Kini Lilian dan Nadifa sedang duduk berhadapan di dalam sebuah kafe. Mereka nampak membisu dan saling menatap lekat. Ada air mengembang di kedua mata Lilian hingga membuat Nadifa terharu.
Perlahan Nadifa mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata yang mulai menitik di wajah Lilian.
" Jangan nangis Li. Maaf kalo Gue sempet nyalahin Lo tadi. Andai Gue ada di posisi Lo malam itu, mungkin Gue ga akan sanggup Li...," kata Nadifa dengan suara bergetar.
" Gue berusaha kuat padahal saat itu Gue takut setengah mati Dif...," sahut Lilian sambil mengusap wajahnya.
" Gue ga nyangka kalo Hesti sejahat itu. Padahal selama ini cuma Kita yang mau nemenin dia. Atau jangan-jangan Kita yang bod*h karena mau berteman sama dia...," kata Nadifa kesal.
" Kayanya opsi kedua lebih tepat Dif...," sahut Lilian sambil tersenyum dan itu membuat Nadifa ikut tersenyum.
" Akhirnya..., setelah sekian lama Gue bisa liat senyum Lo lagi Li...," kata Nadifa.
" Itu karena Gue terlalu shock sama kejadian yang menimpa Gue Dif...," sahut Lilian.
" Kenapa Lo ga cerita sama Gue Li...?" tanya Nadifa.
" Gue pikir Lo juga ga bakal percaya sama cerita Gue...," sahut Lilian.
" Gue percaya Li...!" kata Nadifa tegas.
" Iya Gue tau...," sahut Lilian cepat.
" Sebaiknya Kita lupain Hesti dan semua tentang dia ya. Sekarang yang ada hanya Kita, Lo dan Gue. Jadi ayo Kita sama-sama bangkit untuk mengejar mimpi Kita. Gimana Li...?" tanya Nadifa.
" Setuju...!" sahut Lilian antusias.
" Bagus...!" kata Nadifa lalu memeluk Lilian erat.
Untuk sejenak Lilian dan Nadifa saling memeluk. Sesaat kemudian keduanya mengurai pelukan sambil mengibas pakaian masing-masing.
" Ish..., jauh-jauh sana. Ntar kalo cowok-cowok itu ngira Gue penyuka sesama jenis kan gawat...," kata Lilian sambil bergeser menjauh hingga membuat Nadifa kesal.
" Lilian !, mulut Lo tuh ga pernah disekolahin ya...?!" kata Nadifa lantang.
" Sekolah dong, makanya pinter bisa ngomong kaya gitu tadi...," sahut Lilian santai sambil tertawa.
Mendengar jawaban Lilian membuat Nadifa ikut tertawa. Dan tawa mereka pun menular pada pria yang tengah mengamati keduanya diam-diam.
\=\=\=\=\=
Masa kelulusan sekolah pun tiba. Rex dan Gama sama-sama dinyatakan lulus dengan nilai yang bagus. Keduanya saling memberi selamat saat mengetahui mereka lulus dengan nilai memuaskan.
Ternyata selama ini keduanya tetap saling berkomunikasi meski pun tinggal berbeda pulau.
" Gue masuk tiga besar kali ini Rex...!" kata Gama bangga.
" Hebat !. Kalo Gue sih cuma jadi urutan ke empat dari lima terbaik Gam...," sahut Rex merendah.
" Woooii... !, ga salah ngomong Lo. Urutan ke empat dari lima besar itu juga prestasi monyong !. Apalagi Lo sekolah di Jakarta yang standar kelulusannya beda sama daerah. Harusnya Lo bersyukur Rex...!" kata Gama kesal.
" Iya iya...," sahut Rex sambil tertawa.
Menyadari emosinya yang meluap karena terpancing ucapan Rex membuat Gama ikut tertawa.
" Terus rencana Lo apa setelah ini Gam...?" tanya Rex setelah tawanya mereda.
" Kuliah..., " sahut Gama cepat.
" Bagus deh...," kata Rex.
" Kok bagus ?. Emangnya Lo ga mau lanjutin kuliah Rex...?" tanya Gama tak mengerti.
" Mau kok, cuma bingung aja mau pilih kampus yang mana. Soalnya sama pelatih taekwondo Gue juga direkomendasiin masuk TNI karena Gue lumayan berprestasi Gam...," sahut Rex hingga membuat Gama bahagia.
" Wah hebat, ambil aja Rex !. Gue seneng kalo Lo jadi tentara. Pasti lebih macho nanti...!" kata Gama.
" Eh, maksud Lo apaan ngomong kaya gitu Gam ?. Emangnya selama ini Lo pikir Gue ngondek, lemah atau penyuka sesama jenis ?. Untung jauh Lo. Kalo di depan mata udah abis Gue hajar Lo Gam...!" kata Rex kesal.
Gama kembali tertawa. Ia merasa puas bisa menjahili sahabatnya itu. Sedangkan Rex terus memaki hingga membuat Gama terus tertawa.
\=\=\=\=\=
Tahun pun berlalu dengan cepat. Rex, Gama dan Lilian pun menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.
Akhirnya Rex memutuskan menjadi anggota TNI AD sesuai arahan sang pelatih setelah ia menamatkan pendidikan di sebuah universitas negeri dengan gelar Sarjana Hukum.
Gama pun melanjutkan pendidikannya di bidang otomotif sesuai dengan minatnya sejak SMP. la berhasil menyelesaikan pendidikannya di salah satu kampus di Semarang dan meraih gelar Sarjana Teknik. Kini Gama sedang berusaha membuka bisnis kecil-kecilan dengan modal pengetahuan yang dimilikinya.
Sedangkan Lilian berhasil menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar Sarjana Keperawatan. Sekarang ia dan Nadifa telah bekerja di sebuah Rumah Sakit swasta di Jakarta. Meski berbeda tempat namun keduanya masih kerap berkomunikasi dan bertemu untuk melepas rindu.
Sore itu Lilian dan Nadifa kembali bertemu setelah hampir dua bulan saling membuat janji.
" Lucu ya Kita sekarang. Mau ketemu aja susahnya minta ampun. Udah fix waktunya, eh tau-tau gagal karena ada panggilan tugas...," kata Nadifa sambil meraih potongan kue lalu mengunyahnya perlahan.
" Iya. Kalo ga Gue yang batalin, ya pasti Lo...," sahut Lilian sambil tersenyum.
" Terus gimana Li, udah ada yang nyantol belum...?" tanya Nadifa.
" Apaan yang nyantol ?, jemuran...?" gurau Lilian.
" Ck, Lo pake pura-pura ga tau segala. Ya cowok dong Li, masa jemuran...!" sahut Nadifa kesal hingga membuat Lilian tertawa.
" Belum ada...," kata Lilian cepat.
" Belum ada atau Lo yang ga mau...?" tanya Nadifa.
" Mmm..., Gue yang ga mau...," sahut Lilian.
" Kenapa...?" tanya Nadifa lagi.
" Males Dif. Terlalu kepedean malah bikin ilfeel...," sahut Lilian sambil melengos.
" Oh, si dokter yang kaya aktor Drakor itu ya. Siapa namanya, dokter Hilman kan...?" tanya Nadifa.
" Iya...," sahut Lilian.
" Lho kenapa Lo ga mau, dia kan ganteng, pinter, keren lagi...," kata Nadifa.
" Tapi suka tebar pesona...," potong Lilian cepat.
" Itu mah resiko jadi orang ganteng Li...," kata Nadifa sambil tertawa.
" Iya juga. Terus Lo sendiri, gimana sama cowok Lo...?" tanya Lilian.
" Oh si Evan, udah mati Li...," sahut Nadifa.
" Inna Lillahi wainna ilaihi roji'uun. Gue ikut prihatin ya Dif..., " kata Lilian.
" Ish, apaan sih Lo. Evan ga mati beneran tapi mati karena Gue yang nganggepnya begitu...!" kata Nadifa hingga membuat Lilian terkejut.
" Jahat Lo Dif. Orang masih hidup dibilang mati...," kata Lilian sambil menggelengkan kepala.
" Biarin aja. Daripada dipikirin tapi ga pernah nongol mendingan dianggap mati, Iya ga...?" tanya Nadifa sambil nyengir.
Kemudian Lilian dan Nadifa tertawa. Namun sayangnya tawa mereka terhenti saat sebuah suara menyapa mereka.
" Apa kabar Lilian, Nadifa...," sapa seorang wanita.
Lilian dan Nadifa menoleh lalu mematung saat melihat wanita yang menyapa mereka. Wanita itu adalah orang yang pernah menjadi bagian hidup mereka beberapa tahun yang lalu. Wanita yang sama yang juga telah menggores luka di hati Lilian.
" Gue cabut duluan ya Dif, ini udah waktunya Gue kerja...," pamit Lilian sambil bergegas meraih tas dan meninggalkan tempat itu begitu saja.
" Iya Li, hati-hati ya...," sahut Nadifa yang diangguki Lilian.
Kini Nadifa berdiri berhadapan dengan wanita itu. Mereka tak bicara sepatah kata pun selain hanya saling menatap dalam diam.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
💎hart👑
hadehh Hesti datang lagi mo ganggu hidup Lilian lagi kah?🤔
2022-11-28
1
💎hart👑
nah betul itu.. kepedean yang bikin ilfil 🤭
2022-11-28
1
💎hart👑
nah lho kayaknya ada pengagum rahasia nih🤭
2022-11-28
1