"Harus selesai hari ini juga!" Rossa ikut berteriak pada Feronica, kelakuannya tidak jauh berbeda dari saudaranya.
"...."
Feronica terdiam sejenak, apapun ia hanya sedikit tersenyum sambil berkata, "Kuusahakan selesai hari ini...."
"Nah begitu dong!" Wajah muram Fredirica sedikit mereda, setelah ia mendapat apa yang ia inginkan.
"Jangan pulang kalau belum selesai ya!" tambah Rossa sembari membalikkan badan, diikuti dengan saudaranya.
Rossa dan Fredirica meninggalkan Feronica yang terdiam, kembali terjatuh dengan cara terduduk dengan keras dan menyakitkan.
Feronica mengambil waktu di lantai sejenak, bagaimana pun juga ia memang tidak bisa menolak permintaan kedua temannya itu.
Seharusnya memang ia sudah tahu dari awal, tapi mengapa ia malah menolaknya? Jikalau ia tidak menolaknya tentulah ia tidak akan menerima perlakuan seperti itu bukan?
Tapi perlu diketahui sebelumnya, bahwa memang Rossa dan Fredirica adalah teman yang berlaku seperti itu pada Feronica, jadi pada akhirnya gadis itu tidak bisa berharap banyak untuk tidak menerima perlakuan seperti itu pada mereka.
Jadi apa maksudnya? Feronica sudah mengenal Rossa dan Fredirica bahkan ketika ia kelas satu, dan perlakuan mereka selama ini tidak jauh berbeda dengan apa yang tadi terjadi.
Jadi hampir tiga tahun mereka saling mengenal namun sayangnya Feronica tidak menerima perlakuan yang baik dari kedua temannya ini.
Gadis ini baru ingat ternyata tidak hanya ada materi yang harus dipelajarinya, kini ditambah tugas yang sama memusingkannya dengan penjabaran yang ada di buku ajar sihir.
Feronica beranjak setelah meresapi rasa sakit fisik dan emosinya yang memuncak itu, duduk di sebuah bangku dekat tangga menuju lantai dua, cukup dekat dan mulai membuka tas dan buku Rossa serta Fredirica.
Tanpa ia sadari suasana sore hari yang tadinya indah dan sangat cocok untuk dinikmati perlahan namun pasti berubah. Awan gelap mulai menutupi area sekolah dan terus menyebar bahkan sampai ke seluruh Desa Wolfden.
Untuk beberapa saat berikutnya Feronica berusaha sebisanya mengerjakan tugas teman-temannya itu, ia tidak sadar akan perubahan cuaca ini, seolah alam pun tahu kondisi hati yang dialami gadis ini.
***
Akademi Wolfden, pukul 18.00 hari yang sama di bangku dekat tangga menuju lantai dua.
"Baiklah! Akhirnya selesai! Tugas orang-orang merepotkan ini selesai! Heheh!"
Feronica mengangkat kedua buku teman-temannya merasa puas dengan apa yang telah diusahakannya dan segera merapikan kembali buku-buku milik temannya itu.
Padahal sebagian besar yang ia tulis pada buku kedua temannya adalah jawaban asal-asalan, lagipula ia memang tidak begitu mengerti jadi mengapa susah-susah berusaha?
Hari sudah semakin sore, setelah bergelut dengan berbagai materi miliknya dan kedua temannya itu, Feronica sadar cuaca yang tadinya berawan gelap kini berunah menjadi air yang berjatuhan dari langit yang semakin deras dan hari beranjak petang.
"Ukh."
"Huhhh ...." Perlahan Feronica menggosokkan tangannya dan memakai pakaian mantel tebal yang untungnya di bawa di tasnya, pakaiannya ini lebih penting karena bisa menyelamatkan dia dari kedinginan dibanding dengan sekumpulan buku yang tidak dimengertinya ini.
Tanpa berlama-lama lagi Feronica berjalan turun tangga dan segera meninggalkan area lantai tiga dan tak lama berselang pula akhirnya ia sampai di area dekat gerbang sekolah. Pada akhirnya ia bisa pulang juga.
Srrr....
Suara hujan terdengar jelas, air yang berjatuhan dari langit terus berlangsung entah sampai kapan. Feronica segera mengambil payung miliknya dekat loker dan segera melangkahkan kakinya keluar.
"Hei Feronica!" Suara keras nan kasar terdengar tepat dari belakang gadis itu, suaranya tidak asing dan ia mengenalinya, Feronica bertanya-tanya mengapa ada orang yang berbicara sangat keras padahal orang yang dipanggilnya berada di dekatnya?
Tepat di mana pintu keluar sekolah ia bisa terbebas dan bisa segera berlari meninggalkan halaman sekolah dan pulang dengan cepat di tengah hujan deras ini, namun ternyata harapannya itu tidak bisa berjalan dengan mulus.
"Rossa?" Feronica menoleh dan melihat kedua orang yang sifatnya begitu menyebalkan, setidaknya ia jujur merasakan hal itu.
Tidak hanya ada Rossa di sana melainkan ada juga saudaranya. Feronica tidak menyangka akan bertemu dengan mereka lagi, padahal sebelumnya ia yakin seharusnya sudah tidak ada siswa lain di sini, namun mengapa malah mereka ada tepat di depan pintu gerbang?
"Fredirica? Kalian belum pulang? Padahal hari sudah mulai petang, istirahat di rumah pasti menyenangkan." Memasang senyum kecil dan menggaruk belakang kepala, itulah yang Feronica lakukan untuk menghadapi mereka berdua, ia bertanya-tanya mengapa hari ini terasa tidak jauh berbeda dibanding hari sebelumnya? Tidakkah mereka berdua cukup memperlakukannya seperti ini selama dua tahun kebelakang?
"Hmph ...." Rossa menyilangkan tangan di dadanya, raut wajahnya masam dan menatap dengan remeh, Feronica punya satu masalah, mengapa dia memasang wajah muram seperti itu? Melihatnya seperti itu hanya membuat kecantikannya terlihat sia-sia.
"Sudah menyelesaikan tugas kami?" Dan kini Fredirica bertanya langsung pada intinya, dari sini aku bisa menduga mereka menunggu aku keluar kelas dan pulang, hanya karena buku catatan mereka ada padaku.
Mengapa repot-repot menungguku di pintu keluar sekolah hanya untuk menanti buku mereka?
Sembari memikirkan pertanyaan itu Feronica akhirnya kembali teringat, besok ada acara Tes Kemampuan Sihir, yaitu di mana para siswa tingkat akhir akan menunjukkan hasil pencapaian belajarnya selama ini.
Terdengar menarik? Tentu saja, karena memang itu adalah bagian penting dari kurikulum sekolah, namun tidak hanya akan di uji kemampuan prakteknya namun juga dengan kemampuan tulisnya.
Dengan begitu Feronica tahu alasan mengapa Rossa dan Fredirica sampai menunggunya di hari yang mulai petang ini, hanya untuk mengambil kembali buku mereka.
Tentu saja buku catatan tertulis ilmu sihir adalah buku yang penting dibawa jika ingin selamat saat masa pembelajaran di kelas, apalagi besok adalah ujian praktek sihir, yang dasar petunjuknya adalah tugas yang di kerjakan tadi, tidak membawa buku saat esok hari sama saja dengan mendapatkan nilai nol secara instan di ujian besok.
Mungkin mereka takut Feronica tidak masuk besok dan bukunya ada padanya? Padahal tidak mungkin juga dia tidak masuk besok, besok'kan hari penting, Tes Kemampuan Sihir akan digelar besok.
"Ah buku kalian ya? Ahaha, hampir saja kubawa pulang tapi kalian sebenarnya tidak perlu repot-repot menungguku, aku bisa saja mengantarkan ini ke rumah kalian nanti malam," ujar Feronica sembari berusaha tetap terdengar dan terlihat ramah di hadapan kedua temannya itu.
"Huh ... jangan berandai-andai Feronica, melihat kediaman kami dari jauh kau sudah tidak layak, apalagi masuk kedalamnya, ha!" Rossa sedikit berteriak pada kalimatnya yang terakhir, itu membuat seluruh perkataan sebelumnya jadi terasa lebih menyakitkan.
"Ah, begitukah? Ahaha, benar juga, kalau begitu sebentar ...." Feronica mengabaikan aura keganasan yang muncul dalam hatinya seketika itu juga dan berusaha untuk tetap tenang, sebenarnya dia ini bukanlah pemarah, setidaknya belum.
Dengan cepat Feronica merogoh tasnya dan mengambil kedua buku catatan milik mereka berdua, sembari berharap semoga saja mereka tidak menyadari dia asal-asalan mengerjakannya.
Rossa dan Fredirica mengambil buku mereka dengan kasar, itu sedikit membuatku terkejut tapi untunglah mereka tidak cukup pintar untuk memeriksa isinya.
"Bagus juga usahamu Feronica, kau ini bodoh tapi mampu mengerjakan soal-soal ini ...." Fredirica mengabaikan isi buku catatannya dan segera memasukkannya ke dalam tasnya, hal yang sama dilakukan juga oleh Rossa.
Feronica sendiri tidak tahu apakah ucapan yang keluar dari mulut Fredirica pujian atau ejekan?
"Te- tentu saja! Soal seperti ini bukanlah masalah bagiku a-haha, kalau begitu aku pulang dulu ya, sampai berjumpa besok!" Dengan cepat Feronica berbalik badan hendak berlari cepat meninggalkan kedua orang ini, ia tidak mau terjebak pembicaraan lama-lama dengan mereka.
Tap.
"Eh?"
Blugh.
Seluruh energi yang kukerahkan untuk lari malah terbalik dan akhirnya tersungkur kebelakang dan jatuh, sedikit melirik ke belakang Rossa ternyata memegang tasnya dengan erat mencegahnya untuk pergi.
"Mengapa terburu-buru?" Fredirica memandanginya dengan remeh, pandangan matanya itu membuatnya sebal sekaligus ngeri melihatnya.
Sebagian baju Feronica dan celana seragam basah karena terjatuh tepat di bawah genangan air di samping lantai sekolah, sepertinya mereka ini sengaja ingin mengotorinya.
Apa yang bisa dilakukan selain dengan diam dan menahan amarah? Masalah akan semakin berjalan mulus jika dia tersulut emosi.
"Ya ada apa Fredirica?"
"Sepertinya di seluruh kelas sedang ada pembicaraan hangat, kau tahu apa itu bukan?" tanya Fredirica pelan, ia tidak terlihat bertanya lebih terasa seperti 'memaksa' untuk mengakui apa yang ditanyakannya.
Sejenak Feronica berpikir, hal hangat apa yang Fredirica maksud? Terlalu banyak hal yang para siswa bicarakan di kelas, bahkan hal tak penting sekalipun.
Topik hangat antar siswa di akademi? Apakah itu soal kemampuan sihir ataukah soal tes yang akan digelar besok? Feronica berusaha mencari tahu apa yang dimaksud oleh temannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments