112: Balas Budi
113 Bab 113: Menghadapi Kenyataan
114 Bab 114: Sadar
115 Bab 115: Bertemu
116 Bab 116: Terdampar
117 Bab 117: Panggilan Alami
118 Bab 118: Jalan-jalan
119 Bab 119: Jadi Kenyataan
120 Bab 120: Membuka
121 Bab 121: Tertangkap
122 Bab 122: Bersinggah
123 Bab 123: Bertemu... lagi
124 Bab 124: Perasaan
125 Bab 125: Rasakanlah
126 Bab 126: Usaha
127 Bab 127: Perlawanan
128 Bab 128: Kena Mental
129 Bab 129: Sosok Misterius
130 Bab 130: Mengincar
131 Bab 131: Heran
132 Bab 132: Rasakanlah!
133 Bab 133: Yang Kupercayai
134 Bab 134: Penasaran
135 Bab 135: Sadar
136 Bab 136: Jahat
137 Bab 137: Berbalik
138 Bab 138: Belum Selesai
139 Bab 139: Kerinduan
140 Bab 140: Pulang
141 Bab 141: Kunjungan
142 Bab 142: Menyebalkan
143 Bab 143: Mengingatkan
144 Bab 144: Nostalgia
145 Bab 145: Mana Keadilan?
146 Bab 146: Menyelesaikan
147 Bab 147: Fakta
148 Bab 148: Tak Sabar
149 Bab 149: Mengerti
150 Bab 150: Ayah Ibu, Terima Kasih
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Bab 1: Tempat Pelarian
2
Bab 2: Jati Diri Sebenarnya
3
Bab 3: Kehausan
4
Bab 4: Berhenti, Kumohon
5
Bab 5: Aku Mengerti
6
Bab 6: Keputusan Mutlak
7
Bab 7: Tujuan Awal
8
Bab 8: Sedikit Bantuan
9
Bab 9: Awal Rumor
10
Bab 10: Sedikit Rumor
11
Bab 11: Kedua Teman
12
Bab 12: Hal Hangat
13
Bab 13: Break The Rules
14
Bab 14: Kehangatan Dan Ketakutan
15
Bab 15: Pembuktian
16
Bab 16: Aku Lelah Dan Ingin Pulang
17
Bab 17: Bebas
18
Bab 18: Mencari Kebenaran
19
Bab 19: Rossa dan Fredirica
20
Bab 20: Hal Yang Ditunggu
21
Bab 21: Menerima
22
Bab 22: Kekhawatiran Dan Pertanyaan
23
Bab 23: Hari Penting Aku Datang!
24
Bab 24: Melawan
25
Bab 25: Rasa Penasaran
26
Bab 26: Dilema
27
Bab 27: Melakukan Yang Terbaik
28
Bab 28: Masih Jauh
29
Bab 29: Siapa Yang Dimaksud
30
Bab 30: Coba Jelaskan Apa Yang Kamu Tahu
31
Bab 31: Rencana Baru
32
Bab 32: Apa Yang Terjadi
33
Bab 33: Kehangatan
34
Bab 34: Sebuah Pertanyaan
35
Bab 35: Waktunya Beraksi
36
Bab 36: Cara Lain? Siapa Takut!
37
Bab 37: Berbeda
38
Bab 38: Akhir
39
Bab 39: Berusaha
40
Bab 40: Tepat Waktu
41
Bab 41: Memulai Kembali
42
Bab 42: Yelena
43
Bab 43: Sekarang Atau Tidak Sama Sekali
44
Bab 44: Sebuah Alasan
45
Bab 45: Sebuah Alasan
46
Bab 46: Tumbang
47
Bab 47: Bangga
48
Bab 48: Diskusi
49
Bab 49: Dampak
50
Bab 50: Sembuh
51
Bab 51: Hasil
52
Bab 52: Pulang
53
Bab 53: Perjuangan
54
Bab 54: Konsekuensi
55
Bab 55: Kalian Mengganggu
56
Bab 56: Bukan Diri Sendiri
57
Bab 57: Mencoba Mengerti
58
Bab 58: Menerima Perasaan
59
Bab 59: Menerima Kenyataan
60
Bab 60: Sadar Dan Menerima
61
Bab 61: Menghadapi Tekanan
62
Bab 62: Kabar Dari Jauh
63
Bab 63: Sedikit Berubah
64
Bab 64: Keluar
65
Bab 65: Ada Yang Tidak Beres
66
Bab 66: Membela
67
Bab 67: Waktu Tidak Akan Menunggu
68
Bab 68: Inilah Kekuatanku
69
Bab 69: Melawan Juga
70
Bab 70: Tak Sadar
71
Bab 71: Lebih Kuat? Siapa Takut
72
Bab 72: Lebih Kuat
73
Bab 73: Masih Mau?
74
Bab 74: Kesempatan Emas
75
Bab 75: Tenang
76
Bab 76: Alasan Sebenarnya
77
Bab 77: Memilih
78
Bab 78: Diriku
79
Bab 79: Sebuah Kenyataan
80
Bab 80: Sunguh Nyata
81
Bab 81: Kabar
82
Bab 82: Berdamai
83
Bab 83: Heran
84
Bab 84: Penampilan Baru
85
Bab 85: Insting
86
Bab 86: Tamu
87
Bab 87: Kekuatan Yang Hilang
88
Bab 88: Pertemuan
89
Bab 89: Saudara
90
Bab 90: Alasan Berubah
91
Bab 91: Memanas
92
Bab 92: Makin Panas
93
Bab 93: Menjauh
94
Bab 94: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
95
Bab 95: Berusaha Lebih Keras
96
Bab 96: Sudah Habis
97
Bab 97: Perbedaan
98
Bab 98: Curiga
99
Bab 99: Menunjukkan Tekad
100
Bab 100: Ragu
101
Bab 101: Percaya
102
Bab 102: Tidak Terduga
103
Bab 103: Tanda
104
Bab 104: Terdesak
105
Bab 105: Terima Kasih Sudah Disini
106
Bab 106: Keputusan
107
Bab 107: Undangan
108
Bab 108: Berjalan
109
Bab 109: Dingin
110
Bab 110: Pertanyaan Lagi
111
Bab 111: Jadi Diri Sendiri
112
Bab 112: Balas Budi
113
Bab 113: Menghadapi Kenyataan
114
Bab 114: Sadar
115
Bab 115: Bertemu
116
Bab 116: Terdampar
117
Bab 117: Panggilan Alami
118
Bab 118: Jalan-jalan
119
Bab 119: Jadi Kenyataan
120
Bab 120: Membuka
121
Bab 121: Tertangkap
122
Bab 122: Bersinggah
123
Bab 123: Bertemu... lagi
124
Bab 124: Perasaan
125
Bab 125: Rasakanlah
126
Bab 126: Usaha
127
Bab 127: Perlawanan
128
Bab 128: Kena Mental
129
Bab 129: Sosok Misterius
130
Bab 130: Mengincar
131
Bab 131: Heran
132
Bab 132: Rasakanlah!
133
Bab 133: Yang Kupercayai
134
Bab 134: Penasaran
135
Bab 135: Sadar
136
Bab 136: Jahat
137
Bab 137: Berbalik
138
Bab 138: Belum Selesai
139
Bab 139: Kerinduan
140
Bab 140: Pulang
141
Bab 141: Kunjungan
142
Bab 142: Menyebalkan
143
Bab 143: Mengingatkan
144
Bab 144: Nostalgia
145
Bab 145: Mana Keadilan?
146
Bab 146: Menyelesaikan
147
Bab 147: Fakta
148
Bab 148: Tak Sabar
149
Bab 149: Mengerti
150
Bab 150: Ayah Ibu, Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!