Bab 14: Kehangatan Dan Ketakutan

Kebenaran yang ingin diketahui orang banyak sekaligus yang selama ini dihindari banyak orang.

Kenyataan itulah yang ingin diketahui oleh Rossa Reiss dan Fredirica Reiss, kedua siswi yang berasal dari keluarga tersohor. Mereka memanfaatkan status sosial miliknya dan melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Termasuk keinginannya saat ini untuk mengetahui kebenaran yang ada, dan Feronica-lah yang selama ini mereka manfaatkan untuk melakukan kehendak mereka.

Terdengar mengerikan? Sebenarnya hal ini hanya diketahui oleh Feronica saja, mengingat setiap kali terjadi hal seperti ini, ia hanya ingin tidak mengingatnya lagi demi dirinya sendiri.

Karena dengan mengingat sesuatu yang menyakitkan akan membangkitkan amarah, menghasilkan dendam serta benci pada seseorang dan Feronica tidak mau menjadi menyimpan perasaan seperti itu.

Ia hanya ingin hidup tenang tanpa dikuasai oleh perasaan pribadinya, itulah alasannya mengapa Feronica bisa bertahan menuntut ilmu di sini.

Untuk apa ia memikirkan perasaan pribadinya yang hanya akan memberinya kerugian itu? Feronica berusaha menjernihkan lagi pikirannya dan tidak larut dalan kekalutan pikirannya saat ini.

Semua ini demi masa depannya, apa yang ia buat dengan menuntut ilmu di sini akan membuat suatu langkah baginya, yang di mana langkah pertama untuk menjadi seorang ahli sihir.

Untuk apa ia memikirkan hal yang terjadi sekarang? Baik atau buruknya pasti akan memiliki makna-nya tersendiri dan Feronica tahu selalu ada yang bisa diambil dari setiap hal yang terjadi di hidup ini.

Ingatan Feronica kini tergambar jelas di benaknya, setiap detil cerita yang diceritakan oleh ibu-nya ketika kecil, hanya satu kali saja di malam itu....

***

13 TAHUN LALU....

Di suatu malam yang indah, Feronica kecil yang masih berumur lima tahun sedang berada di pangkuan ibunya sedang menikmati suasana malam, duduk di dekat perapian sederhana yang ada di rumah-nya.

Mata Feronica kecil berbinar-binar melihat ke arah api yang menghangatkannya di malam yang agak dingin ini, musim dingin tak lama lagi akan tiba.

Musim di mana Feronica senang sekali melihat salju dan menikmati keindahan yang ditawarkan olehnya. Meskipun pada akhirnya Ibunya ini sering mengingatkannya untuk berhati-hati terhadap hawa dingin.

"Ibu, api itu baik ya? Mereka menghangatkan kita dan membuat kita nyaman~" Feronica kecil menatap wajah ibunya yang juga tengah menikmati hangatnya perapian ini.

Perapian api kecil yang membawa kenyamanan, kehangatan dan juga kebersamaan, Feronica kecil sangat menikmati momen ini, rasanya ia ingin begini saja untik selamanya.

"Ah, benar Feronica...." Ujar Ibu Elisabeth sembari tersenyum kecil, melihat putrinya yang begitu bahagia saat ini.

"Tapi... Api itu tidak selalu baik lho," ujar ibunya tak lama setelah mengomentari perapian ini.

"Hah? Kenapa?" Feronica kecil heran, mengapa bisa-bisanya api yang hangat ini tidak baik?

"Api kecil memang bisa membuat hangat, tapi api yang besar bisa membakar kita, membuat kita tak bernyawa," ujar ibunya se-sederhana mungkin sehingga Feronica kecil bisa mengerti akan penjelasannya itu.

Feronica kecil mengangguk kecil menyadari kenyataan baru yang ia dengar tadi, pada akhirnya tidak semua hal yang ia anggap baik ternyata baik adanya.

Feronica kecil belajar banyak dari penjelasan singkat ibunya, ia agak mendekat lagi ke perapian kecil itu maka badannya tidak lagi terasa hangat, malahan terasa panas dan sangat tidak nyaman sekali.

Feronica mengangguk kecil sembari kembali menjauh sedikit, mencari posisi yang nyaman baginya untuk kembali menikmati momen ini.

Ibunya pergi ke belakanh mengambil segelas susu hangat, meninggalkan Feronica yang hampir terjatuh ke belakang ketiduran karena begitu nyamannya kehangatan ini.

"AUUUU!!!"

Suara gerangan binatang tiba-tiba terdengar memecah momen indah Feronica kecil, ia terjaga seketika dan melihat ibunya tidak ada di dekatnya, Feronica kecil tidak lagi merasa nyaman, malahan sebaliknya ia merasa terancam dan tidak tenang setelah mendengar suara tadi.

Berada dalam kesendiriannya dan ketika ia tahu ia sedang merasa tidak baik-baik saja, perapian hangat tidak membantu banyak. Feronica malah semakin takut, badannya bergetaran dan ia hanya terpaku ke perapian sembari berusaha untuk tidak menangis.

"Ada apa?" Ibunya duduk di dekat putrinya dan memberinya segelas susi hangat yang menyegarkan, Feronica kecil mengambilnya dengan perlahan, tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya bahkan ketika ibunya sudah berada di sini sekalipun.

"Ibu... apa ibu mendengar suara tadi?" Feronica kecil menatap wajah ibunya yang khawatir padanya, ibunya terdiam sejenak tak berkata sepatah kata pun.

Feronica kecil bisa melihat dengan jelas raut wajah ibunya yang juga terlihat berbeda dibandingkan sebelumnya. Seolah Feronica bisa tahu ibunya pun memang mendengar suara yang barusan terdengar.

"Feronica... Ibu hanya akan mengatakan ini satu kali. Cerita ini akan menjelaskan semuanya...." Ibu Elisabeth lebih mendekat lagi pada putrinya, berharap bisa membuat putrinya tidak ketakutan lagi dan membuatnya nyaman kembali.

"Cerita?" Feronica kecil memiringkan kepalanya sedikit tanda penasaran akan apa yang dimaksud ibunya itu.

Ibunya mengangguk. "Benar Feronica, yang akan ibu katakan adalah rumor mengenai makhluk menyeramkan yang ada di area pekuburan desa kita...."

Ibu Elisabeth pada akhirnya berpikir dengan menceritakan hal ini, tentulah putrinya bisa mengetahui akan rumor ini terlepas dari benar atau tidaknya. Setidaknya dengan begini Feronica akan bisa lebih waspada dan menjaga dirinya ketika berada di luar.

Tidak ada waktu yang lebih tepat selain menceritakan hal ini sedini mungkin. Elisabeth tahu ini akan menjadi beban pikiran baru bagi putrinya, namun itu lebih baik dibanding dengan tidak diberi tahu sama sekali. Apa yang bisa terjadi di hari esok? Tentunya tidak ada yang tahu bukan?

Karena itulah Elisabeth harus memeringatkan putrinya itu, demi kebaikannya sendiri, sekarang atau tidak sama sekali.

Untuk beberapa saat selanjutnya, Feronica kecil mendengarkan dengan seksama cerita yang dipaparkan oleh ibunya itu.

Pikirannya memang masih dini untuk mencerna hal yang seperti ini, namun setelah selesai mendengar cerita yang menyeramkan itu, Feronica tidak merasa baik-baik saja malahan Feronica berusaha untuk memedam ketakutannya akan suara keras nan ganas tadi.

Ditambah pula dengan cerita yang tadi didengarnya, rasanya memang ia butuh usaha ekstra agar bisa tenang kembali mendengar dua hal mengerikan tadi.

Bukankah itu sedikit dilebih-lebihkan? Tidak juga, memangnya siapa yang tidak takut dengan suara ketidakpastian? Di mana yang terdengar hanyalah semu yang bisa mengundang berbagai macam pikiran dan spekulasi.

Dan sejak saat itu Feronica kecil tahu akan rumor yang ada di tempat tinggalnya itu, hari terus berlalu dan setiap momen yang dilaluinya membuat ingatan baru dalam benaknya, namun di pikiran dan hatinya yang terdalam ia masih ingat bagaimana momen di malam itu, momen kehangatan serta kenyamanan yang ingin selalu dialaminya dan juga sekaligus ketakutan dan kengerian, momen di mana ia ingin lari dan tidak mau mengingatnya.

***

Episodes
1 Bab 1: Tempat Pelarian
2 Bab 2: Jati Diri Sebenarnya
3 Bab 3: Kehausan
4 Bab 4: Berhenti, Kumohon
5 Bab 5: Aku Mengerti
6 Bab 6: Keputusan Mutlak
7 Bab 7: Tujuan Awal
8 Bab 8: Sedikit Bantuan
9 Bab 9: Awal Rumor
10 Bab 10: Sedikit Rumor
11 Bab 11: Kedua Teman
12 Bab 12: Hal Hangat
13 Bab 13: Break The Rules
14 Bab 14: Kehangatan Dan Ketakutan
15 Bab 15: Pembuktian
16 Bab 16: Aku Lelah Dan Ingin Pulang
17 Bab 17: Bebas
18 Bab 18: Mencari Kebenaran
19 Bab 19: Rossa dan Fredirica
20 Bab 20: Hal Yang Ditunggu
21 Bab 21: Menerima
22 Bab 22: Kekhawatiran Dan Pertanyaan
23 Bab 23: Hari Penting Aku Datang!
24 Bab 24: Melawan
25 Bab 25: Rasa Penasaran
26 Bab 26: Dilema
27 Bab 27: Melakukan Yang Terbaik
28 Bab 28: Masih Jauh
29 Bab 29: Siapa Yang Dimaksud
30 Bab 30: Coba Jelaskan Apa Yang Kamu Tahu
31 Bab 31: Rencana Baru
32 Bab 32: Apa Yang Terjadi
33 Bab 33: Kehangatan
34 Bab 34: Sebuah Pertanyaan
35 Bab 35: Waktunya Beraksi
36 Bab 36: Cara Lain? Siapa Takut!
37 Bab 37: Berbeda
38 Bab 38: Akhir
39 Bab 39: Berusaha
40 Bab 40: Tepat Waktu
41 Bab 41: Memulai Kembali
42 Bab 42: Yelena
43 Bab 43: Sekarang Atau Tidak Sama Sekali
44 Bab 44: Sebuah Alasan
45 Bab 45: Sebuah Alasan
46 Bab 46: Tumbang
47 Bab 47: Bangga
48 Bab 48: Diskusi
49 Bab 49: Dampak
50 Bab 50: Sembuh
51 Bab 51: Hasil
52 Bab 52: Pulang
53 Bab 53: Perjuangan
54 Bab 54: Konsekuensi
55 Bab 55: Kalian Mengganggu
56 Bab 56: Bukan Diri Sendiri
57 Bab 57: Mencoba Mengerti
58 Bab 58: Menerima Perasaan
59 Bab 59: Menerima Kenyataan
60 Bab 60: Sadar Dan Menerima
61 Bab 61: Menghadapi Tekanan
62 Bab 62: Kabar Dari Jauh
63 Bab 63: Sedikit Berubah
64 Bab 64: Keluar
65 Bab 65: Ada Yang Tidak Beres
66 Bab 66: Membela
67 Bab 67: Waktu Tidak Akan Menunggu
68 Bab 68: Inilah Kekuatanku
69 Bab 69: Melawan Juga
70 Bab 70: Tak Sadar
71 Bab 71: Lebih Kuat? Siapa Takut
72 Bab 72: Lebih Kuat
73 Bab 73: Masih Mau?
74 Bab 74: Kesempatan Emas
75 Bab 75: Tenang
76 Bab 76: Alasan Sebenarnya
77 Bab 77: Memilih
78 Bab 78: Diriku
79 Bab 79: Sebuah Kenyataan
80 Bab 80: Sunguh Nyata
81 Bab 81: Kabar
82 Bab 82: Berdamai
83 Bab 83: Heran
84 Bab 84: Penampilan Baru
85 Bab 85: Insting
86 Bab 86: Tamu
87 Bab 87: Kekuatan Yang Hilang
88 Bab 88: Pertemuan
89 Bab 89: Saudara
90 Bab 90: Alasan Berubah
91 Bab 91: Memanas
92 Bab 92: Makin Panas
93 Bab 93: Menjauh
94 Bab 94: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
95 Bab 95: Berusaha Lebih Keras
96 Bab 96: Sudah Habis
97 Bab 97: Perbedaan
98 Bab 98: Curiga
99 Bab 99: Menunjukkan Tekad
100 Bab 100: Ragu
101 Bab 101: Percaya
102 Bab 102: Tidak Terduga
103 Bab 103: Tanda
104 Bab 104: Terdesak
105 Bab 105: Terima Kasih Sudah Disini
106 Bab 106: Keputusan
107 Bab 107: Undangan
108 Bab 108: Berjalan
109 Bab 109: Dingin
110 Bab 110: Pertanyaan Lagi
111 Bab 111: Jadi Diri Sendiri
112 Bab 112: Balas Budi
113 Bab 113: Menghadapi Kenyataan
114 Bab 114: Sadar
115 Bab 115: Bertemu
116 Bab 116: Terdampar
117 Bab 117: Panggilan Alami
118 Bab 118: Jalan-jalan
119 Bab 119: Jadi Kenyataan
120 Bab 120: Membuka
121 Bab 121: Tertangkap
122 Bab 122: Bersinggah
123 Bab 123: Bertemu... lagi
124 Bab 124: Perasaan
125 Bab 125: Rasakanlah
126 Bab 126: Usaha
127 Bab 127: Perlawanan
128 Bab 128: Kena Mental
129 Bab 129: Sosok Misterius
130 Bab 130: Mengincar
131 Bab 131: Heran
132 Bab 132: Rasakanlah!
133 Bab 133: Yang Kupercayai
134 Bab 134: Penasaran
135 Bab 135: Sadar
136 Bab 136: Jahat
137 Bab 137: Berbalik
138 Bab 138: Belum Selesai
139 Bab 139: Kerinduan
140 Bab 140: Pulang
141 Bab 141: Kunjungan
142 Bab 142: Menyebalkan
143 Bab 143: Mengingatkan
144 Bab 144: Nostalgia
145 Bab 145: Mana Keadilan?
146 Bab 146: Menyelesaikan
147 Bab 147: Fakta
148 Bab 148: Tak Sabar
149 Bab 149: Mengerti
150 Bab 150: Ayah Ibu, Terima Kasih
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Bab 1: Tempat Pelarian
2
Bab 2: Jati Diri Sebenarnya
3
Bab 3: Kehausan
4
Bab 4: Berhenti, Kumohon
5
Bab 5: Aku Mengerti
6
Bab 6: Keputusan Mutlak
7
Bab 7: Tujuan Awal
8
Bab 8: Sedikit Bantuan
9
Bab 9: Awal Rumor
10
Bab 10: Sedikit Rumor
11
Bab 11: Kedua Teman
12
Bab 12: Hal Hangat
13
Bab 13: Break The Rules
14
Bab 14: Kehangatan Dan Ketakutan
15
Bab 15: Pembuktian
16
Bab 16: Aku Lelah Dan Ingin Pulang
17
Bab 17: Bebas
18
Bab 18: Mencari Kebenaran
19
Bab 19: Rossa dan Fredirica
20
Bab 20: Hal Yang Ditunggu
21
Bab 21: Menerima
22
Bab 22: Kekhawatiran Dan Pertanyaan
23
Bab 23: Hari Penting Aku Datang!
24
Bab 24: Melawan
25
Bab 25: Rasa Penasaran
26
Bab 26: Dilema
27
Bab 27: Melakukan Yang Terbaik
28
Bab 28: Masih Jauh
29
Bab 29: Siapa Yang Dimaksud
30
Bab 30: Coba Jelaskan Apa Yang Kamu Tahu
31
Bab 31: Rencana Baru
32
Bab 32: Apa Yang Terjadi
33
Bab 33: Kehangatan
34
Bab 34: Sebuah Pertanyaan
35
Bab 35: Waktunya Beraksi
36
Bab 36: Cara Lain? Siapa Takut!
37
Bab 37: Berbeda
38
Bab 38: Akhir
39
Bab 39: Berusaha
40
Bab 40: Tepat Waktu
41
Bab 41: Memulai Kembali
42
Bab 42: Yelena
43
Bab 43: Sekarang Atau Tidak Sama Sekali
44
Bab 44: Sebuah Alasan
45
Bab 45: Sebuah Alasan
46
Bab 46: Tumbang
47
Bab 47: Bangga
48
Bab 48: Diskusi
49
Bab 49: Dampak
50
Bab 50: Sembuh
51
Bab 51: Hasil
52
Bab 52: Pulang
53
Bab 53: Perjuangan
54
Bab 54: Konsekuensi
55
Bab 55: Kalian Mengganggu
56
Bab 56: Bukan Diri Sendiri
57
Bab 57: Mencoba Mengerti
58
Bab 58: Menerima Perasaan
59
Bab 59: Menerima Kenyataan
60
Bab 60: Sadar Dan Menerima
61
Bab 61: Menghadapi Tekanan
62
Bab 62: Kabar Dari Jauh
63
Bab 63: Sedikit Berubah
64
Bab 64: Keluar
65
Bab 65: Ada Yang Tidak Beres
66
Bab 66: Membela
67
Bab 67: Waktu Tidak Akan Menunggu
68
Bab 68: Inilah Kekuatanku
69
Bab 69: Melawan Juga
70
Bab 70: Tak Sadar
71
Bab 71: Lebih Kuat? Siapa Takut
72
Bab 72: Lebih Kuat
73
Bab 73: Masih Mau?
74
Bab 74: Kesempatan Emas
75
Bab 75: Tenang
76
Bab 76: Alasan Sebenarnya
77
Bab 77: Memilih
78
Bab 78: Diriku
79
Bab 79: Sebuah Kenyataan
80
Bab 80: Sunguh Nyata
81
Bab 81: Kabar
82
Bab 82: Berdamai
83
Bab 83: Heran
84
Bab 84: Penampilan Baru
85
Bab 85: Insting
86
Bab 86: Tamu
87
Bab 87: Kekuatan Yang Hilang
88
Bab 88: Pertemuan
89
Bab 89: Saudara
90
Bab 90: Alasan Berubah
91
Bab 91: Memanas
92
Bab 92: Makin Panas
93
Bab 93: Menjauh
94
Bab 94: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
95
Bab 95: Berusaha Lebih Keras
96
Bab 96: Sudah Habis
97
Bab 97: Perbedaan
98
Bab 98: Curiga
99
Bab 99: Menunjukkan Tekad
100
Bab 100: Ragu
101
Bab 101: Percaya
102
Bab 102: Tidak Terduga
103
Bab 103: Tanda
104
Bab 104: Terdesak
105
Bab 105: Terima Kasih Sudah Disini
106
Bab 106: Keputusan
107
Bab 107: Undangan
108
Bab 108: Berjalan
109
Bab 109: Dingin
110
Bab 110: Pertanyaan Lagi
111
Bab 111: Jadi Diri Sendiri
112
Bab 112: Balas Budi
113
Bab 113: Menghadapi Kenyataan
114
Bab 114: Sadar
115
Bab 115: Bertemu
116
Bab 116: Terdampar
117
Bab 117: Panggilan Alami
118
Bab 118: Jalan-jalan
119
Bab 119: Jadi Kenyataan
120
Bab 120: Membuka
121
Bab 121: Tertangkap
122
Bab 122: Bersinggah
123
Bab 123: Bertemu... lagi
124
Bab 124: Perasaan
125
Bab 125: Rasakanlah
126
Bab 126: Usaha
127
Bab 127: Perlawanan
128
Bab 128: Kena Mental
129
Bab 129: Sosok Misterius
130
Bab 130: Mengincar
131
Bab 131: Heran
132
Bab 132: Rasakanlah!
133
Bab 133: Yang Kupercayai
134
Bab 134: Penasaran
135
Bab 135: Sadar
136
Bab 136: Jahat
137
Bab 137: Berbalik
138
Bab 138: Belum Selesai
139
Bab 139: Kerinduan
140
Bab 140: Pulang
141
Bab 141: Kunjungan
142
Bab 142: Menyebalkan
143
Bab 143: Mengingatkan
144
Bab 144: Nostalgia
145
Bab 145: Mana Keadilan?
146
Bab 146: Menyelesaikan
147
Bab 147: Fakta
148
Bab 148: Tak Sabar
149
Bab 149: Mengerti
150
Bab 150: Ayah Ibu, Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!