Kebenaran yang ingin diketahui orang banyak sekaligus yang selama ini dihindari banyak orang.
Kenyataan itulah yang ingin diketahui oleh Rossa Reiss dan Fredirica Reiss, kedua siswi yang berasal dari keluarga tersohor. Mereka memanfaatkan status sosial miliknya dan melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Termasuk keinginannya saat ini untuk mengetahui kebenaran yang ada, dan Feronica-lah yang selama ini mereka manfaatkan untuk melakukan kehendak mereka.
Terdengar mengerikan? Sebenarnya hal ini hanya diketahui oleh Feronica saja, mengingat setiap kali terjadi hal seperti ini, ia hanya ingin tidak mengingatnya lagi demi dirinya sendiri.
Karena dengan mengingat sesuatu yang menyakitkan akan membangkitkan amarah, menghasilkan dendam serta benci pada seseorang dan Feronica tidak mau menjadi menyimpan perasaan seperti itu.
Ia hanya ingin hidup tenang tanpa dikuasai oleh perasaan pribadinya, itulah alasannya mengapa Feronica bisa bertahan menuntut ilmu di sini.
Untuk apa ia memikirkan perasaan pribadinya yang hanya akan memberinya kerugian itu? Feronica berusaha menjernihkan lagi pikirannya dan tidak larut dalan kekalutan pikirannya saat ini.
Semua ini demi masa depannya, apa yang ia buat dengan menuntut ilmu di sini akan membuat suatu langkah baginya, yang di mana langkah pertama untuk menjadi seorang ahli sihir.
Untuk apa ia memikirkan hal yang terjadi sekarang? Baik atau buruknya pasti akan memiliki makna-nya tersendiri dan Feronica tahu selalu ada yang bisa diambil dari setiap hal yang terjadi di hidup ini.
Ingatan Feronica kini tergambar jelas di benaknya, setiap detil cerita yang diceritakan oleh ibu-nya ketika kecil, hanya satu kali saja di malam itu....
***
13 TAHUN LALU....
Di suatu malam yang indah, Feronica kecil yang masih berumur lima tahun sedang berada di pangkuan ibunya sedang menikmati suasana malam, duduk di dekat perapian sederhana yang ada di rumah-nya.
Mata Feronica kecil berbinar-binar melihat ke arah api yang menghangatkannya di malam yang agak dingin ini, musim dingin tak lama lagi akan tiba.
Musim di mana Feronica senang sekali melihat salju dan menikmati keindahan yang ditawarkan olehnya. Meskipun pada akhirnya Ibunya ini sering mengingatkannya untuk berhati-hati terhadap hawa dingin.
"Ibu, api itu baik ya? Mereka menghangatkan kita dan membuat kita nyaman~" Feronica kecil menatap wajah ibunya yang juga tengah menikmati hangatnya perapian ini.
Perapian api kecil yang membawa kenyamanan, kehangatan dan juga kebersamaan, Feronica kecil sangat menikmati momen ini, rasanya ia ingin begini saja untik selamanya.
"Ah, benar Feronica...." Ujar Ibu Elisabeth sembari tersenyum kecil, melihat putrinya yang begitu bahagia saat ini.
"Tapi... Api itu tidak selalu baik lho," ujar ibunya tak lama setelah mengomentari perapian ini.
"Hah? Kenapa?" Feronica kecil heran, mengapa bisa-bisanya api yang hangat ini tidak baik?
"Api kecil memang bisa membuat hangat, tapi api yang besar bisa membakar kita, membuat kita tak bernyawa," ujar ibunya se-sederhana mungkin sehingga Feronica kecil bisa mengerti akan penjelasannya itu.
Feronica kecil mengangguk kecil menyadari kenyataan baru yang ia dengar tadi, pada akhirnya tidak semua hal yang ia anggap baik ternyata baik adanya.
Feronica kecil belajar banyak dari penjelasan singkat ibunya, ia agak mendekat lagi ke perapian kecil itu maka badannya tidak lagi terasa hangat, malahan terasa panas dan sangat tidak nyaman sekali.
Feronica mengangguk kecil sembari kembali menjauh sedikit, mencari posisi yang nyaman baginya untuk kembali menikmati momen ini.
Ibunya pergi ke belakanh mengambil segelas susu hangat, meninggalkan Feronica yang hampir terjatuh ke belakang ketiduran karena begitu nyamannya kehangatan ini.
"AUUUU!!!"
Suara gerangan binatang tiba-tiba terdengar memecah momen indah Feronica kecil, ia terjaga seketika dan melihat ibunya tidak ada di dekatnya, Feronica kecil tidak lagi merasa nyaman, malahan sebaliknya ia merasa terancam dan tidak tenang setelah mendengar suara tadi.
Berada dalam kesendiriannya dan ketika ia tahu ia sedang merasa tidak baik-baik saja, perapian hangat tidak membantu banyak. Feronica malah semakin takut, badannya bergetaran dan ia hanya terpaku ke perapian sembari berusaha untuk tidak menangis.
"Ada apa?" Ibunya duduk di dekat putrinya dan memberinya segelas susi hangat yang menyegarkan, Feronica kecil mengambilnya dengan perlahan, tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya bahkan ketika ibunya sudah berada di sini sekalipun.
"Ibu... apa ibu mendengar suara tadi?" Feronica kecil menatap wajah ibunya yang khawatir padanya, ibunya terdiam sejenak tak berkata sepatah kata pun.
Feronica kecil bisa melihat dengan jelas raut wajah ibunya yang juga terlihat berbeda dibandingkan sebelumnya. Seolah Feronica bisa tahu ibunya pun memang mendengar suara yang barusan terdengar.
"Feronica... Ibu hanya akan mengatakan ini satu kali. Cerita ini akan menjelaskan semuanya...." Ibu Elisabeth lebih mendekat lagi pada putrinya, berharap bisa membuat putrinya tidak ketakutan lagi dan membuatnya nyaman kembali.
"Cerita?" Feronica kecil memiringkan kepalanya sedikit tanda penasaran akan apa yang dimaksud ibunya itu.
Ibunya mengangguk. "Benar Feronica, yang akan ibu katakan adalah rumor mengenai makhluk menyeramkan yang ada di area pekuburan desa kita...."
Ibu Elisabeth pada akhirnya berpikir dengan menceritakan hal ini, tentulah putrinya bisa mengetahui akan rumor ini terlepas dari benar atau tidaknya. Setidaknya dengan begini Feronica akan bisa lebih waspada dan menjaga dirinya ketika berada di luar.
Tidak ada waktu yang lebih tepat selain menceritakan hal ini sedini mungkin. Elisabeth tahu ini akan menjadi beban pikiran baru bagi putrinya, namun itu lebih baik dibanding dengan tidak diberi tahu sama sekali. Apa yang bisa terjadi di hari esok? Tentunya tidak ada yang tahu bukan?
Karena itulah Elisabeth harus memeringatkan putrinya itu, demi kebaikannya sendiri, sekarang atau tidak sama sekali.
Untuk beberapa saat selanjutnya, Feronica kecil mendengarkan dengan seksama cerita yang dipaparkan oleh ibunya itu.
Pikirannya memang masih dini untuk mencerna hal yang seperti ini, namun setelah selesai mendengar cerita yang menyeramkan itu, Feronica tidak merasa baik-baik saja malahan Feronica berusaha untuk memedam ketakutannya akan suara keras nan ganas tadi.
Ditambah pula dengan cerita yang tadi didengarnya, rasanya memang ia butuh usaha ekstra agar bisa tenang kembali mendengar dua hal mengerikan tadi.
Bukankah itu sedikit dilebih-lebihkan? Tidak juga, memangnya siapa yang tidak takut dengan suara ketidakpastian? Di mana yang terdengar hanyalah semu yang bisa mengundang berbagai macam pikiran dan spekulasi.
Dan sejak saat itu Feronica kecil tahu akan rumor yang ada di tempat tinggalnya itu, hari terus berlalu dan setiap momen yang dilaluinya membuat ingatan baru dalam benaknya, namun di pikiran dan hatinya yang terdalam ia masih ingat bagaimana momen di malam itu, momen kehangatan serta kenyamanan yang ingin selalu dialaminya dan juga sekaligus ketakutan dan kengerian, momen di mana ia ingin lari dan tidak mau mengingatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments