Kidung Petaka
Matahari tampak mulai beranjak ke peraduan saat dua kelompok remaja pria meninggalkan lapangan bola. Namun dua remaja pria terlihat masih duduk di pinggir lapangan bola sambil meluruskan kedua kaki masing-masing di atas tanah. Nampaknya mereka kelelahan karena baru saja usai bermain bola bersama beberapa teman lainnya. Itu terlihat jelas dari peluh yang membasahi wajah dan tubuh termasuk kaos yang mereka kenakan.
Dua remaja pria yang memiliki wajah rupawan itu bernama Rex Aldan dan Gama. Mereka bersahabat sejak kecil. Alasan persahabatan mereka adalah selain tempat tinggal mereka yang berdekatan, keduanya juga mengenyam pendidikan di SD dan SMP yang sama.
" Kita balik duluan ya Rex, Gam...!" pamit Fatir mewakili teman-temannya.
" Iya Tir. Gue sama T-rex sebentar lagi juga balik kok...," sahut Gama yang diangguki Rex.
Gama memang selalu memanggil Rex dengan sebutan T-rex, yaitu makhluk purba sejenis dinosaurus yang dikenal sebagai raja dinosaurus karena ukurannya yang super besar. Sedangkan Rex sendiri memanggil Gama dengan sebutan Gajah Mada karena waktu kecil Gama bertubuh gemuk dengan lipatan lemak di sana sini. Saking gemuknya Gama terlihat mirip dengan Gajah Mada yang ada di buku pelajaran sejarah SD.
Gama seringkali protes saat Rex menyebutnya Gajah Mada. Gama merasa julukan itu tak layak disematkan lagi padanya mengingat postur tubuhnya sekarang jauh dari kata gemuk. Tapi Rex tak peduli dan tetap memanggil Gama dengan sebutan Gajah Mada karena menurutnya nama itu lebih cocok untuk Gama.
" Beneran masih mau di sini ?. Ini udah hampir Maghrib lho...," kata Bara sambil memasukkan bola ke dalam jaring yang dibawanya.
" Kan Gue udah bilang sebentar lagi. Ga sampe Maghrib juga Kita pulang kok...," sahut Gama cepat.
" Sebaiknya sih emang begitu Gam...," sahut Bara sambil mulai melangkah.
" Emang kenapa sih Bar ?. Lo keliatan cemas gitu...?" tanya Fatir curiga.
" Gapapa sih. Cuma ada gosip yang bilang kalo di sekitar sini sering terdengar ada yang nyanyi kalo hari mulai gelap. Tapi ga ada yang tau darimana asalnya...," sahut Bara dengan enggan.
" Emang kenapa kalo ada yang nyanyi. Wajar aja lah, tempat ini kan ada di tengah pemukiman padat penduduk yang otomatis dikelilingi rumah penduduk. Jadi kalo terdengar suara nyanyian, suara orang ketawa atau orang ribut mah biasa...," kata Gama sambil berdiri lalu menepuk belakang celananya yang kotor.
" Kalo itu juga Gue paham Gam. Yang Gue maksud tuh, ada suara nyanyian terdengar jelas tapi ga ada wujud si penyanyinya alias penyanyinya ga keliatan...," kata Bara gusar.
" Maksud Lo yang nyanyi hantu...?!" tanya Gama lantang.
" Ssstt..., ga usah teriak juga kali...," kata Fatir menengahi.
Saat ketiga temannya berdebat, Rex hanya diam sambil mengamati ketiga temannya itu. Nampaknya Rex tertarik dengan obrolan mereka karena baru kali ini ia mendengar cerita tentang penyanyi tanpa wujud.
Rex mendengarkan dengan seksama hingga sesaat kemudian ia bangkit diam-diam tanpa disadari oleh ketiga temannya.
" Abisnya si Bara tuh yang bikin gara-gara...," sahut Gama.
" Itu kan baru dugaan. Gue ga bilang kalo itu hantu yang nyanyi kan...?!" kata Bara tak mau kalah.
" Tapi Lo kan...," ucapan Gama terputus saat melihat sahabatnya bangkit lalu berjalan perlahan meninggalkan lapangan.
Fatir dan Bara pun saling menatap kemudian bergegas mengikuti Rex.
" Eh, monyong. Kok Gue ditinggalin sih ?!. Bara, Fatir, T-rex !. Tunggu Gue wooii...!" panggil Gama sambil berlari kecil menyusul ketiga temannya.
Bara dan Fatir nampak tertawa sedangkan Rex hanya menggelengkan kepala melihat tingkah absurd Gama.
" Makanya ga usah ngerumpi. Udah tau mau Maghrib, malah pada ngomongin hantu. Kaya pada berani aja Lo sama hantu...," kata Rex sambil tersenyum sinis.
" Tau tuh Bara...," sahut Gama sambil mensejajarkan langkahnya dengan ketiga temannya.
" Lo juga Gajah Mada...!" sentak Rex kesal.
" Dih nyolot...," kata Gama sambil menatap Rex dengan tatapan sinis hingga membuat Rex melengos kesal.
" Andai Gajah Mada tau namanya dipake sama orang yang ga kompeten kaya Lo, Gue jamin pasti dia bangkit dari kuburnya buat ngemplang kepala Lo...," kata Rex sambil menggelengkan kepalanya.
" Eh, sia*an Lo ya !. Yang minta dipanggil Gajah Mada tuh siapa. Kan Lo yang ngasih julukan itu sama Gue T-rex. Lagian nama pahlawan kok dijadiin bahan becandaan. Yang ada tuh Lo yang didatengin sama arwahnya si Gajah Mada itu buat bikin perhitungan...!" sahut Gama kesal.
" Mustahil. Gue kan selalu doain dia. Justru Lo yang didatengin sama arwahnya si Gajah Mada itu karena udah pake nama dia dan ga bertanggung jawab...," kata Rex santai.
" Makanya jangan panggil Gue Gajah Mada, monyong !. Gue udah langsing sekarang...!" kata Gama lantang.
Rex nampak menggedikkan bahunya seolah tak peduli dengan kondisi Gama saat ini yang jauh berbeda dengan saat mereka masih duduk di bangku SD. Hal itu membuat Gama meradang. Gama pun melampiaskan kemarahannya dengan menjitak kepala Rex lalu lari tunggang langgang sambil tertawa puas.
" Anjrit. Sakit woiii...!" kata Rex sambil memegangi kepalanya.
" Rasain...!" kata Gama sambil terus berlari.
Fatir dan Bara pun kembali tertawa melihat tingkah Rex dan Gama.
Melihat Gama yang lari meninggalkannya, Rex hanya mendengus kesal. Kemudian Rex, Fatir dan Bara melanjutkan perjalanan dan berpisah di perempatan jalan tepat saat adzan Maghrib berkumandang.
Rex nampak berlari kecil menuju rumahnya karena khawatir dimarahi sang ayah. Hal itu karena Nenek Rex percaya jika pulang saat adzan Maghrib berkumandang berarti pulang bersama hantu. Dan sudah bisa dipastikan Rex tak bisa masuk ke dalam rumah hingga orang-orang yang sholat Maghrib berjamaah di musholla kembali ke rumah mereka masing-masing.
Kali ini lagi-lagi Rex terpaksa menerima konsekwensinya saat melihat sang ayah berdiri di depan pagar. Sang ayah yang bernama Ramon, sudah terlihat rapi dengan baju koko dan sarungnya pertanda siap berangkat ke musholla.
" Assalamualaikum...," sapa Rex dengan gontai.
" Wa alaikumsalam. Terlambat lagi Rex...!" tegur sang ayah dengan tatapan mengintimidasi.
" Maaf Yah...," sahut Rex sambil menundukkan kepalanya.
" Ck, selalu begini setiap hari. Padahal Ayah sering bilang, sepuluh menit sebelum adzan Maghrib Kamu harus udah di rumah. Kenapa disiplinmu rendah sekali sih Rex. Apa ga capek diomelin tiap hari...?!" kata Ramon sambil berdecak sebal.
" Maaf Yah...," ulang Rex.
" Maaf, maaf. Ayah bosen dengernya !. Udah sana. Tunggu sampe Ayah pulang dari musholla baru Kamu masuk ke dalam rumah. Ngerti ga...?!" tanya Ramon sambil menatap tajam kearah Rex.
" Iya Yah...," sahut Rex sambil melangkah menuju kursi teras dan duduk di sana.
Ayah Rex menghela nafas panjang lalu melangkah meninggalkan rumah. Rex hanya bisa menatap kepergian ayahnya sambil merutuki dirinya sendiri. Rex kesal karena tak bisa pulang tepat waktu dan sholat berjamaah di musholla bersama ayahnya.
Saat sedang menatap ayahnya yang menjauh, tiba-tiba Rex melihat Gama melintas sambil tersenyum mengejek kearahnya. Rex nampak mengepalkan tangannya karena kesal sedangkan Gama nampak melambaikan tangan sambil mengedipkan sebelah matanya.
" Semoga happy ya ditemenin sama nyamuk-nyamuk cantik...," sindir Gama sambil melambaikan tangan.
" Sia*an. Awas Lo Gajah...!" kata Rex sambil mengepalkan tangannya.
Gama pun tertawa puas sambil menutupi kepalanya dengan sarung.
\=\=\=\=\=
Rex sedang mengerjakan PR di kamarnya saat sang ibu memanggilnya untuk makan malam.
" Sebentar lagi Bu...," kata Rex.
" Sekarang Rex. Jangan biasain bikin orang menunggu. Lagian makanan udah terhidang di meja, ga baik membiarkan makanan menunggu Kita. Harusnya Kita yang nunggu makanan bukan sebaliknya..," tegur sang ibu yang bernama Lanni sambil berlalu.
Dengan enggan Rex menyeret langkahnya menuju ruang makan. Di sana sudah berkumpul semua anggota keluarganya. Ada kedua orangtuanya, nenek dari pihak ayah dan seorang remaja berparas cantik yang merupakan kakak Rex bernama Lilian.
Sang Nenek bernama Rusminah, nampak menatap lekat kearah Rex dan terus mengamati hingga Rex duduk di samping Lilian. Rex pun tampak tak peduli dan mulai mengambil nasi beserta lauknya lalu mulai melahap makanannya.
" Ga doa dulu Rex...?" tanya Lilian sambil menyenggol lengan sang adik.
" Udah dalam hati...," sahut Rex cuek sambil mengunyah makanannya.
" Dasar ga sopan. Ditungguin daritadi, eh malah makan duluan...," gumam Lilian kesal lalu mulai menyuap makanannya ke dalam mulut.
" Sudah Lian, jangan ribut di meja makan...," kata sang nenek mengingatkan.
" Iya Nek...," sahut Lilian cepat.
Suasana makan malam terasa tak menyenangkan untuk Rex. Karenanya dia bergegas menyudahi makan malamnya dan bersiap masuk ke dalam kamar.
Namun saat langkahnya menjauh dari ruang makan, terdengar Lilian mulai membahas gosip yang dikatakan Bara tadi. Rex pun menghentikan langkahnya dan berniat mendengar cerita penyanyi tanpa wujud itu dari mulut sang kakak.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
ramanda
keluarga yang menjujung tinggi kedisiplinan dan tata krama.
2024-10-09
2
Ali B.U
hadir
2024-09-23
2
Ayu Achmad
👍👍👍👍
2023-10-10
2